Tadi malam harga minyak kembali turun, dan semakin menjauhi level psikologis $40 level yang sebelumnya dianggap sudah sangat rendah. Level harga ini baik untuk pertumbuhan ekonomi dunia dalam jangka panjang, namun sangat buruk untuk negara – negara produsen minyak dunia.
Seperti posting kami kemarin, mengenai 3 Penyebab Kejatuhan Minyak Dunia, kondisi harga minyak dunia saat ini sangatlah rumit, terus meningkatnya kapasitas produksi Amerika Serikat dengan Shale Oilnya mengacaukan peta kekuatan produsen minyak dunia.
Jika beberapa tahun lalu ketika harga minyak dunia mulai turun ke level yang mengkhawatirkan, OPEC umumnya memangkas kapasitas produksi mereka untuk kembali mengangkat harga minyak dunia.
OPEC, RUSSIA dan US
Terus meningkatnya kapasitas produksi dari negara non OPEC seperti US dan Russia, Saudi Arabia yang merupakan exporter minyak bumi terbesar di dunia sekaligus ‘pengendali’ dari OPEC menolak untuk menggunakan strategi yang sama, karena takut justru dimanfaatkan negara lainnya untuk merebut market share mereka.
Selain untuk mempertahankan market share kebijakan OPEC untuk terus mempertahankan jumlah produksinya sengaja dilakukan untuk terus menekan harga minyak bumi dunia, untuk memaksa para produsen Shale Oil di Amerika yang umumnya memiliki biaya produksi yang lebih tinggi berhenti beroperasi karena murahnya harga oil.
Strategi ini mulai menunjukan hasil, dari data terakhir Market Share Amerika Serikat turun dari level 10.1% bulan April lalu dan hanya tinggal 9.5%, namun penurunannya masih jauh di bawah harapan OPEC.
Pada tanggal 7 Des 2015 OPEC bahkan mengumumkan strategi yang lebih extrim lagi, bukannya memangkas produski OPEC justru menghapus batas produksi maksimal anggotanya, dengan tujuan menjatuhkan harga minyak bumi dunia lebih dalam lagi, kebijakan ini langsung membuat harga minyak bumi dunia turun ke bawah $40 dan mengingat pertemuan OPEC selanjutnya baru akan diadakan bulan Juni 2016 nanti para efek dan ketakutan akibat kebijakan tersebut masih terus terasa beberapa hari setelah kebijakan tersebut dikeluarkan.
Dalam seminggu terakhir banyak analis komoditas memprediksi bahwa harga minyak dunia masih bisa terus turun ke bawah level $35, ada yang bahkan memprediksi harga minyak dunia bisa mencapai $20 per barrel.
PEDANG BERMATA DUA
Jika harga minyak bumi dunia terus bergerak di level harga saat ini atau bahkan lebih rendah lagi kemungkinan besar akan lebih banyak lagi produsen Shale Oil yang akan menghentikan produksinya. Namun manuver yang dilakukan OPEC ini merupakan pedang bermata dua, di satu sisi berhasil meningkatkan market share Arab Saudi di pasar minyak dunia, namun di sisi lain bagi negara-negara anggota OPEC yang biaya produksinya tinggi seperti Venezuela, Nigeria dan beberapa negara Arab lainnya melemahnya harga Oil membuat negaranya masuk dalam krisis dalam 6 bulan terakhir.
Perlu kita ingat negara-negara di OPEC menggantungkan sebagian besar incomenya dari export minyak bumi, semakin lama harga minyak berada di kisaran harga seperti saat ini semakin besar tekanan yang harus ditanggung para anggota OPEC.’
Sementara di Amerika booming Shale Oil baru berlangsung beberapa tahun, jadi dampak turunnya harga minyak tidak akan terlalu berdampak pada ekonomi Amerika, hanya akan membuat beberapa produsen melakukan hibernasi, dan berhenti berproduksi. Namun ketika supply mulai turun dan harga kembali naik, para produsen tersebut akan kembali memulai produksinya.
ERA BARU HARGA MINYAK DUNIA
Jadi pada intinya peta kekuatan produsen minyak dunia sudah berubah sekarang, strategi apa pun yang dilakukan oleh OPEC tidak akan dapat merubah peta kekuatan kembali seperti 4-5 tahun yang lalu. Karena strategi yang digunakan saat ini, memang berhasil menekan produsen dari AS, namun jika harga minyak kembali naik, produsen tersebut akan kembali bangkit.
Jadi kita hanya perlu menunggu perang harga dan market share ini berakhir, karena cepat atau lambat perang ini pasti akan berakhir.
Minggu lalu Arab Saudi sempat mengajak beberapa negara produsen minyak dunia termasuk Russia untuk membuat kesepakatan untuk sama-sama memotong kapasitas produksinya, namun proposal tersebut gagal disetujui semua pihak. Terlihat bahwa sampai saat ini negara-negara produsen minyak dunia belum dapat menerima realita bahwa kondisi sudah berubah sekarang.
Namun pada akhirnya harga minyak tidak mungkin turun terus, karena produsen minyak sendiri yang akan dirugikan dalam kondisi ini. Tahun depan kemungkinan akan ada kesepakatan untuk mengontrol supply minyak bukan hanya antar negara OPEC, tetapi seluruh produsen minyak di dunia, demi kepentingan mereka sendiri.
Kami optimis paling lambat dalam 6 bulan kedepan akan terjadi kesepakan untuk memangkas supply minyak bumi dunia, mengakhiri masa perang harga.
Ketika hal tersebut terjadi harga minyak akan mulai membentuk level keseimbangan barunya, dan kami optimis level keseimbangan tersebut kemungkinan akan ada di kisaran $50-$70, level harga di mana mayoritas produsen minyak bumi yang ada saat ini akan sanggup bertahan hidup dan memperoleh keuntungan.
Sebagai pelaku pasar kita hanya perlu mengamati perkembangan kondisi ini, murahnya harga minyak menguntungkan banyak emiten, dan turunnya harga-harga saham komoditas juga akan membuka peluang yang besar untuk kita untuk membeli saham-saham komoditas di harga yang sangat murah diakibatkan kepanikan yang sedang terjadi saat ini.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market