Pada dasarnya tanpa ada greed, market tidak bergerak kemana – mana. Karena memang pasar digerakan oleh salah satunya hal tersebut. Namun terkadang beberapa Investor menerapkannya di momen yang kurang tepat. Sebagai ilustrasi, apabila kita memiliki porsi portofolio seperti table dibawah ini:
Bila anda adalah orang yang memiliki portfolio ini, menurut anda, mana yang akan anda lakukan, Profit Taking dari ABCD dan IJKL, lalu menyelamatkan EFGH dan MNOP? Atau, anda justru Cut Loss dari EFGH dan MNOP, lalu masuk ke ABCD dan IJKL yang harganya sudah naik.
Berhenti sejenak lalu pikirkan baik – baik. Jika belum dapat bayangan, mungkin akan lebih mudah bila semua SAHAM tersebut coba anda anggap sebagai sebuah BISNIS. Mungkin ada sudut pandang yang bergeser setelah anda melakukannya.
Jika anda memilih opsi yang kedua, maka kita berada di sisi yang sama. Bila diilustrasikan mungkin seperti ini, mengapa focus ke bisnis yang rugi, sedangkan kita memiliki bisnis kita yang menghasilkan uang. Begitu juga tentang portfolio diatas, mengapa malah focus ke saham yang tidak bertumbuh sedangkan kita tahu bahwa ada saham yang sudah mendatangkan profit untuk kita.
Switching
Dalam ilmu Portfolio Management, hal tersebut disebut dengan istilah switching. Ini adalah salah satu strategi yang digunakan oleh Manajer Investasi untuk mencari komposisi TERBAIK dari portfolio mereka agar bisa tumbuh lebih maksimal.
Ini BUKAN hal yang membutuhkan proses panjang dan rumit, karena memang sesederhana mengurangi porsi satu saham, dan menambahkan ke saham lain. Tidak dibutuhkan tools khusus atau kecerdasan yang sangat tinggi untuk memahami hal ini. Apalagi jika melihat para pembaca website kami yang memang sudah sangat lama terjun di bidang ini.
Namun perkaranya tidak dimulai saat kita mengurangi dan menambahkan, tapi kejadian sebelum itu. Beberapa investor sering miss tentang saham apa yang seharusnya DIKURANGI, dan saham apa yang seharusnya DITAMBAH.
Fear Of Losses, Greed For Profit
Takut kehilangan uang dan rakus terhadap profit, mungkin akan sangat mudah untuk dicerna. Namun mengapa banyak orang melakukan sebaliknya? Mengapa kebanyakan Investor sangat TAKUT mendapatkan lebih banyak PROFIT sedangkan rela RAKUS untuk menyelamatkan saham RUGI? Cukup aneh..
Beberapa kesalahan Investor terkadang terjadi karena memang otak kita tidak di desain untuk memahami saham. Konsep Live Price yang menjadi keunggulan saham ternyata tidak mudah untuk diterima otak, sehingga Fear & Greed yang ditimbulkan menjadi saling menggandakan satu dengan yang lain. Oleh karena itu, di Workshop Money Management & Psikologi Trading ini, kami menawarkan small ideas yang bisa anda gunakan untuk mengatasi keanehan dari cara berpikir otak, yang ternyata memberikan big improvement terhadap aktivitas Investasi kita. Silahkan klik disini untuk mendaftar.
Salah satu yang menurut kami menjadi alasan paling masuk akal adalah seperti ini: Di BISNIS, orang HARUS mengusahakan agar bisnisnya kembali naik, karena memang BISNIS tidak bisa naik sendiri tanpa ada usaha yang dilakukan. Jadi akan lebih mudah untuk membuang bisnis yang RUGI, karena hanya menambah kerjaan saja.
Sedangkan di SAHAM, harga TIDAK BISA diusahakan, sehingga INVESTOR lebih cenderung BERHARAP dan PASIF. sehingga opsi untuk melepas saham yang RUGI mungkin akan terus ditaruh ke prioritas paling bawah, dan BERHARAP di prioritas paling atas. Menurut saya, hal ini yang menimbulkan tindakan IRASIONAL dari para Investor, karena ada opsi untuk bisa memperbaiki nilai Investasi (average down) dan bisa bergantung pada LUCK.
Tidak sedang mengatakan averaging adalah strategi yang buruk, saya tahu banyak orang yang memang sukses di saham hanya dengan menerapkan strategi itu. Tetapi jika anda melakukan hal tersebut hanya karena TIDAK TERIMA atau ingin BALAS DENDAM kepada market, ini bukan langkah yang bijak.
Menurut saya, hampir dalam semua kondisi, selalu lebih baik kita MELUCUTI kekuatan dari saham yang memang berpotensi malah semakin MEMPERBURUK, dan BERHARAP pada saham yang sudah TUMBUH. Karena belum tentu saat kita berniat menyelamatkan saham – saham yang rugi, mereka akan balik untung. Jika harus takut (FEAR), takutlah pada RUGI dan bukan terhadap PROFIT.
Greedy in the Right Stock !
Beberapa orang mungkin tidak setuju, beberapa juga mungkin mengatakan bahwa kita harus tahu KAPAN HARUS KELUAR (atau kata lainnya tahu berkata CUKUP), oleh karena itu kita harus disiplin untuk CUT LOSS dan PROFIT TAKING.
Well, Saya setuju kita harus disiplin untuk CUT LOSS, tetapi untuk disiplin PROFIT TAKING, menurut saya ada opsi yang lebih baik. Menurut saya tidak masalah untuk kita Let The Profit Run, karena saham yang bisa naik tinggi umumnya lebih sulit ditemui daripada saham yang turun bukan? jadi ketika kita bertemu dengan saham tersebut, mengapa harus cepat – cepat berlalu? Dan kenapa kita malah fear sehingga tidak menambahkan posisi di saham tersebut?
Kembali saya ingatkan, Jika kita harus takut (FEAR), takutlah pada RUGI dan bukan pada PROFIT. Jadi ketika kita tahu saham tersebut sudah memberikan kita PROFIT, dan kita sudah memilikinya, menurut saya itu waktu terbaik untuk bersikap greedy. Kita menebalkan posisi (average up) yang sudah kita punya untuk mendapatkan keuntungan lebih besar. Bukan malah fear, takut keuntungan yang sudah kita dapatkan (padahal masih dalam keadaan floating) kembali hilang.
Memang kita tidak tahu apakah saham yang sudah tumbuh tersebut akan terus naik atau justru malah berbalik arah, tetapi setidaknya jika berbalik arah, yang hilang adalah floating profit, bukan modal awal. Ditambah lagi ketika suatu saham sedang bergerak naik, dan tiba – tiba saham tersebut bergerak berbalik arah, menurut saya kita tetap memiliki cukup waktu untuk keluar dengan posisi profit.
Namun jika boleh jujur, memang itu fakta yang umum terjadi di kalangan Investor Saham, orang LEBIH SULIT menahan PROFIT daripada menahan LOSS. Entah apa yang salah dengan psikologi otak kita sebagai manusia, tetapi it happens many times. Jadi menurut saya, kita perlu sedikit meng-hack otak kita untuk mengganti default-nya dengan metode yang tepat.
Kesimpulan
Dalam melakukan Switching, tujuan kita adalah mencari komposisi terbaik agar Portfolio kita bisa terus tumbuh dengan maksimal. Menunggu saham yang profit bisa profit lebih besar lagi saja, memakan waktu yang cukup lama, apalagi menunggu saham yang rugi, bisa kembali profit. Menurut saya itu adalah sebuah kesia-siaan.
Pikirkan baik – baik hal diatas sebelum anda melakukan switching di portfolio. Jangan sampai pertumbuhan portfolio kita semakin terbatas karena kita secara konsisten memotong keuntungan dan secara konsisten juga menambah kerugian. Jika sebelumnya kita adalah seorang yang sering melakukan seperti itu, PROFIT TAKING, untuk menambal saham yang RUGI, itu artinya kita sedang Greedy for Losses. Kalimat yang sedikit lebih jujur, Investor seperti ini greedy terhadap sampah di portfolio mereka. So? Masih mau terus seperti itu?
Joseph Gabetua S.S.T.
Analyst of Creative Trading System. Relentless Trader and Part Time Investor. Huge dreams, Small me.
2 comments
Greedy in the right timing pak. Kalau tren nya bullish (dalam konteks CTS: kalau bandarnya lagi program long mark-up) greedy is real good.
Contoh saham BUMI boleh aja greedy at the right timing, th 2007-2008!
Stock is just a tool, a secondary concern. Timing + right stock = primary
Greedy is relative to…