Pada hari Rabu lalu saya mendapat pengalaman yang cukup menarik, dimana saya bisa melihat secara langsung ‘terciptanya’ Breaking News yang selama ini sering kita lihat di televisi. Pada sore tersebut, saya sedang berada di Studio CNBC Indonesia di Jakarta. Saya diundang ke CNBC untuk menjadi salah satu nara sumber.
Di tengah siaran yang berlangsung secara LIVE, pimpinan redaksi dari CNBC menyadari kalau Rupiah baru saja menguat dan untuk pertama kalinya dalam 1 bulan berhasil berada di level 14.500an, dalam dalam hitungan detik beliau memberikan signal ke bagian grafis, dan dalam waktu mungkin kurang dari 1 menit, sudah ada Breaking News kalah Rupiah kembali ke 14.500an…
Dan dalam seketika itu juga materi pembahasan juga dirubah, dan langsung fokus membahas mengenai kebangkitan Rupiah, kebetulan Narsum yang sedang LIVE juga merupakan Ekonom dari salah satu Bank ternama di Indonesia.
Menariknya entah ada hubungannya atau tidak pada saat Breaking News itu ditayangkan IHSG masih dalam kondisi terkoreksi, padahal pada saat itu sudah hampir jam 4 sore, investor asing pun terakhir masih dalam kondisi Net Buy. Namun pada saat penutupan market IHSG tutup di zona hijau, dan di akhir perdagangan asing tercatat Net Sell dalam jumlah yang kecil.
Euforia para pelaku pasar karena Bangkitnya Rupiah ternyata tidak hanya terjadi di Studio CNBC saja, dalam perjalanan pulang ketika saya membuka facebook, saya juga melihat status rekan-rekan sesama investor saham juga sibuk membahas mengenai penguatan rupiah hari tersebut, dan optimisme mereka akan kebangkitan IHSG pasca kebangkitan rupiah.
Saya sendiri tidak ikut optimis, bahkan justru sedikit miris dan khawatir di tengah Euforia yang sedang terjadi tersebut, sejak di Studio CNBC apalagi setelah melihat pembahasan rekan-rekan investor di sosial media.
Saya hanya berpikir kalau begini kondisinya bagaimana IHSG mau naik ?!
Sebelumnya di awal minggu lalu kami mengatakan bahwa : The Bull is Here dan kami sangat optimis kalau IHSG akan bergerak naik secara signifikan dalam beberapa bulan kedepan.
Namun melihat euforia penguatan rupiah tersebut saya hanya berpikir :
Kalau asing mau beli, lokal juga mau beli, lalu siapa yang jualan ?!
Karena kami tahu bahwa syarat untuk IHSG bergerak naik (masuk ke trend bullish) hanya satu. Syaratnya mayoritas investor lokal harus menjual sahamnya ke investor asing, atau yang biasa disebut Inflow atau Net Buy Asing. Seperti kita ketahui dalam 8 hari terakhir sebelum hari tersebut investor lokal sedang semangat-semangatnya menjual saham mereka ke investor asing, sehingga net buy asing dalam 8 hari terakhir mencapai 6,1 Triliun rupiah, tidak heran IHSG terus naik pada periode tersebut.
Namun kebangkitan rupiah pada hari Rabu membuat para investor dalam negeri yang sebelumnya semangat jualan saham mereka, menjadi optimis kalau IHSG akan terus naik kedepannya dan ingin membeli kembali saham yang sudah mereka jual.
Masalahnya jika mayoritas investor lokal ingin melakukan pembelian, maka investor asing ‘terpaksa’ menjual supaya bisa terjadi transaksi.
Dan jika kita mempelajari semua penurunan signifikan IHSG dalam 10 tahun terakhir, syarat jatuhnya IHSG hanya ada satu, IHSG jatuh ketika mayoritas investor lokal sedang semangat untuk membeli saham di bursa kita dari investor asing atau yang biasa disebut Outflow atau Net Sell Asing.
Itulah sebabnya saya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala ketika melihat Euphoria yang terjadi di kalangan investor lokal tersebut, dan dalam wawancara saya dengan reporter CNBC setelah penutupan market hari itu, saya hanya mengatakan bahwa dalam kondisi seperti ini investor asing akan kesulitan untuk melakukan pembelian, dan itu akan membuat kenaikan IHSG terhambat, dan investor asing harus membuat euphoria investor lokal mereda dulu, sampai investor lokal mau lagi menjual saham mereka ke asing, dan di saat itulah IHSG baru bisa melanjutkan trend bullishnya.
EFEK SEBENARNYA DARI PELEMAHAN NILAI TUKAR RUPIAH
Jika kita berbicara pergerakan nilai tukar rupiah terhadap USD, faktor tersebut memang faktor yang cukup sensitif bagi kalangan investor di Indonesia, karena pelemahan rupiah selalu dikatikan dengan krisis yang terjadi di tahun 1998 lalu.
Sebenarnya jika kita melihat 10 tahun terakhir, kita tidak menemukan adanya efek negatif yang ditimbulkan dari pelemahan nilai tukar rupiah baik terhadap ekonomi dalam negeri atau IHSG. Karena faktanya dalam 10 tahun terakhir rupiah terus melemah terhadap USD, namun di waktu yang sama IHSG menjadi salah satu indeks dengan pertumbuhan terbaik di dunia, yang ditopang oleh pertumbuhan Ekonomi dari dalam negeri yang juga sangat baik dalam 10 tahun terakhir.
Jika kita berbicara tahun ini saja, ketika nilai tukar rupiah melemah signifikan, pertumbuhan Ekonomi dalam negeri bahkan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, hal ini bisa kita lihat dari grafik GDP Growth Indonesia 3 tahun terakhir, terlihat pertumbuhan di tahun 2018 ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Artinya Ekonomi Indonesia bahkan bisa bertumbuh lebih cepat ketika nilai tukar rupiah melemah signifikan seperti tahun ini.
Memang benar tahun ini IHSG mengalami penurunan, namun penurunan tersebut disebabkan karena asing yang terus jualan hampir sepanjang tahun ini dan kita tahu kalau asing jualan tidak peduli Dollar naik atau turun, IHSG tetap akan turun.
Jadi sebenarnya efek negatif pelamahan rupiah terhadap USD lebih bersifat psikologis lebih karena efek traumatis masa lalu, karena memori akan pelemahan rupiah yang disusul oleh krisis 1998 lalu sampai saat ini masih terekam di kepala mayoritas investor, jadi ketika rupiah melemah otomatis ketakuan akan krisis moneter seperti tahun 1998 akan muncul.
Sebaliknya ketika rupiah menguat signifikan seperti hari Rabu lalu, ketakutan itu seakan-akan sirna dan berubah menjadi euforia. Hal ini memang wajar-wajar saja terjadi di kalangan investor lokal, namun jika terjadi ketika asing sedang dalam fase akumulasi seperti yang terjadi minggu lalu, kenaikan rupiah justru akan sedikit merepotkan untuk investor asing dan akhirnya berdampak pada pergerakan IHSG.
Related: Jika anda ingin mendapatkan pembahasan lebih mendalam mengenai prosepk IHSG di akhir tahun 2018 ini anda bisa mengikuti Acara Market Outlook : The Bull is Here !! Are you Ready ?! Acara terbuka untuk umum dan akan diadakan besok, Selasa 13 Okt 2018 jam 19.30 WIB secara LIVE, klik disini untuk mendaftar.
BAGAIMANA INVESTOR ASING MENGENDALIKAN EMOSI DAN AKSI INVESTOR LOKAL
Namun kabar baiknya karena sudah bertahun-tahun beroperasi di Indonesia, investor asing sudah terlatih untuk mengendalikan emosi investor lokal, dan dalam waktu singkat mereka bisa merubah euforia menjadi panic, dan juga sebaliknya, di sesuaikan dengan kebutuhan mereka pada waktu yang bersangkutan.
Dan seperti kita ketahui hanya dalam 2 hari perdagangan euforia tersebut sudah hilang, di akhir pekan ini jika kita mengamati pembahasan para rekan-rekan investor di sosial media, anda akan mendapati kalau mayoritas investor sudah memfokuskan perhatiannya ke efek dari kebijakan Free Float yang akan rencananya akan diterapkan tahun depan.
Bukan cuma itu aksi Mark Down asing di hari Jumat lalu, yang membuat IHSG terkoreksi sampai 1.7% juga pun membuat para investor lokal kembali khawatir akan prospek IHSG kedepan, hal ini cukup bisa kita lihat dari pembahasan di berbagai media sosial dan forum saham. Artinya sebagian investor lokal sudah siap menjual saham mereka lagi ke investor asing.
Jadi bisa kita asumsikan bahwa kondisi saat ini sudah jauh lebih kondusif untuk para investor lokal melanjutkan penjualan sahamnya pada para investor asing, hal ini sangat penting untuk prospek IHSG kedepan, karena tanpa adanya aksi jual besar-besaran yang dilakukan oleh investor lokal, inflow asing tidak bisa terjadi, dan kalau tidak ada inflow asing, nasib IHSG akan terus memprihatinkan seperti yang sudah terjadi sepanjang tahun 2018 ini.
Sejarah mengajarkan kepada kita, untuk IHSG dan saham-saham bluechip mengalami kenaikan mayoritas investor lokal harus menjual saham yang dimiliknya kepada investor asing. Namun menariknya sebagai investor lokal, kita juga bisa menggunakan analisa foreign flow, sehingga kita bisa berhenti mengikuti pergerakan investor lokal pada umumnya dan memilih mengikuti pergerakan investor asing. Itulah inti dari analisa foreign flow, jika sampai saat ini anda belum mepelajari analisa foreign flow, dan tidak ada waktu yang lebih ideal untuk mengikuti pergerakan asing selain di awal fase akumulasi asing seperti yang terjadi saat ini.
Jangan lewatkan kesempatan unutk mempelajari analisa ini di Workshop Foreign Flow Online yang akan diadakan akhir pekan ini atau anda juga bisa membeli langsung sistem Foreign Flow Pro yang kami cipatakan khusus untuk membantu anda mengikuti pergerakan investor asing di bursa kita secara real time, klik disini untuk mendapatkan informasi lengkapnya.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God