Bagi anda yang membaca artikel ini kemungkinan besar anda sudah mengetahui apa yang terjadi dengan PT Tiga Pilar Sejahtera Food, dalam 6 bulan terakhir, bagaimana rententan berita buruk dan kontroversial terjadi di perusahaan ini yang membuat sahamnya turun dari harga 2.300an bulan April lalu sampai ke harga 378 minggu lalu.
Untuk menyamakan persepsi kami akan sedikit me-review apa yang terjadi di saham ini sepanjang tahun 2017 ini :
Januari – April 2017, sejak awal tahun investor asing terlihat secara aktif mengumpulkan saham AISA, aksi beli investor asing tersebut menjadi penyebab harga AISA terus naik di kuartal pertama tahun ini, dan harganya naik dari 2000an di awal tahun sampai menyentuh level tertingginya (di harga 2.470)sepanjang sejarah pada tanggal 13 April 2017. Semuanya terlihat sangat baik di saham AISA, sampai akhir kuartal pertama tahun 2017.
Aksi Jual Misterius Asing di bulan Juni 2017, keanehan mulai terjadi di awal bulan Juni 2017, secara tiba-tiba investor asing melakukan aksi jual yang cukup besar, dimana pada tanggal 2 Juni tercatat investor asing menjual saham AISA sebanyak 10 M dalam 1 hari, net sell asing tersebut adalah record penjualan asing terbesar dalam 1 tahun terakhir di saham AISA.
Aksi jual asing tersebut menjadi semakin misterius karena 2 hari kemudian record net sell asing tersebut kembali pecah, dan Outflow Misterius tersebut terus di bulan Juni dimana record outflow terus mencetak record barunya, hanya dalam periode 2 minggu di bulan Juli tercatat record OUTFLOW sudah pecah selama 5 kali.
Aksi ini menjadi semakin misterius karena menurut perhitungan System Foreign Flow kami, aksi jual yang dilakukan oleh investor asing ini dilakukan di bawah harga modal beli mereka sebelumnya, atau dengan kata lain investor asing sedang melakukan Cut Loss di saham AISA. Fakta bahwa asing sedang melakukan cut loss beberapa kali kami bahas di LINE OFFICIAL kami pada waktu itu, karena memang meskipun belum ada berita apa-apa, aksi cut loss yang dilakukan oleh BANDAR sebuah saham, dalam kasus ini adalah Investor asing, selalu merupakan indikasi yang patut diwaspadai.
Penggerebekan PT IBU, 21 Juli 2017. Seperti petir di siang bolong, Kapolri dan Menteri Pertanian menggerebek dan menyegel PT IBU salah satu anak usaha AISA, yang bergerak dalam bisnis penjualan beras. Berita ini menjadi heboh nasional, karena dilakukan langsung oleh Kapolri Tito Karnavian, dan disertai banyak statement kontoversial dari petinggi kepolisian pada saat itu. Berita tersebut langsung menjatuhkan saham AISA dan pada hari tersebut ditutup Auto-Reject Bawah.
Penggerebekan ini menjelaskan dari aksi Cut Loss misterius investor asing sejak awal bulan Juni, dan menurut estimasi sistem Foreign Flow kami, secara total investor asing sudah melakukan aksi jual sebesar 40M sejak tanggal 2 Juni sampai sehari sebelum dilakukannya penggerebekan PT IBU. Hal tersebut sempat kami bahas di artikel Bandar Sudah Cut Loss 40M, What’s Next for AISA ?! Dalam artikel tersebut kami membandingkan kasus AISA ini dengan kasus mirip yang sempat terjadi di saham TRAM, perbandingan tersebut membuat artikel tersebut menjadi artikel yang cukup banyak mendapat kritik pada saat itu, karena tidak banyak yang percaya harga AISA akan mengalami penurunan yang begitu signifikan seperti yang pernah terjadi di saham TRAM.
KELANJUTAN BISNIS PERUSAHAAN DALAM MASA KRISIS
Kasus hukum yang menimpa Bisnis Beras AISA, jelas mempengaruhi kinerja perusahaan, karena bisnis beras sendiri menyumbang 60% dari pendapatan AISA, sisanya didapat dari bisnis makanan. PT IBU sendiri adalah 1 dari 3 Gudang Beras utama yang dimiliki perusahaan. Ditutupnya PT IBU, langsung mempengaruhi pendapatan AISA. Jika melihat dari kinerja keuangan perusahaan di kuartal ketiga, total penjualan AISA turun 43% jika dibanding total penjualan kuartal ketiga tahun sebelumnya.
Selain disebabkan karena penutupan PT IBU turunnya penjualan juga disebabkan karena sempat dilarangnya penjualan 2 merek beras milik perusahaan. Namun larangan tersebut sudah dicabut, dan sekarang Beras Maknyuss dan Cap Ayam Jago sudah kembali dijual bebas. Jadi pada kuartal keempat ini banyak investor percaya kalau penjualan perusahaan akan berangsur-angsur pulih.
Bukan cuma penjualan yang turun, laba bersih AISA di kuartal ketiga ini juga turun sangat signifikan jika dibandingkan dengan kinerja di kuartal ketiga tahun lalu, pada tahun 2016 perusahaan berhasil membukukukan keuntungan sebesar 89 Miliyar, sementara di kuartal ketiga tahun ini perusahaan merugi sebesar 17.5 Milyar.
Terlepas dari krisis lini bisnis penjualan berasnya sebenarnya masih banyak pihak yang percaya kalau AISA akan keluar dari krisisnya saat ini, dan murahnya harga saham AISA beberapa bulan terakhir dipercaya sebagai kesempatan untuk membeli saham ini di harga diskon.
Namun kenyataannya kemarin sore perusahaan memutuskan untuk mengangkat tangan dan menyerah dari bisnis beras, bisnis yang selama ini membersarkan nama perusahaan, dalam konfrensi pers yang dilakukan pihak manajemen mengatakan akan menjual seluruh lini bisnis berasnya di akhir tahun ini, dan hanya akan fokus di bisnis makanan kemasan tahun depan. Dalam konfrensi pers yang dilakukan oleh manajemen perusahaan keluar beberapa statement penting antara lain :
- PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (TPS Food) memutuskan untuk memberhentikan seluruh bisnis berasnya. Tahun depan emiten berkode AISA ini resmi hanya fokus mengembangkan makanan kemasan saja.
- Melepas bisnis beras akan membuat keuangan perusahaan menjadi lebih sehat. Sebab beban operasional akan turun, lalu hasil penjualan bisnis beras akan digunakan untuk membayar utang.
- Perseroan saat ini sudah mendapatkan pembeli dari bisnis beras yang akan dilepas itu. Meski tak menyebutkan siapa, namun perjanjian jual beli atau letter of intent (LOI) akan dilakukan pada akhir tahun ini. Estimasi nilai penjualannya mencapai Rp 3 triliun.
Langkah yang dilakukan oleh manajemen perusahaan ini tentu memiliki 2 sisi :
Sisi positifnya penjualan seluruh lini bisnis beras akan mengurangi resiko ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dan juga investor. Terutama karena masalah hukum yang dilanda perusahaan semuanya berhubungan dengan bisnis beras, jadi dengan dilepasnya bisnis ini perusahaan tidak lagi terkena dampak dari perkembangan kasus ini kedepannya. Selain itu hasil penjualan yang rencananya akan digunakan untuk membayar hutang juga akan menghilangkan resiko gagal bayar perusahaan yang sempat muncul karena hutang perusahaan yang cukup besar.
Sisi negatifnya, meskipun resiko jangka pendek akan berkurang drastis, namun masa depan perusahaan dalam jangka panjang justru menjadi pertanyaan. Karena dengan dijualnya bisnis beras yang merupakan 60% dari pendapatan perusahaan, maka AISA hanya akan menjadi perusahaan makanan kemasan. Dari beberapa riset yang sempat kami baca data menunjukan bisnis makanan kemasan memberikan margin keuntungan yang lebih besar daripada bisnis beras, namun itu hanya berarti di tahun-tahun yang akan datang profit margin perusahaan akan lebih baik, namun tidak ada kepastian perusahaan bisa akan sukses melakukan ekspansi dan bertumbuh di lini bisnis ini. Karena kita sama-sama tahu di bisnis makanan kemasan, AISA harus bersaing dengan raksasa-raksasa yang jauh lebih besar, dan tidak ada jaminan bahkan indikasi kalau perusahaan akan menang dalam persaingan tersebut, dan akan merebut market share perusahaan-perusahaan raksasa di sektor ini.
Bukan cuma itu, kenyataan bahwa manajemen perusahaan begitu cepat menyerah dan langsung memutuskan keluar dari bisnis beras kurang dari 6 bulan sejak pristiwa penggerebekan PT IBU juga cukup menjadi pertanyaan, padahal sejauh ini vonis pengadilan belum keluar, dan AISA masih memiliki 2 pabrik beras lainnya yang masih beroperasi, dan produk mereka pun sudah kembali lagi ke pasar. Kenapa belum apa-apa sudah menyerah ?! Hal ini justru menambah misteri dan pertanyaan mengenai cara perusahaan mengelola bisnisnya selama ini, dan apa yang mereka lakukan di bisnis beras, bukan mustahil juga akan dilakukan di bisnis makanan kemasan.
Selain itu efek ada juga jangka pendek yang cukup mengkhawatirkan dari keputusan perusahaan ini, yaitu penjualan ini sepertinya yang menjadi pemicu aksi jual besar-besaran investor asing sejak bulan November lalu, dan aksi jual inilah yang meyebabkan harga saham AISA terjun bebas dari 975 di awal bulan November sampai level terendahnya di 378 minggu lalu, padahal dalam periode tersebut sebenarnya tidak ada berita apa pun mengenai perusahaan selain rencana penjualan divisi beras mereka.
Perlu kita ketahui bahwa sampai akhir kuartal pertama tahun ini investor asing menguasai 68% dari saham beredar AISA, alasan mengapai para investor asing begitu menyukai AISA sebenarnya cukup jelas, karena perusahaan ini adalah perusahaan swasta terbesar yang bergerak di bisnis beras, dan Indonesia adalah salah satu negara pengkonsumsi beras yang terbesar di dunia. Dan ketika manajemen memutuskan untuk menjual lini bisnis berasnya di harga diskon, untuk fokus jualan Taro dan Mie Kremezz tentunya akan banyak investor asing yang kecewa dan memutuskan untuk cut loss dan menjual saham ini secara paksa seperti yang terjadi sejak bulan November ini.
Jika kita melihat grafik pergerakan dana asing di saham AISA di atas terlihat sangat jelas bahwa ada banyak kemiripan dengan apa yang terjadi di saham AISA sebelum pristiwa penggerebekan bulan Juli lalu, dan sebelum keluarnya keputusan perusahaan akan menjual divisi beras kemarin sore.
Dan sama seperti yang terjadi di bulan Mei sampai Juli lalu, aksi jual investor asing yang terjadi 2 bulan terakhir juga merupakan aksi cut loss yang sedang dilakukan investor asing, menandakan kepanikan atau ketidaksukaan investor asing dengan apa yang dilakukan menajemen perusahaan sejauh ini dalam menghadapi krisis yang sedang dialaminya.
SIAPA MAU TAMPUNG AISA ?!
Jika asing memutuskan keluar dari saham ini, pertanyaannya siapa yang mau menampung saham ini di tengah kejatuhan harganya akibat aksi jual besar-besaran yang dilakukan oleh investor asing dalam 2 bulan terakhir. Karena siapa yang menampung sangat mempengaruhi apa yang terjadi di saham ini di tahun 2018 nanti. Jika yang menampung adalah para pemain besar lokal, maka pemain besar tersebut berpotensi untuk menjadi bandar yang baru di saham ini, kita tahu ‘Bandar Lokal” umumnya lebih berani menggerakan perusahaan-perusahaan yang fundamentalnya masih dipertanyakan.
Mungkin investor asing tidak tertarik ‘membandari perusahaan yang menjual Taro dan Mie Kremez, namun pasti akan ada pemain lokal yang akan tertarik untuk membandari saham ini jika Bandar Asing memang memilih untuk check out di saham ini, namun tentunya bandar lokal tersebut harus menguasai dulu barang yang sebelumnya dikuasi oleh investor asing, supaya ketika bandar lokal mulai mengerek harga saham ini nanti, aksi tersebut tidak beresiko ‘diguyur’ oleh investor asing. Jika melihat kondisi AISA saat ini peluang akan adanya proses pergantian BANDAR di saham ini cukup besar, pertanyaannya adalah Kapan ?!
Dan kalau indikasi ke arah perggantian bandar ini ada dan dapat terjadi di waktu dekat, maka seharusnya mereka sudah mulai mengumpulkan barang memanfaatkan aksi cutloss besar-besaran investor asing dalam 2 bulan terakhir, untuk mengetahui hal tersebut kami akan mengajak anda melihat data-data Bandarmologi yang diolah oleh Team Riset Creative Trader.
Jika kita melihat PETA KEPEMILIKAN INVESTOR DOMESTIC di saham AISA yang dirilis di akhir bulan November lalu oleh KSEI kita melihat bahwa sejak awal kejatuhan saham AISA di bulan Juni yang disebabkan oleh aksi jual besar-besaran investor asing, memang terlihat grafik kepemilikan investor lokal terus menungkat, di akhir November lalu kepemilikan invetor lokal di AISA berada di level 35.9% sementara akhir bulan lalu kepemilikan ritel sudah naik ke level 43.1%. Di waktu yang sama kepemilikan investor lokal individual atau investor ritel seperti kita naik sebesar 4.45%, artinya di masa kejatuhan AISA ini investor ritel membeli lebih dari 60% saham ayng dijual oleh asing.
Jika kita memfokuskan pada aksi jual asing di bulan November, kepemilikan investor ritel sepanjang bulan lalu naik sebesar 1.39% kenaikan ini lebih besar dari kenaikan kepemilikan investor lokal secara keseluruhan yang sebesar 1%, artinya pada bulan November ada pemain besar lokal yang juga melakukan penjualan, dan semua barangnya ditampung oleh investor individual seperti kita.
Besarnya pembelian investor ritel dalam masa kejatuhan saham AISA sejak pertengahan tahun ini juga dapat dideteksi oleh sistem Sistem Bandarmologi yang kami kembangkan, dalam grafik di atas kita bisa melihat grafik kepemilikan broker-broker ritel di saham AISA terus semakin lama semakin menjulang tinggi di tengah kejatuhan harga saham AISA sejak bulan November, sementara kepemilikan broker-broker asing terlihat terjun bebas, grafik tersebut mengkonfirmasi adanya aksi jual besar-besaran dari investor asing ke investor ritel lokal sepanjang bulan Desember.
Bukan cuma itu jika kita melihat pergerakan di bulan Desember, kepemilikan broker-broker ritel di bulan ini bahkan naik lebih tinggi lagi jika dibanding bulan November lalu. Terus meningkatnya kepemilikan investor ritel di saham AISA jelas merupakan berita yang kurang bagus untuk AISA, karena seperti kita ketahui tidak peduli sebagus apa pun fundamental atau prospek perusahaan, jika sahamnya dikuasai oleh investor ritel maka saham tersebut tidak bisa bergerak naik secara signifikan, karena investor ritel memang tidak memiliki kekuatan menggerakan harga. Apa yang terjadi di saham BEKS merupakan bukti bagaimana investor ritel sama sekali tidak memiliki kekuatan menggerakan harga. Bukan itu karena ritel umumnya mudah panik, Bandar juga sering kali membuat manuver ekstrem di saham-saham seperti ini, seperti yang contohnya kami bahas di 3 Artikel yang membahas pergerakan BANDAR di saham BUMI sepanjang minggu lalu.
KESIMPULAN
Jadi jika kita melihat kondisi terakhir saham AISA baik dari sisi Fundamental maupun dari sisi Bandarmologi kita belum bisa melihat adanya indikasi positif di saham ini, selain keputusan manajemen untuk menjual lini bisnis berasnya akan membuat perusahaan ini akan fokus ke bisnis makanan kemasan yang memiliki persaingan lebih ketat. Dari sudut pandang Bandarmologi kita bisa melihat jelas bahwa sejauh ini aksi jual besar-besaran investor asing di saham ini tidak atau belum dimanfaatkan oleh para raksasa lokal untuk menampung saham ini, yang terjadi hanyalah terus bertambahnya jumlah dan kepemilikan investor ritel yang nyangkut di saham ini, terutama dalam penurunan ektreme yang terjadi di saham ini sejak bulan November lalu.
Dengan kecilnya kemungkinan adanya pergantian BANDAR di saham ini dalam waktu dekat, maka sedikit kemungkinan akan ada Bandar Lokal yang berani mengangkat saham ini dalam jangka pendek, karena supply barang masih dikuasai oleh Bandar Asing yang jelas-jelas sedang bernafsu menjual saham ini, bandar lokal sendiri tampaknya masih memilih untuk menjauhi saham ini meskipun harga sahamnya sudah turun cukup signifikan.
Jadi saran kami bagi investor yang belum memiliki saham ini, sebaiknya menjauhi dulu saham ini. Sementara bagi mereka yang sudah dalam kondisi nyangkut, hal terbaik yang terjadi di saham ini dalam jangka pendek adalah jika investor asing secara tiba-tiba merubah aksinya dan memborong saham ini seperti yang pernah terjadi di saham PGAS beberapa bulan lalu, karena hanya asinglah yang bisa menaikan harga saham ini dalam jangka pendek.
Jika dilihat dari sisi fundamental pembatalan penjualan lini bisnis beras perusahaan, atau nilai penjualan yang jauh di atas estimasi sebelumnya ( 3 Triliun) adalah 2 hal yang berpotensi membuat investor asing merubah strateginya dalam jangka pendek.
Related: Jadwal Workshop Bandarmologi yang baru sudah kembali tersedia, dalam 4 bulan kedepan kami akan mengadakan Workshop di Jakarta, Surabaya, Medan dan Makassar, bagi anda yang sudah memahami pentingnya Analisa Bandarmologi dan ingin belajar secara mendalam mengenai bagaimana membaca pergerakan bandar, dan memanfaatkannya untuk keuntungan kita sebagai investor ritel. Anda bisa mendapatkan info lengkapnya disini.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God
1 comment
Saham AISA memang layak dikoleksi