Dalam 2 hari terakihir perdagangan minggu lalu investor asing memborong saham-saham di bursa kita, secara total dana asing yang masuk pada perdagangan hari Kamis dan Jumat lalu sebesar 4.2 Triliyun rupiah. Jumlah inflow 2 hari terakhir ini adalah inflow 2 hari kedua terbesar sepanjang sejarah IHSG, dan hanya kalah dari inflow 2 hari di tahun 2014 lalu tepat ketika Jokowi – JK memenangkan Pemilu Presiden.
Dalam artikel yang kami rilis hari Jumat lalu kami membahas bagaimana banyak investor dan analis lokal yang punya kebiasaan yang keliru karena berpendapat Investor Asing atau Bandar harus memiliki ‘alasan fundamental’ ketika mereka menjual saham yang dimilikinya. Pada kenyataanya seorang fund manager bukanlah seorang Ekonom yang harus bertindak sesuai dengan teori-teori ekonomi dan baru akan menjual saham yang mereka miliki ketika ada berita buruk atau perubahan kondisi Makro Ekonomi.
Tugas utama dari Fund Manager adalah untuk mengembangkan dana yang dikelolanya, artinya fokus utama mereka bukanlah untuk mengikuti teori ekonomi melainkan untuk mencari keuntungan. Itu sebabnya sangat sering kita menemukan dalam kondisi yang positif investor asing justru memilih untuk menjual saham-saham yang dimilikinya, karena justru dalam kondisi seperti itulah investor asing dapat dengan mudah mendapatkan pembeli, terutama karena masih banyak investor Indonesia dari trader ritel sampai investor institusi yang masih percaya bahwa Asing akan bergerak mengikuti teori makro ekonomi.
Artikel terakhir kami tersebut mendapatkan banyak respon positif dari para pembaca karena berhasil menyadarkan banyak investor akan kondisi yang sebanarnya. Pertanyaan selanjutnya adalah, jika Investor Asing tidak perlu memiliki alasan Fundamental untuk melakukan penjualan, apakah hal yang sama juga berlaku ketika mereka melakukan pembelian ? Apakah ketika Investor Asing membeli saham mereka juga tidak memiliki fundamental sama sekali kecuali untuk memperoleh keuntungan ?
Dalam hal melakukan pembelian seorang pemain besar memiliki 2 faktor yang akan menjadi pertimbangan utama :
- Adanya penjual, artinya investor asing hanya bisa membeli saham ketika investor lokal mau menjualnya, itulah sebabnya sering kali kita menemukan bahwa investor asing mulai melakukan akumulasi ketika investor lain mengalami kepanikan, hal yang kurang lebih seperti yang terjadi sepanjang minggu lalu, ketika para investor lokal ‘tertipu’ dengan teori ekonomi tentang suku bunga The Fed.
- Bisa menjual kembali di masa yang akan datang, meskipun investor asing bisa melakukan pembelian kapan saja dan dalam kondisi apa pun selama ada yang menjual, namun sebelum membeli mereka harus yakin terlebih dahulu kalau di masa yang akan datang kondisi akan cukup kondusif untuk mereka melakukan penjualan kembali, dalam hal inilah investor asing membutuhkan seorang ahli ekonomi dan analis yang berkualitas, dengan jumlah investasi yang mencapai puluhan Triliun, tidak mudah untuk mereka dapat melakukan penjualan atau keluar dari market, jika kondisi tidak kondusif.
Itulah gunanya analis bagi seorang Fund Manager yaitu untuk memprediksi apakah di masa yang akan datang kondisi akan jauh lebih baik dari saat ini, sehingga saham yang mereka beli dari investor lokal sekarang bisa mereka jual lagi ke investor lokal di harga yang lebih tinggi ketika berita-berita positif bermunculan dan mendatangkan optimisme untuk investor ritel ? Jika jawabannya tidak, mereka tidak akan melakukan pembelian.
Pertanyaanya terbesar sekarang adalah apa alasan di balik ‘menggilanya’ pergerakan investor asing dalam 2 hari terakhir ?
Dalam record inflow sebelumnya kita sudah dapat membayangkan apakah yang dipikirkan oleh investor asing yang menjadi alasan mereka melakukan pembelian besar-besaran ketika Jokowi menang dalam Pilpres 2014 lalu, 2 hari setelah pengumuman hasil Quickcount, investor asing melakukan pembelian sebesar 4.9 Triliun, tentunya karena asing sangat optimis akan dampak positif yang akan terjadi dalam pemerintahan Jokowi – JK, sesuatu yang sudah kita rasakan sekarang.
Lalu apakah yang dipikirkan investor asing minggu lalu, ketika mereka mengeluarkan uang sebesar 4.2 Triliun dalam 2 hari, apakah alasan besar yang hampir setara dengan terpilihnya Jokowi yang terjadi di akhir minggu lalu ? Sebagai orang lokal kita tidak menyadari apa yang terjadi sepanjang di hari Kamis dan Jumat lalu.
Jika alasannya hanya karena ada yang menjual, karena termakan berita negatif the fed, seharusnya pembelian tidak akan begitu besar jumlahnya, dan tentunya IHSG tidak akan membuat level tertinggi baru, jika aksi beli hanya dilandasi oleh kepanikan investor lokal.
Related: Ketika Investor Asing Menggila seperti saat ini, Analisa Foreign Flow akan sangat berguna untuk mendapakan profit di saham-saham yang diborong oleh investor asing, dan memanfaatkan secara maksimal trend bullish di IHSG. Bagi rekan-rekan yang berminat untuk memiliki Sistem Foreign Flow tanpa mengikuti Workshopnya, anda bisa mendapatkan informasinya di sini.
Jadi hampir pasti ada sesuatu yang belum diketahui oleh investor lokal, namun sudah diketahui oleh investor asing saat ini. Sesuatu yang bernilai 4.2 Triliyun. Sebagai pengamat aliran dana asing, kami umumnya tidak peduli dengan alasan, karena sistem kami sudah memantau aliran dana asing setiap menit, jadi kami hanya berfokus mengikuti arus dana asing, tanpa perlu pusing-pusing memikirkan alasannya.
Namun jika jumlahnya mencapai 4.2 Triliyun dalam 2 hari tentunya kami cukup penasaran. Sejak awal minggu lalu kami sudah memprediksi bahwa inflow asing ini, ada hubungannya dengan kunjungan Lembaga S&P ke Indonesia untuk me-review mengenai Rating Indonesia. Seperti kita ketahui saat ini S&P adalah satu-satunya lembaga rating yang belum memberikan Investment Grade untuk Indonesia.
Pemberian Investor Grade ini dapat membuka banyak pintu untuk pasar modal Indonesia, karena akan ada banyak dana kelolaan dari luar negeri yang baru bisa masuk jika ketiga lembaga rating ini sudah memberikan rating yang sama. Dan jika S&P benar-benar akan memberikan reting BBB- untuk Indonesia, kira-kira siapakah yang akan mereka beri tahu lebih dulu ?!
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market