Sejak kesuksesan IHSG menembus level 6.000 pada tanggal 25 Oktober lalu, saat ini indeks kita tampak semakin mantap berada di level 6.000an. Suka tidak suka inilah kenyataan yang harus kita hadapai, meskipun sempat diguyur aksi jual asing selama beberapa bulan IHSG terbukti sanggup bertahan dari koreksi dan secara perlahan tapi pasti melanjutkan kenaikannya samapi ke level 6.000.
Jika kita hitung sejak dimulainya aksi profit taking asing di akhir bulan Mei lalu sampai penutupan perdagangan kemarin, total dana asing yang keluar dari bursa kita sudah sebesar 24 Trilun. Ini adalah kali pertama dalam sejarah IHSG dimana ketika investor asing melakukan aksi jual lebih dari 20 Triliun namun IHSG sama sekali tidak mengalami penurunan yang signifikan.
Sebagai perbandingan, outflow lebih dari 20 T juga terjadi di tahun 2016, dan jika dihitung dari level tertinggi ke level terendah IHSG pada periode outflow tersebut IHSG terkoreksi 8%. Di tahun 2015 terjadi Outflow 35 Triliun, dan dalam periode tersebut IHSG sempat turun sampai 25% dari level tertingginya. Tahun 2013 terjadi outflow 37 Triliun dan IHSG terkoreksi 22%
Ketika IHSG masih di level 4.000an di tahun 2012 terjadi outflow 11 T, IHSG turun 11%. Tahun 2011 outflow 17 T, IHSG turun 19%. Contoh yang sama bisa kami lanjutkan sampai ke tahun-tahun sebelumnya.
Itu sebabnya beberapa bulan Agustus – September lalu ketika aksi jual asing semakin banyak dan IHSG belum juga terkoresi kami beberapa kali skeptis dengan kenaikan IHSG dan cenderung khawatir IHSG akan jatuh dalam waktu dekat. Namun kenyataannya analisa kami salah dan IHSG malah naik ke 6.000.
Sebagai investor dan trader kami belajar untuk tidak malu untuk mengakui kesalahan kami, karena memang kemampuan dalam mengakui kesalahan adalah sebuah skill yang sangat penting untuk dimiliki jika kita ingin sukses di pasar modal.
Namun sama seperti dalam kehidupan, setiap orang tentu pernah salah dan gagal, namun yang membedakan orang sukses dengan yang tidak adalah apa yang kita pelajari dari kegagalan tersebut, sehingga tidak jatuh lebih ke lubang yang sama di masa yang akan datang.
Pertanyaanya sekarang pelajaran apakah yang bisa kita ambil dari tidak turunnya IHSG dimasa Profit Taking Asing selama 6 bulan terakhir ini. Apakah investor asing sudah kehilangan kekuatannya di IHSG ? Apakah Investor Lokal sudah merebut kendali IHSG di tangan Asing ? Ataukah investor asing memiliki strategi yang baru, dalam melakukan aksi profit takingnya, sehingga gagal terdeteksi oleh analisa Foreign Flow yang selama ini kita gunakan ?
Dalam artikel kami sebelumnya yang berjudul : Apakah Investor Asing Sudah Kehilangan Kendali di Bursa Kita ?! Kami sudah membahas secara cukup mendalam mengenai peta kepemilikan investor asing di IHSG saat ini, dan kontribusi asing dalam transaksi di bursa kita. Dan dari data-data yang kami dapat dari pihak BEI dan KSEI kami tidak melihat ada perubahan kekuatan yang signifikan baik di sisi investor asing, atau investor domestik jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Jadi jika dilihat dari data transaksi dan kepemilikan investor asing di bursa kita maka seharusnya tidak ada perubahan peta kekuatan dari kedua belah pihak.
Namun jika kita melihat dari fakta yang sebelumnya kami bahas, jelas terlihat bahwa tahun ini adalah pertama kalinya IHSG tidak mengalami penurunan segnifikan ketika investor asing melakukan aksi jual besar-besaran. Artinya kemungkinan investor asing memiliki ‘trik’ baru dalam melaksanakan aksi distribusinya terbuka lebar.
Namun jika kita melihat lebih mendetail mengenai data pergerakan investor asing dalam 6 bulan terakhir, kita melihat sesuatu yang berbeda dalam aksi distribusi investor asing saat ini.
Fakta inilah yang baru kami sadari dalam 1 bulan terakhir ini, ternyata aksi profit taking investor asing yang berlangsung dalam beberapa bulan terakhir ini cukup berbeda dengan aksi-aksi profit taking di tahun-tahun sebelumnya.
Pada tahun-tahun sebelumnya ketika investor asing melakukan aksi jual, biasanya dilakukan secara menyeluruh di hampir semua saham-saham unggulan di bursa kita. Aksi yang sangat terorganisasi dimana dalam waktu yang sama investor asing melakukan aksi jual massal di semua saham unggulan.
Seperti kita ketahui dalam 10 tahun terakhir kondisi Ekonomi, Politik dan Sosial di Indonesia bisa dibilang baik-baik saja, dan kondisi Ekonomi Dunia juga bisa dibilang cukup stabil, jadi satu-satunya hal yang dapat membuat IHSG turun signifikan hampir setiap tahun hanyalah aksi profit taking investor asing yang dilakukan secara terorganisir.
Aksi tersebutlah yang tidak terjadi dalam fase distibusi asing dalam 6 bulan terakhir ini, selama ini fokus kita sebagai investor lokal umumnya hanya terfokus pada net sell atau net buy investor asing di IHSG setiap harinya, karena memang selama ini kita selalu mengasumsikan bahwa investor asing selalu bergerak secara terorganisir ketika mereka dalam fase akumulasi, mereka akan membeli semua saham unggulan, dan pembelian tersebutlah yang membuat IHSG naik, dan di masa profit taking, mereka akan menjual semua saham yang mereka belinya ke investor lokal, dan aksi jual itulah yang akan menurunkan IHSG.
Sejak awal masa distribusi asing di akhir bulan Mei lalu, total dana asing yang keluar sebesar 24 Triliun, namun ternyata aksi jual asing dalam periode ini hanya terfokus pada 2 saham saja, yaitu TLKM yang sudah dijual asing sebanyak 9.9 Triliun, dan ASII yang dijual asing sebanyak 8.9 Triliun. Artinya 80% dari total aksi jual asing dalam periode tersebut hanya terfokus pada 2 saham. Kita tahu kedua saham ini sama-sama turun signifikan dalam 6 bulan terakhir, ASII turun dari level 9.000an ke 7.000an sementara TLKM turun dari 4700 ke 4.000. Artinya asing memang tetap memegang kendali di kedua saham ini, sehingga keduanya turun hampir 20% di masa distribusi asing.
Namun karena total bobot kedua saham ini hanya 11% dari nilai keseluruhan IHSG, jadi penurunan kedua saham ini tidak cukup untuk membuat IHSG mengalami koreksi yang signifikan seperti tahun-tahun sebelumnya. Bukan hanya terfokus pada TLKM dan ASII, aksi jual investor asing di kedua saham tersebut pun seperti sengaja dilakukan secara bergantian, supaya penurunan harga kedua saham tersebut tidak memberikan efek yang signifikan untuk IHSG.
Seperti terlihat pada grafik di atas kami menampilkan Grafik Foreign Flow ASII, TLKM dan Foreign Flow IHSG secara keseluruhan. Aksi jual asing di ASII dimulai di pertengahan bulan Juni sampai awal September, setelah outflow asing di ASII berkurang, giliran TLKM yang diguyur asing di bulan September dan Oktober. Aksi jual secara bergilir inilah yang membuat outflow asing tidak terasa efeknya di IHSG selama 6 bulan terakhir ini, meskipun secara total dana yang keluar sudah cukup besar.
Sementara jika kita melihat saham-saham apa saja yang paling banyak di akumulasi asing dalam periode Juni – Oktober ini, 5 besar saham yang paling banyak di akumulasi asing adalah BBNI, UNTR, ADRO, JSMR, INTP akumulasi asing inilah yang membuat kelima saham tersebut terus bergerak naik dalam 6 bulan terakhir dan dari kelima saham tersebut hanya ADRO yang belum berada di kisaran level tertingginya dalam 2 tahun terakhir.
Dalam grafik di bawah anda bisa melihat grafik foreign flow kelima saham tersebut :
Dari data-data di atas kita bisa melihat bahwa investor asing sama sekali tidak kehilangan kendalinya di IHSG, asing tetap dengan mudahnya mengendalikan harga saham-saham unggulan di IHSG, itu sebabnya saham-saham yang mereka jual dalam jumlah besar seperti TLKM dan ASII tetap terkoreksi secara signifikan, sementara saham-saham yang diakumulasi asing selama 6 bulan terakhir terus bergerak naik, dan dalam seminggu terakhir berada di level terrtingginya dalam 2 tahun.
Perubahan yang terjadi bukan dari sisi kekuatan investor asing di bursa kita, tapi dari metode yang investor asing gunakan dalam menjalankan aksi jualnya, dimana investor asing sepertinya dengan ‘sengaja’ mengatur supaya aksi jual mereka tidak menyebabkan penurunan di IHSG.
WHAT’S NEXT ?!
Setelah mempelajari strategi baru investor asing dalam melaksanakan aksi distribusinya, kami membuat indikator khusus untuk mendeteksi pergerakan investor asing di saham-saham lainnya di luar ASII dan TLKM, seperti kita lihat dalam grafik foreign flow IHSG di atas, jika kita tidak menghitung outflow di ASII dan TLKM dana asing terlihat sudah bergerak masuk sejak bulan Oktober, dan karena Foreign Flow IHSG ini mencerminkan 89% dari bobot IHSG, maka tidak heran inflow ini berhasil membuat IHSG naik ke level 6.000. Apalagi saat ini hanya TLKM yang masih terus diguyur asing, sementara saham-saham unggulan lainnya masih terus diborong asing, dan terus naik harganya.
Dan jika kita kembali ke teori foreign flow, maka IHSG hanya dapat mengalami kenaikan yang signifikan jika investor asing melakukan aksi akumulasi, artinya selama aksi akumulasi asing ini masih terjadi maka IHSG masih berpotensi melanjutkan kenaikannya, dan trend bearish dan outflow di saham TLKM tidak cukup kuat untuk menurunkan IHSG, jika saham-saham lain masih terus di akumulasi asing.
Artinya dalam jangka pendek belum ada tanda-tanda penurunan signifikan di IHSG, memang benar secara historical saat ini IHSG memang sudah berada di level yang sangat tinggi, namun sama seperti yang terjadi di awal tahun ini ketika IHSG terus bergerak naik dan mencetak record tertingginya dari 5.300 ke 5.800 selama ini investor asing masih terus dalam fase akumulasi. Hal yang sama juga bisa terjadi di akhir tahun ini, selama aksi akumulasi asing masih terus berlanjut.
Saya pribadi merasa jauh lebih baik IHSG terkoreksi terlebih dahulu, karena koreksi dapat membuat trend bullish IHSG semakin sehat dan bisa berlansung lebih lama, namun jika kenyataanya IHSG masih akan terus melanjutkan rallynya, sebaiknya kita ikuti saja, yang penting kekuatan investor asing masih tetap sangat berpengaruh di saham-saham unggulan di bursa kita, artinya kita bisa terus memperoleh keuntungan dengan mengikuti pergerakan investor asing di bursa kita..
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market
1 comment
Mau tanya pak untuk grafik FF IHSG tanpa ASII dan TLKM untuk periode mei sampai october kan trus mengalami penurunan, tapi kenapa grafik IHSG trus naik ya pak selama periode tsb? Thx