Aliran dana asing yang masuk (capital inflow) di pasar surat berharga negara (SBN) pada akhir 2016 diperkirakan lebih besar dibandingkan posisi net inflow akhir 2015 yang mencapai Rp 558,5 triliun. Aksi beli asing kemungkinan agresif pada kuartal I-2016.
Berdasarkan data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), sepanjang tahun lalu, asing mencetak net inflow sebanyak Rp 114,9 triliun, dengan posisi paling tinggi pada Januari 2015 sebesar Rp 39,48 triliun. Sementara itu, capital outflow sepanjang tahun lalu sebesar Rp 17,75 triliun.
Hingga 29 Januari 2016, asing membukukan net buy Rp 19,8 triliun, sehingga posisi asing di SBN menjadi Rp 578,32 triliun. Secara tahunan (year on year/yoy), posisi asing pada SBN bertambah Rp 77,49 triliun dari Rp 500,83 triliun pada akhir Januari 2015.
Direktur IBPA Wahyu Trenggono mengatakan, pada kuartal I-2016, investor asing diperkirakan tak lagi bertindak spekulasi seperti pada kuartal I-2015. Sikap tersebut dipicu sentimen global dan domestik yang kini memberikan dampak kepastian investasi.
“Pada awal 2015, asing masuk dengan niat yang spekulatif, tapi sekarang kondisinya berbeda. Banyak faktor yang sudah teridentifikasi tahun ini,” jelas Wahyu di Jakarta, Rabu (3/2).
Faktor tersebut, kata Wahyu, seperti sinyal Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, yang berencana menaikkan suku bunga secara bertahap sepanjang tahun ini. Lalu, Bank of Japan (BoJ) yang menerapkan suku bugan negatif -0,1% mulai 16 Februari 2016. Harga minyak dunia yang melanjutkan tren pelemahan dan pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun ini yang diprediksi lebih rendah dari 6,9%.
Di dalam negeri, sejumlah sentimen juga diperhitungkan. Inflasi tahun 2015 yang membaik sebesar 3,35% yoy dari 8,36% yoy pada 2014. Suku bunga acuan (BI rate) diturunkan 25 basis poin menjadi 7,25%.
Outlook ekonomi domestik 2016 diprediksi membaik, seperti pertumbuhan ekonomi yang berada pada kisaran 5,1-5,3% dan inflasi yang bakal dijaga sebesar 3-5%. Selain itu, ada potensi peringkat layak investasi dari S&P.
“Dengan melihat data-data ini, asing berpeluang banyak masuk ke SBN pada awal tahun, karena ada potensi BI rate diturunkan kembali,” tutur Wahyu.
Kondisi global seperti perlambatan ekonomi juga membuat dana asing lari ke negara-negara berkembang. Menurut Presiden Direktur IBPA Ignatius Girendroheru, dampaknya ke pasar SBN adalah penurunan imbal hasil (yield).
Tanda-tanda penurunan yield sudah terlihat pada 29 Januari 2016. Misalnya, pada seri SUN FR0053, yield tercatat sebesar 8,03%, turun dibandingkan posisi 31 Desember 2015 yang sebesar 8,76%. Adapun yield curve SUN menunjukkan pola bullish di semua tenor sepanjang Januari 2016 (month to month/mom).
“Kalaupun yield itu berpotensi lebih rendah lagi, asing tetap akan masuk. Sebab, yield SUN Indonesia tetap kompetitif dibandingkan negara berkembang yang lain,” jelas Ignatius.
Sumber: Investor Daily
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market