Pada artikel sebelumnya pada artikel PROYEK 35.000 MEGAWATT, EMITEN MANA PALING DIUNTUNGKAN ??kami membahas mengenai betapa menariknya sektor kabel karena proyek 35.000 MW yang sedang dikerjakan pemerintah . Kita pun telah melihat seberapa besar porsi pendapatan masing-masing emiten yang berasal dari PLN. Pada artikel selanjutnya kita akan membahas secara singkat mengenai profil masing-masing emiten serta kinerja keuangannya selama 3 tahun terakhir. Adapun kami hanya menganalisa 5 emiten kabel saja dari 6 emiten yang ada. Oke langsung kita mulai saja, yang pertama adalah :
VOKS
PT Voksel Electric Tbk merupakan perusahaan yang berdiri sejak 1971. Perusahaan bergerak dalam industri kabel yang fokus pada segmen dalam negeri. Adapun produk utama perseroan adalah kabel listrik, selain itu perusahaan memproduksi kabel telekomunikasi dan kabel serat fiber (fiber optic). VOKS sendiri hingga akhir tahun 2016 memiliki kapasitas produksi per tahunnya untuk masing-masing produk antara lain :
- Kabel Aluminium dengan kapasitas 68.500 MT
- Kabel Tembaga dengan kapasitas 21.000 MT
- Kabel serat fiber (fiber optic) dengan kapasitas 1.8 Juta fkm
Pelanggan utama perseroan sendiri untuk kabel listrik ada PT PLN dan untuk kabel serat fiber (fiber optic) ada PT Telkom. Perusahaan pun pernah menerima orderan dari Waskita yang menyumbang hampir 15% dari pendapatan perusahaan pada 2016.
Grafik diatas merupakan grafik kinerja keungan VOKS dalam 3 tahun terakhir. Kita melihat dalam 3 tahun terakhir laba bersih perusahaan mengalami kenaikan.
Jika kita lihat pada tahun 2014 dan 2015 terdapat penurunan pendapatan sekitar 25%, namun perusahaan masih bisa mencatatkan keuntungan. Sementara pada 2014 yang pendapatan perusahaan lebih besar perusahaan malah mencatatkan kerugian sebesar 85 Miliar. Hal ini karena pada tahun 2014 harga acuan tembaga berada pada level USD 6000 – 7000 per Metrik Ton dan Aluminium yang berada pada level USD 1850 – 1890 per Metrik Ton, jauh lebih tinggi daripada harga pada 2015 yang berada pada kisaran USD 4700-5700 untuk tembaga dan USD 1500-1700 untuk aluminium. Fluktuasi harga komoditas sangat berpengaruh terhadap margin perusahaan mengingat sekitar 80% HPP perusahaan merupakan bahan baku.
Hingga semester 1 2017 ini sendiri VOKS mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 13.3% atau menjadi 1 Triliun dari sebelumnya semester 1 2016 yang sebesar 885 Miliar. Namun untuk laba bersih sendiri turun 29% dibanding semester 1 tahun lalu diakibatkan beban usaha dan beban pokok penjualan yang naik.
KBLI
PT KMI Wire and Cable Tbk merupakan salah satu produsen kabel besar di Indonesia yang telah berdiri sejak 1972. KBLI sendiri fokus pada segmen dalam negeri dengan produk kabel tembaga dan kabel aluminium dan tidak memproduksi kabel serat fiber (fiber optic). Adapun hingga akhir tahun 2016 kapasitas produksi perusahaan per tahunnya sebesar 42.000 Metric Ton yang terdiri dari 16.000 MT kabel listrik aluminium dan 26.000 MT kabel listrik tembaga.
Adapun pelanggan utama perusahaan sendiri yaitu PLN. Dimana perusahaan sendiri telah mendapat sertifikat type test dan SPM dari PLN untuk kabel tegangan tinggi bawah tanah. Hal ini tentu menjadi katalis positif hubungan antara keduanya.
Kinerja keuangan perusahaan secara konsisten bertumbuh selama 3 tahun kebelakang. Kami sendiri mengestimasikan pendapatan perusahaan untuk 2017 akan meningkat sebesar 10.5% dari pendatapan 2016 atau menjadi 3.1 Triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar 2,8 Triliun.
Sementara pendapatan hingga semester 1 ini KBLI mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 0.28% dibanding semester 1 tahun 2016. Sementara untuk laba bersih sendiri naik 56% menjadi 255 Miliar dari semester 1 2016 yang hanya 142 Miliar.
SCCO
PT Sucaco Tbk salah satu produsen kabel tertua di Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1970. Perusahaan hanya memproduksi kabel listrik tembaga dan aluminium, perusahaan tidak memproduksi kabel fiber optic. Adapun perusahaan memiliki total kapasitas produksi sebesar 45.000MT yang terdiri dari 35.000MT kabel tembaga dan 10.000MT kabel aluminium. Pada tahun 2017 ini perusahaan berencana meeningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan kabel dalam negeri.
Adapun porsi pendapatan SCCO sendiri sejak tahun 2014 hingga 2016 sekitar 60-70% disumbang oleh penjualan terhadap perusahaan swasta. Sementara penjualan pada PLN hanya berada pada kisaran 12-15%.
Dari grafik diatas kita bisa melihat bahwa kinerja keuangan SCCO mirip dengan KBLI, dimana kita bisa melihat pertumbuhan yang cukup konsisten sepanjang 3 tahun terakhir. Untuk tahun 2017 sendiri Q1 2017 masih terlihat adanya pertumbuhan, dimana pada Q1 pendapatan perusahaan bertumbuh sebesar 26% atau menjadi 1.1Triliun dari sebelumnya hanya 895Miliar.
Sementara update semester 1 2017 pendapatan perusahaan naik 17.37% atau menjadi sebesar 2.1 Triliun dibanding semester 1 2016 kemarin.Sementara laba bersih turun 23% akibat beban pokok penjualannya yang naik cukup tinggi.
JECC
PT Jembo Cable Company Tbk berdiri sejak 1972. Fokus produksi perusahaan ini berada pada produksi kabel listrik tegangan rendah tembaga dan aluminium, serta fiber optic dengan kapasitas untuk kabel listrik tembaga sebesar 9.000Ton, Kabel listrik aluminium sebesar 12.000 Ton dan kabel fiber optic 3 Juta Ton per tahunnya. Adapun sepanjang 2016 segmen pelanggan perusahaan sendiri cukup seimbang antara swasta, Telkom, distributor, dan PLN dengan kisaran presentase 25-30%.
Jika kita melihat bahwa JECC pun membukukan kinerja keuangan yang cukup konsisten sama seperti 2 emiten sebelumnya. Namun yang menarik adanya penurunan laba bersih di tahun 2015 menjadi 2,46 Miliar dari tahun 2014 yang sebesar 24 Miliar. Penurunan ini bukan karena menurunnya penjualan, namun karena adanya kerugian selisih kurs yang diderita perusahaan.
Update laporan keuangan Semester 1 2017 pendapatan JECC tumbuh tipis 0.01% dibanding semester 1 tahun 2016, dan laba bersih sendiri turun sebesar 35% dikarenakan adanya peningkatan harga pokok penjualan sebesar 40 Miliar.
KBLM
PT Kabelindo Murni Tbk adalah perusahaan terkecil dari 5 emiten yang dibahas disini. Fokus penjualan KBLM merupakan kabel listrik aluminium dan tembaga. Kami tidak banyak mendapat informasi baik dari website perusahaan maupun dari sumber lainnya mengenai kapasitas produksi perusahaan ini.
Jika dilihat dari nilai penjualannya kami dapat menyimpulkan bahwa kapasitas produksi KBLM ini cukup kecil, melihat pendapatan emiten lain rata-rata berada pada level 2,5 Triliun sementara pendapatan KBLM tahun lalu hanya sebesar 900 Miliar. Adapun estimasi kami pendapatan KBLM tahun ini akan naik menjadi 1,2 T.
Update KBLM hingga semester 1 2017 ini membukukan penjualan sebesar 592 Miliar atau naik sebesar 11.5% dibandingkan semester 1 tahun 2017 kemarin. Sementara untuk laba bersih sendiri turun sebesar 69% dikarenakan meningkatnya beban pokok penjualan yang meningkat hampir 100 Miliar.
Perbandingan Rasio Emiten Kabel
Selanjutnya kami mencoba membandingkan beberapa rasio yang kami anggap penting yang kami ringkas dalam tabel dibawah ini.
Tabel diatas menggunakan data harga penutupan 28 Juli 2017. Dari tabel diatas kita dapat melihat bahwa market cap terbesar di pimpin oleh KBLI, hal ini tidak mengherankan dimana KBLI tahun ini sudah naik harganya sudah naik sekitar 71% YTD. Sementara dari semua emiten yang memiliki ROA paling tinggi adalah KBLI dengan 17,27% diatas rata-rata yang hanya 9,08%. Sementara untuk P/E kami terlihat JECC memiliki P/E paling rendah diantara yang lain.
Itulah profil singkat dari emiten-emiten kabel yang ada, kami sangat menerima masukan serta informasi tambahan yang mungkin terlewat kami lampirkan. Pada artikel selanjutnya kami akan membahas mengenai kenaikan harga komoditas mengingat dari data diatas bahwa hampir seluruh pendapatan emiten kabel naik, namun laba bersih beberapa ada yang turun karena meningkat tajam nya beban pokok penjualan terutamanya harga bahan baku, selain itu akan dibahas bagaimana strategi manajemen menyikapi kenaikan harga komoditas.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market