Dalam 2 minggu terakhir pergerakan luar biasa yang terjadi di saham PGAS menarik perhatian para investor ritel di Indonesia, hal ini disebabkan karena ‘aksi serampangan’ yang dilakukan oleh investor asing di saham ini yang membuat banyak investor lokal menjadi korban.
Tanpa panjang lebar dalam artikel ini kami akan coba menjelaskan apa yang dilakukan investor asing di saham ini, dan baga
Pergerakan Asing yang signifikan di saham PGAS mulai terjadi di pertengahan bulan Oktober lalu, dimana seperti kita bisa lihat pada grafik Foreign Flow PGAS di samping, dalam periode 11 Oktober 2019 sampai 30 Oktober 2019, investor asing terus melakukan pembelian saham PGAS dari para investor dalam negeri.
Aksi beli yang dilakukan asing tersebut, terlihat terus membuat harga saham PGAS mengalami kenaikan dari level 2.020 – 2.440. Menggunakan sistem Foreign Flow kita bisa menghitung pembelian investor asing dalam periode tersebut, seperti kami cantumkan di samping dalam periode tersebut investor asing melakukan pembelian sebesar 481 Milyar, dengan total saham yang dibeli sebanyak 2 juta lot, dengan rata-rata pembelian per lembar sahamnya sebesar 2.331 /lembar.
Jika kita melihat grafik di atas semuanya terlihat normal dan wajar, dimana investor asing melakukan pembelian dalam jumlah besar, dan harga saham ini terus bergerak naik dalam periode tersebut.
Dalam periode ini para ‘expert saham’ banyak menghubungkan kenaikan harga PGAS ini dengan rencana kenaikan harga Gas di awal bulan November. Namun menariknya pada hari Kamis malam (30 Oktober 2019) , keluar berita dari Menteri ESDM yang bari kalau harga eceran Gas tidak jadi dinaikan di awal bulan November lalu. Berita ini ini memberikan sentimen negatif pada bisnis Gas, namun bagi yang biasa mengamati pemberitaan di sektor-sektor pertambangan dan gas, kita tahu berita-berita seperti ini cukup sering muncul dalam 5 tahun terakhir ini. Sering kali dalam 1-2 minggu setelahnya keluar kebijakan baru, atau dilakukan perundingan, penundaan, dll.
Namun keesokan harinya. para pelaku pasar dalam negeri dikagetkan dengan KEPUTUSAN investor asing untuk MEMBANTING HARGA SAHAM INI sejak masa Pre-Opening perdagangan hari tersebut.
Keputusan investor asing tersebut membuat harga PGAS langsung dibuka dalam kondisi Gap Down.
Kejatuhan harga PGAS ini sepertinya menarik perhatian para investor lokal sehingga para investor lokal berbondong-bondong melakukan pembelian besar-besaran dari investor asing, melihat besarnya minat beli investor lokal tersebut, investor asing memutuskan untuk terus melakukan penjualan sepanjang perdagangan hari Kamis yang membuat harga PGAS terus bergerak turun sampai penutupan hari Kamis. Tingginya minat beli investor lokal di saham PGAS kemungkinan disebabkan karena menurut pemahaman investor ritel pada umumnya, bisnis PGAS adalah penyaluran Gas dan bukan penjualan gas, jadi kenaikan atau tidak jadi naiknya harga gas, seharusnya tidak berdampak pada kinerja perusahaan.
Di ke-esokan harinya pada hari Jumat saham PGAS terlihat cukup tenang di-awal perdagangan bahkan harganya cenderung rebound dengan volume perdagangan yang rendah, kondisi ini berlangsung sepanjang dari pagi sampai sekitar jam 2 siang, namun sekitar jam 3 sore, asing kembali memutuskan untuk melanjutkan aksi jualnya ke investor lokal, dan kembali membuat harga PGAS terjun bebas.
Seperti dilihat pada rangkuman pergerakan asing di atas pada hari Kamis dan Jumat secara total investor asing melakukan penjualan PGAS sebanyak 283 Milyar, dengan total penjualan sebanyak 1.3 juta lot, dan yang menariknya average harga asing dalam perdagangan 2 hari tersebut sebesar 2.073/ lembar saham.
Jadi kalau dibandingkan pembelian asing pada periode sebelumnya, bisa kita simpulkan bahwa investor asing melakukan penjualan di bawah harga modal pembelian mereka sebelumnya di 2.331/ lembar saham. Atau kalau meminjam istilah investor ritel, bisa dikatakan investor asing melakukan cut loss.
Namun kita tahu kalau kita berada di posisi investor asing yang memiliki kekuatan untuk mengatur pergerakan harga, maka penjualan ini bahkan lebih aneh lagi, karena kalaupun mereka mau jualan, sebenarnya mereka bisa melakukan penjualan (profit taking) dengan cara yang halus, supaya modal penjualan mereka bisa dilakukan di atas harga pembelian mereka sebelumnya. Toh berita yang keluar hanya mengatakan bahwa harga gas batal untuk dinaikan di bulan November, bisa saja harganya dinaikan di bulan Desember, atau di awal tahun depan.
Seperti kami katakan di awal perdagangan hari Kamis tersebut di Channel Telegram kami, kalaupun asing mau profit taking, harusnya caranya tidak seperti ini. Karena dengan membanting harga sejak awal perdagangan hari Kamis, otomatis penjualan mereka sudah dilakukan di harga bawah, apalagi melakukan penjualan di akhir perdagangan hari Jumat, dimana secara tiba-tiba dan kasar membanting harga PGAS dalam waktu begitu singkat. Hal itu tentunya membuat kepanikan dan trauma di kalangan investor lokal, yang notabene adalah ‘customer’, dari saham PGAS yang sedang dijual investor asing. Bagi rekan-rekan yang memiliki usaha sendiri, tentunya tahu kalau customer yang panik umumnya memilih untuk belanja, jadi sangatlah aneh kalau investor asing malah sengaja menciptakan kepanikan, apalagi kalau mereka mau lanjut jualan.
Kepanikan investor lokal tersebut terus dipupuk sepanjang akhir pekan, di berbagai forum saham mulai tersebar pembahasan-pembahasan negatif mengenai masa depan PGAS, juga penjelasan yang mengatakan bahwa meskipun PGAS fokusnya adalah penyaluran gas bumi, namun tidak jadi naiknya harga Gas akan memberikan dampak sangat besar pada kinerja PGAS.
Dan kepanikan yang dibangun sejak hari Jumat sore, dan sepanjang akhir pekan tersebut sepertinya memicu banyak investor lokal untuk melakukan aksi cut loss di awal perdagangan hari Senin, dan seperti kita ketahui pada hari Senin, sejak awal perdagangan investor asing langsung melakukan pembelian besar-besaran, dan membuat harga PGAS langsung naik.
Kejadian ini tentunya mengajarkan kepada kita semua bahwa para investor lokal seperti kita memang umumnya hanya bisa menjadi komentator saja, dan komentar kita tidak merubah fakta bahwa investor asing bisa menggerakan harga PGAS sesuka mereka. Pembelajaran lengkap tersebut kami posting Channel Telegram dan Instagram kami pada hari yang sama.
Dan melihat begitu banyaknya saham yang berhasil di buyback asing di harga bawah pada hari Senin lalu, hal ini menunjukan bahwa aksi yang dilakukan investor asing untuk membuat panik investor lokal sudah cukup berhasil dijalankan.
Dan jika kita melihat aksi lanjutan yang dilakukan investor asing sepanjang perdagangan minggu lalu, terlihat jelas secara ‘diam-diam’ investor asing terus memborong saham-saham yang kemungkinan merupakan barang cutloss-an investor lokal.
Sepanjang perdagangang minggu lalu asing sudah melakukan pembelian kembali di saham PGAS sebanyak 1,322 juta lot, namun kali ini dengan average pembelian di 1.962 artinya pembelian di harga yang lebih rendah dibanding penjualan mereka pada hari Kamis dan Jumat 2 minggu uang lalu.
Bukan cuma itu harga PGAS pun sekarang sudah jauh lebih rendah dari harga 2 minggu yang lalu, jadi kalaupun investor asing mau melanjutkan aksi akumulasinya, mereka sekarang sudah bisa membeli di harga yang lebih murah, dan investor lokal pun saat ini sudah jauh lebih skeptis terhadap saham PGAS karena kejatuhan tiba-tiba saham ini 2 minggu yang lalu. Jadi kalau kita simpulkan investor asing sudah berhasil melakukan akis short-sell di saham PGAS dalam aksinya 6 hari terakhir ini.
Related: Melawan investor asing bukanlah satu-satunya strategi yang bisa dilakukan investor lokal untuk mencari untung di bursa saham, sebagai investor lokal kita bisa memilih untuk mengikuti pergerakan investor asing, dimana kita ikut membeli ketika investor asing membeli, dan menjual ketika investor asing sedang menjual. Strategi itulah yang dikembangkan oleh team Creative Trader dalam 10 tahun terakhir, dan kami sudah mengajarkan hampir 1000 investor di Indonesia untuk menggunakan Analisa Foreign Flow dalam trading, strategi untuk mengikuti pergerakan asing tersebutlah yang kami ajarkan dalam Workshop Foreign Flow, bagi anda yang berminat mengikuti Workshop tersebut, anda bisa mengikuti Workshop yang akan diadakan bulan November ini di Jakarta, dapatkan info lengkap dan pendaftarannya disini.
Kita tahu fakta dimana investor asing memang memiliki kebebasan untuk mengatur pergerakan saham unggulan memang bukanlah sesuatu yang baru, namun apa yang terjadi di saham PGAS ini bisa dikatakan cukup berbeda, karena selama ini investor asing biasanya bergerak lebih elegan dalam mengendalikan pergerakan harga saham yang dibandarinya. Dimana kalaupun asing jualan, mereka jualannya secara bertahap, sehingga harga saham bergerak turun secara perlahan seiring dengan semakin besarnya saham yang dijual ke investor lokal, kalaupun asing mau me-mark-down harga, biasanya penurunan harga di masa mark down tidak sampai mendatangkan kepanikan seperti yang terjadi di saham PGAS ini.
Apa yang dilakukan asing di saham PGAS ini lebih menyerupai aksi yang dilakukan oleh Bandar-Bandar lokal yang biasanya mengendalikan pergerakan harga saham-saham gorengan, namun yang mengkhawatirkan adalah, fakta dimana asing berhasil melakukan Short Sell dengan cara seperti itu membuat mereka bisa saja melakukan strategi yang sama di saham-saham unggulan lainnya.
Semakin bertambahnya jumlah investor lokal dan semakin maraknya gerakan nasionalis di bursa kita yang men-encorage para investor lokal untuk memborong saham ketika asing sedang jualan besar-besaran, dan menjual ketika asing sedang akumulasi tampaknya membuat investor asing semakin leluasan melancarkan strateginya di market Indonesia.
Kalau sudah berhasil dilakukan di saham PGAS, bukan mustahil kedepannya Asing memutuskan untuk melakukan strategi yang sama di saham-saham yang lebih besar lagi. Dimana harga saham-saham unggulan bisa secara tiba-tiba dibanting secara extrame, dan ketika kepanikan sudah menyebar di kalangan investor lokal, dan dibumbui oleh berita-berita negatif yang membuat investor lokal panik dan cut loss, dan disitulah asing mem-buybak kembali saham yang mereka jual.
Namun sisi positifnya, kalau memang investor lokalnya semakin banyak, dan terlihat semakin mudah ‘dikerjain’ seperti di saham PGAS ini, mungkin saja fakta ini ini akan membuat investor asing akan melihat kalau bursa saham Indonesia merupakan bursa yang menarik karena ada banyak peluang untuk mereka memperoleh keuntungan dari para investor dalam negeri. Jika itu yang terjadi mungkin saja akan mendorong investor asing untuk kembali masuk ke bursa saham Indonesia.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God
17 comments
Menurut saya kalau strategi-strategi seperti ini terus dibiarkan, maka akan semakin banyak investor lokal yang menjadi korban. Pihak BEI seharusnya melakukan pembatasan terhadap pergerakan investor asing di bursa kita, sehingga mereka tidak bisa seenaknya membanting harga, seperti ini.
Kondisi seperti ini tidak baik untuk iklim investasi di Indonesia. Karena bagaimana pun saham itu ada fundamentalnya, jadi tidak sehat kalau harga sahamnya dinaik-turunkan seperti layaknya investasi bodong.
Menurut saya ada banyak investor ritel yang merasa dirugikan seperti saya, mungkin pihak CTS bisa membantu mengumpulkan suara para investor ritel, sehingga kita bisa membuat permohonan resmi ke pihak BEI.
kalo cuan bakal bikin permohonan resmi juga nga pak?
investasi dimanapun hrs dipantau, apalagi di pasar modal.. masalahnya ada big fund mau masuk ..mau ikut investasi harusnya dibuka peluangnya sebesar besarnya. cuma satu aja yg saya gak suka di indonesia .. kenapa sih di akhir waktu jam 4 sore dikasih waktu tambahan. kenapa gk tetap saja running sperti biasanya. karena di waktu tsb. transparansi jadi ternodai. mungkin gk kalo dihapus saja jam tambahan tsb. tks pak arga n team atas kesempatanya.
Santai saja. Naik atau turun it is part of the game. Yang paling penting menguasai diri kita sendiri dan jga psikologi pasar dan money management. Klo dikasi turun dan fundamental bagus kan peluang tuk beli. Klo naik terus kapan bisa beli. Klo diem trus juga kapan bisa jual
Saya menyarankan agar dibuat suatu aturan wajib oleh BEI bagi setiap sekuritas asing, harus dan wajib melaporkan saham apa aja yang mau dibeli atau dijual pada hari itu dan dalam jumlah dan harga berapa.
semua itu harus dilaporkan jam 8.30 sebelum pasar buka. Jadi sistemnya tak boleh online trading tapi harus offline.
Pasti deh gak ada bandar asing lagi di BEI nantinya…
Usl yang bagus bukan?
strategi seperti ini lebih cocok untuk yang punya waktu mengamati market
Berarti kalau asing saat ini sedang akumulasi, akan ada waktunya mereka Mark up harga PGAS lagi dong ya.
Karena saya termasuk ritel yg ga ikutan cutloss saat asing banting harga kmrn. Saya termasuk yg mengamati pergerakan PGAS karena ada di porto, dan termasuk yg heran asing distribusi di harga di bawah rata2 akumulasi mereka. Jadi masih sedikit yakin bisa naik lagi sih saham ini. Sabar aja deh nungguin…
Atau mas Arga ada advise bagi yg masih bertahan di pgas kaya saya ini ? Hold apa AVG down apa lepas aja
Fundamental cant never lie…
prospek PGAS menurut saya tidak sebaik harga saham nya…
Untuk Action Foreigners di bursa kita itu tergantung dari sisi mana kita memandang..
Kalau tujuan sebenarnya dari berinvestasi saham untuk memiliki perusahaan itu, masih banyak pertimbangan lain dari hanya sekedar pergerakan harga yang 1 atau 2 hari/ 1 minggu / 1 bulan…
Susah bro, selama tidak ada batasan maximal % harga saat short sell,. Market maker tetap bisa leluasa, skenario 2 asing cukup kaget dan marah karena pemerintah batal naikkin harga gas dan sebenarnya selalu dipakai cara ini berulang2 dan tetap manjur
Saya akan lebih berhati-hati dalam membeli saham. Saham yang sudah turun banyak dan fundamental nya baik yang akan dibeli namun ditunggu sampai balik naik.
Sebenarnya kembali lagi ke tujuan investasi di bursa saham itu apa. Apakah mau secara trading, beli pagi jual sore atau mau mendapatkan dividend saja atau menunggu dari hasil capital gain. Keberadaan bandar dalam hal ini mereka yg memiliki modal yg banyak dan atau menguasai barang yg banyak memang memberikan pengaruh thd fluktuasi harga saham sebuah emiten. Kalau saya pribadi memang niat dari awal investasi buat jangka panjang jadi gak begitu memperhatikan perubahan harga saham harian. Gampangnya gini lah, harga saham turun brarti saya bisa average down beli, apalagi perusahaan dengan fundamental yg bagus.
kalau seperti ini saya simpulkan tipe orang yang investasi di saham seperti ini :
1.blue chip player dengan modal yg lumayan besar…nunggu paling cepat 5 tahun atau lebih dari 5 tahun
2.tipe nabung saham yuk…terserah mau harga naik atau turun
tapi ada yang mau saya tanyakan untuk tipe orang yg model investasi-nya seperti ini yaitu :
apakah profit yg di dapat setelah 5 tahun lebih besar dibanding investasi lain semisal deposito yang lebih pasti?
semua sektor jual beli harus ada penjual dan pembeli, penjual ingin untung sebanyak banyaknya. pembeli ingin beli semurah2nya.
sampai sini semua baik2 saja. tapi ternyata gak sesederhana itu, penjual ternyata ingin untung yg lebih banyak lagi. untuk itu mrk bikin strategi penjualan… jelaslah pake strategi.. gk mungkin ujug2 hrg tinggi melambung jauh keatas kalau… kalau.. gk ada strategi dibalik itu semua.
di pasar modal jumlah saham itu jumlah nya segitu2 aja. jadi ketauan dong 100% ada dimana lokasi penyyebarannya.
penyebaran lembaran saham itu bisa di tangan orang yg duitnya banyak… sehingga dia beli dan menguasai prosentase penyebaran. dan yg duit nya dikitan yaaa… dapetnya sdikit. sudah barang tentu kalo kita yg megang semua barang atau paling tidak menguasai barang, pasti bisa memainkan harga. mau keatas bisaaaa… mau kebawah juga begitu. mau bolak balik jugak bisa.. sehari naik sehari turun.. suka2.. naaah.. kalo kita gak punya banyak barang gimana dong? yah gitu deh.. cuma ngarep2 aja bisa untung..harga naik.. karena yg tidak punya banyak pasti… pastiii .. tidak bisa mengendalikan harga barang.
terus gimana nasib si kecil ini??…
apa harus minta tolong sama penguasa? (BEI) .. saya rasa BEI juga gk berdaya .. emang BEI bisa apa naikin nurunin harga? hehe..
mungkin bisa sih BEI bikin kebijakan, tapi ada tapinya.. kebanyakan aturan malah bikin pasar jadi stagnan.. dan bakalan sideways.. mungkin ini yg diharapkan oleh para fundamentalis(pembeli ritel-umumnya). pergerakan teratur dan sesuai teks book.
kalo market maker gk masuk pasar modal dan pasar modal dikuasai ritel. dipastikan harga akan turun dan landai2 saja. klo begini caranya kemana perginya manajer investasi? baik foreign maupun domestik?
tentunya pasar modal adalah tempat atau habitat mereka. jadi ini dunia mereka. naaah ritel harusnya nyadar kalo masuk dunia orang.. kalo masuk rumah orang yaa… harus sopanlah.. jangan gerabak gerubuk. karena ini adalah tempat mereka. kita hanya pengunjung. jadi kesimpulannya jadi pengunjung yg baik. jangan serakah dan jangan pengecut juga. satu hal yg paling penting.. harus tau kapan masuk dan kapan keluar. apalagi kalo tuan rumah sudah marah2.. ok good luck ..
judulnya saja sudah Pasar Modal…. dimana sang penguasa Modal bebas bebas saja melakukan roller coaster di market…. horang kaya mah bebas… inilah yg harus dipahami trader… kalau tidak siap mental ya depositokan saja uang yg ada… high risk high return, low risk low return… meski waktu nulis ini nyesek juga… infrastruktur bangun dimana mana tapi market sharenya justru jeblok…. suabarrrr harus pol ternyata
kalau seperti ini saya simpulkan tipe orang yang investasi di saham seperti ini :
1.blue chip player dengan modal yg lumayan besar…nunggu paling cepat 5 tahun atau lebih dari 5 tahun
2.tipe nabung saham yuk…terserah mau harga naik atau turun
tapi ada yang mau saya tanyakan untuk tipe orang yg model investasi-nya seperti ini yaitu :
apakah profit yg di dapat setelah 5 tahun lebih besar dibanding investasi lain semisal deposito yang lebih pasti?
saya pernah nyangkut di PGAS sampai beli beberapa kali waktu harga turun untuk ngurangin loss tapi akhirnya dinaikin lagi dan pas ada profit lumayan…hari pertama naik saya tidak sempat trading karena baru bisa liat sore jam 5, langsung saya lakukan automatic trading buat keesokan harinya agak dinaikin dikit dan di stop loss kalau harga mulai down reversal…hasilnya dapet di harga naik dikit walaupun harganya masih naik terus tapi ya sudahlah dont be too greed dan ud trauma jg
Kok seolah-olah para investor asing itu cuma seorang atau satu kelompok?