Dalam Pooling Saham yang kami lakukan minggu lalu saham WSBP, berhasil mendapat suara terbanyak dari para pembaca setia website kami. Saham ini mengalahkan 3 saham yang sedang cukup hot saat ini seperti AISA, BEKS dan TRAM, terpilihnya saham ini kemungkinan besar karena banyaknya jumlah investor ritel yang nyangkut di saham ini, dan tentunya banyak pembaca setia website kami juga ingin mengetahui update terakhir pergerakan saham ini secara Bandarmologi, terutama lanjutan dari analisa yang kami rilis bulan September lalu.
Seperti artikel-artikel kami lainnya artikel tersebut juga sempat menjadi pokok perbincangan di kalangan investor di bursa kita beberapa saat setelah artikel tersebut dirilis. Dalam artikel tersebut kami berupaya memperbaiiki mindset yang tertanan di kalangan investor dan analis di bursa kita yang menurut kami kurang tepat, atau lebih tepatnya ‘terlalu naif’, mengenai proses buyback yang dilakukan oleh emiten.
Pristiwa yang dibahas dalam artikel tersebut dimulai ketika WSBP mengeluarkan pernyataan bahwa perusahaan akan melakukan proses buyback selama 1 1/2 tahun dengan anggaran dana sebesar 1 Triliyun dengan target pembelian saham sebesar 18.4 juta lot saham.
Berita tersebut langsung direspon sangat positif oleh para pelaku pasar, dan para analis baik analis sekuritas maupun independen, karena memang logikanya jika ada dana segar sebesar 1 Triliyun yang siap digunakan untuk membeli saham WSBP, maka permintaan akan meningkat, dan kalau permintaan meningkat, maka harga akan naik. Karena itu para analis berbondong-bondong merekomendasikan saham WSBP pasca keluarnya berita tersebut.
Namun kenyataanya harga WSBP bukannya malah naik, malah terjun bebas beberapa saat setelah keluarnya berita buyback tersebut, karena keprihatinan kami tersebutlah kami merilis artikel Lika-Liku Pergerakan Bandar dalam Pelaksanaan BuyBack WSBP !!
Dalam artikel tersebut kami menjelaskan bahwa bursa saham tidaklah se-naif yang dipikirkan banyak orang, atau banyak analis, hanya karena sesuatu masuk akal bukan berarti itu benar, dan bukan berarti seluruh pelaku pasar akan menggunakan logika yang sama di saham WSBP. Dalam artikel tersebut kami menjelaskan secara mendetail mengenai 2 tujuan perusahaan dalam melakukan aksi buyback, mengapa harga saham WSBP justru turun setelah terjadinya aksi buyback, dan bagaimana strategi Mandiri Sekuritas sebagai Sekuritas yang ditunjuk sebagai pelaksana proses buyback mengendalikan harga saham WSBP demi memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Semua analisa yang memang hanya bisa dilakukan dengan menggunakan Analisa Bandarmologi. Jika anda belum sempat membaca artikel tersebut, tidak ada salahnya anda membacanya dulu, sebelum mulai melanjutkan membaca analisa kami hari ini.
Beberapa point penting dalam artikel yang kami tulis bulan September lalu antara lain :
- Jika kita mempertimbangkan fakta bahwa masih ada waktu 16 bulan lagi untuk melaksanakan aksi buyback di saham ini, maka kemungkinan harga saham ini masih menari-nari dibawah level 495 menjadi cukup besar.
- Program buyback ini bertujuan mengumpulkan saham WSBP sebanyak mungkin dalam 18 bulan kedepan, dan tentunya kalau bisa pembelian dilakukan di harga serendah mungkin,atau yang pasti dibawah harga batas atas di 495. Saham-saham yang masuk dalam ketegori ini biasanya akan sangat sulit naik harganya selama aksi buyback masih berlangsung.
Sejauh ini semua analisa yang kami rilis di artikel tersebut terbukti benar, kecuali satu hal, yaitu periode lamanya aksi buyback dilakukan. Sebelumnya kami mengira aksi bayback akan terus dilakukan sesuai dengan periode yang ditetapan oleh perusahaan oleh perusahaan yaitu dari tanggal 27 Juli 2017 sampai 27 Januari 2019, namun ternyata prosesnya berlangsung 1 tahun lebih cepat.
Pada tanggal 10 Januari lalu WSBP mengirimkan surat pemberitahuan ke bursa bahwa proses buyback sudah selesai dilaksanakan.
Seperti terlihat dalam surat pemberitahuan di atas aksi buyback ternyata sudah selesai di akhir Desember 2017 lalu, dimana WSBP melalui Mandiri Sekuritas sudah berhasil membeli saham WSBP sejumlah yang ditentukan 18.4 Juta lot saham.
Kelahaian team Mandiri Sekuritas dalam menjalankan aksi buyback ini bukan hanya terlihat dari proses yang 1 tahun lebih cepat dari periode yang sebelumnya dimumkan ke publik, namun yang lebih penting dari rata-rata harga beli WSBP pada saat proses buyback dilakukan. Jika dilihat rata-rata harga sepanjang periode buyback tersebut, maka kita mendapati harga WSBP ada di kisaran 402/lembar, dan jika harga tersebut kita kalikan 18.4 juta lot, maka kita mendapati jumlah dana yang dikeluarkan untuk membeli saham tersebut kurang lebih hanya sebesar 740M atau berhasil menghemat 260 Milyar dari anggaran yang sebelumnya dialokasikan untuk melakukan aksi buyback ini.
Kita tentunya tidak bisa tahu berapa persen komisi yang diberikan WSBP untuk penghematan ini, kalau saja komisinya 20% dari dana yang berhasil dihemat, maka kurang lebih komisinya mencapai 50 Milyar, thats how smart people make money di bursa kita. That’s the power of Bandarmologi. Hal ini juga sekaligus mengkonfirmasi semua yang kami jelaskan di artikel yang sudah kami tulis sejak bulan September lalu.
Sebenarnya artikel ini bisa diakhiri di sini, dimana seperti artikel-artikel edukasi kami lainnya, kami umumnya fokus menjelaskan mengenai keberadaan Bandar, dan bagaimana beroperasi, dan terkadang ditambahkan dengan betapa mudahnya investor ritel terjebak dengan berbagaimana strategi yang biasa digunakan Bandar.
Namun untuk kali ini kami memutuskan untuk merilis analisa yang lebih mendalam mengenai proses buyback yang sudah selesai terjadi, dan bagaimana prospek saham WSBP kedepan, juga beberapa kejanggalan yang kami temukan dalam proses ini.
Dalam gambar di atas kami menampilkan broker summary dari WSBP selama berlangsungnya proses buyback.
Ada beberapa point penting yang bisa kita ambil dari data di atas :
- CC (Mandiri Sekuritas) sebagai sekuritas yang ditunjuk untuk melakukan proses buyback menjadi broker Top Buyer pada periode tersebut, dengan total pembelian sebesar 13.5 juta lot. Jumlah ini lebih kecil dari jumlah saham yang sudah berhasil di buyback sebesar 18.4 juta lot, artinya dalam waktu yang sama investor lain yang juga menggunakan broker CC melakukan penjualan sebesar 5 juta lot di saham WSBP.
- Selain CC, OD (Danareksa) dan DX (Bahana) adalah sekutirtas yang juga digunakan untuk mendistribusi saham WSBP pasca dilaksanakannya proses IPO di WSBP (kami jelaskan dalam artikel WSBP sebelum, dan beberapa saat setelah IPO saham ini). OD dan DX juga terlihat masih terus mendistribusi saham-saham pasca IPO tersebut, terbukti keduanya juga masih berada di posisi Top Seller saham ini.
- 4 broker ritel utama temuan Team Riset Creative Trader yang selalu kami highlight YP, PD, KK, NI semuanya berada dalam posisi Top Buyer selama periode buyback, artinya investor ritel ikut menambah kepemilikannya di masa buyback ini. Hal ini juga dikonfirmasi dengan meningkatnya kepemilikan investor lokal individual di saham WSBP pada periode yang sama, yang didapat dari data KSEI.
- 4 Broker Asing raksasa, CS, YU, KZ dan DB juga berada berada dalam posisi 6 besar penjual WSBP. Setelah diteliti keempat broker asing tersebut mayoritas digunakan oleh investor lokal dalam periode ini. Artinya meskipun pakai broker asing, namun yang jualan tetap investor raksasa lokal yang menggunakan ke-empat broker tersebut.
Jika anda sudah cukup memahami analisa Bandarmologi anda pasti langsung menyadari ada kejanggalan yang cukup besar, dari 4 point yang kami highlight di atas.
Pertama: Investor Ritel yang biasanya jadi korban justru malah melakukan pembelian di saham WSBP di masa periode buyback. Hal ini jelas berbeda dengan kasus-kasus pada umumnya dimana investor ritel yang memang berada di ‘kasta’ paling rendah di tatanan pasar modal, selalu jadi korban, namun kali ini malah melakukan hal yang sama dengan ‘BANDAR CC’ di saham ini.
Kedua : Para Investor Raksasa justru jualan di harga rugi, investor-investor lokal yang berada di balik CS, YU, KZ dan DB jelas bukan investor ritel seperti kita, mereka jelas adalah para investor raksasa dan institusi, belum aksi jualan barang hasil IPO yang dilakukan oleh broker OD, DX dan jangan dilupakan CC yang kalau tidak ada pembelian buyback sebenyak 18.4 juta lot, JUSTRU tercatat sebagai broker yang paling banyak menjual WSBP pada periode tersebut. Siapakah mereka ?
Dan pertanyaan yang lebih penting adalah, mengapa mereka mau menjual WSBP dalam jumlah sebesar itu, di average harga 400an yang notabene jauh dibawah harga IPO WSBP di 490.
Dalam ilmu Bandarmologi mereka adalah BANDAR sebenarnya di WSBP, memang benar aksi buyback dan gelontoran dana segar sebesar 1 T membuat ‘Bandar CC’ sempat mendominasi perdagangan dalam 5 bulan, namun Bandar saham WSBP yang sebenarnya jelas bukan itu. Karena aksi buyback memang hanya berlaku beberapa saat, dan barang yang sudah dibeli umumnya tidak akan dijual lagi dalam waktu dekat, jadi aksinya sangat berbeda dengan Bandar pada umumnya, yang menggerakan harga untuk memperoleh keuntungan melalui proses akumulasi dan distribusi.
Pertanyaan selanjutnya adalah kenapan BANDAR sebenarnya seakan-akan terjebak oleh aksi Bandar CC, dan mau menjual di harga WSBP yang begitu murah, padahal mereka pun tahu betapa besarnya uang yang dainggarkan oleh perusahaan untuk program buyback ini.
Itulah pertanyaan yang sampai sekarang masih sulit untuk dijawab, ketika BANDAR menjual barangnya di harga yang begitu murah, dan di luar kewajaran, maka hal tersebut biasanya disusul oleh keluarnya berita buruk mengenai perusahaan yang bersangkutan, yang membuat harga sahamnya turun jauh lebih dalam lagi, seperti yang terjadi di saham AISA tahun lalu.
Namun kita tahu dalam kasus ini yang belinya justru perusahaan itu sendiri dan bukan dibeli investor ritel, jadi sepertinya meskipun berita baik atau buruk memang selalu bisa dibuat, untuk mempermulus strategi bandar dalam mengendalikan harga. Namun sulit membayangkan ada berita yang begitu buruk seperti yang terjadi di AISA tahun lalu, terutama setelah perusahaan sendiri baru saja menghabiskan dana sebesar 740M untuk melakukan proses buyback.
WHAT’S NEXT FOR WSBP ?!
Jika BANDAR bukan menjual WSBP karena mengantisipasi adanya berita buruk, maka kemungkinan lainnya mengapa BANDAR rela melepas kepemilikannya untuk proses buyback ini, adalah untuk mengurangi supply saham beredar di market.
Karena saham yang dibeli dalam proses buyback kemungkinan tidak akan dijual paling tidak sampai 2 tahun kedepan, jadi BANDAR pun tidak perlu takut untuk mengerek harga saham ini, karena barang sebanyak 18.4 juta lot tersebut tidak akan tiba-tiba dijual ketika harga WSBP sudah di atas nanti.
Jadi dengan kata lain proses buyback ini juga akan membantu BANDAR kedepannya, karena semakin sedikit saham beradar, semakin murah pula biaya yang dibutuhkan untuk mengerek saham ini, bukan cuma itu dengan tambahan dana segar sebesar 740 M dari penjualan saham di proses buyback, modal yang dimiliki BANDAR untuk menggoreng saham ini pun semakin besar.
Namun masalah yang belum selesai bagi bandar untuk mengerek saham ini adalah tingginya kepemilikan investor ritel di saham ini, yang bahkan kembali meningkat ketika proses buyback dilaksanakan, hal ini membuat masih sulit untuk Bandar mengerek harga saham ini.
Jadi sebagai investor yang menggunakan analisa bandarmologi sebagai panduan utama, kami memilih untuk wait and see dulu, sambil menunggu para investor ritel menjual saham ini ke BANDAR, dari broker summary sepanjang tahun 2018 ini terlihat broker-broker ritel masih tercatat sebagai net buyer di saham ini meskipun jumlahnya sedikit.
Atau kemungkinan lain adalah menunggu naiknya harga WSKT, karena sentimen ini bisa membuat para investor ritel berbondong-bondong membeli saham WSKT, hal itu bisa dimanfaatkan BANDAR untuk memanaskan momentum tersebut untuk mengerek sementara harga WSBP, untuk bisa jualan di harga atas seperti yang terjadi di awal tahun ini.
Related: Jadwal Workshop Bandarmologi yang baru sudah kembali tersedia, dalam 4 bulan kedepan kami akan mengadakan Workshop di Jakarta, Surabaya, Medan dan Makassar, bagi anda yang sudah memahami pentingnya Analisa Bandarmologi dan ingin belajar secara mendalam mengenai bagaimana membaca pergerakan bandar, dan memanfaatkannya untuk keuntungan kita sebagai investor ritel. Anda bisa mendapatkan info lengkapnya disini.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God