Sekitar 2 minggu yang lalu kami bertemu salah satu pakar saham ternama dari Semarang, Bapak Sem Susilo. Saya pribadi cukup kaget melihat pribadi dan gaya beliau yang cukup berbeda dengan banyak pelaku pasar yang sudah pernah saya temui sebelumnya. Dari banyak word of wisdom yang dia bagikan, hanya sedikit sekali nama saham yang disebut, sedikit sekali informasi atau rumor yang dikatakan, atau metode-metode analisa yang dibahas.
Obrolan justru lebih banyak difokuskan pada kepeduliannya pada para investor di Indonesia, kekecewaannya pada pihak otoritas bursa, dan visinya untuk forum saham yang sedang beliau bangun tahun ini. Salah satu topik pembahasan kami adalah kasus saham SIAP, yang menelan banyak korban di pihak investor ritel. Seminggu setelahnya kasus itu menjadi pusat perhatian investor di Indonesia karena menyebabkan di suspendnya 3 sekuritas kenamaan Danareksa, Reliance dan Millenium, kejadian yang menyebabkan investor ritel kembali menjadi korban. Pak Sem sangat concern pada kejadian tersebut dan memiliki visi untuk membangun komunitas para investor untuk melindungi para investor dari kejadian serupa di masa yang akan datang.
Untuk membantu mewujutkan visi mulia beliau, saya akan membantu dengan menjelaskan apa yang terjadi di saham SIAP dan banyak saham-saham sejenis dari sudut pandang Bandarmologi, sehingga kita bisa memahami apa yang terjadi di saham ini dan bagaimana menghindarinya di masa yang akan datang.
SEJARAH
PT Sekawan Intipratama Tbk adalah perusahaan yang sebelumnya bergerak di industri percetakan kertas dan plastik, namun pada tahun 2014 lalu tiba-tiba berpindah ke industri pertambangan batubara. Perubahan bidang usaha ini memang bukanlah sesuatu yang baru di market, ada puluhan perusahaan yang melakukan langkah serupa, bahkan BUMI juga sebelumnya bergerak di bisnis perhotelan. Namun sama seperti cerita saham BUMI saham-saham melakukan manufer seperti ini umumnya tidak memiliki akhir yang baik bagi investor yang memilikinya.
PERGERAKAN SAHAM SIAP
Sejak IPO saham ini bisa dibilang tidak pernah liquid dan tidak diminati oleh investor, namun kondisi tersebut berubah sejak bulan Juli 2014 dimana perusahaan ini memutuskan untuk Right Issue untuk berpindah haluan bisnis ke saham batubara. Sahamnya bukan hanya naik dari 100an ke 400an namun volume perdagangannya juga naik dari kurang dari 1M sehari sampai ke 250M sehari. Walaupun seperti kita ketahui saat ini harganya kembali ke bawah 100, dan sahamnya di suspend.
APA YANG TERJADI ?!
Setelah kejatuhan sahamnya, dan di suspend ada banyak berita yang beredar di market, yang paling banyak dikedepankan adalah kasus REPO dan gagal bayar, transaksi semu dan tentunya ada juga berita 3 sekuritas yang dituduh sebagai aktor yang menggorenga saham ini, namun ironisya mereka bukannya untung malah konon mengalami kerugian sampai puluhan rupiah karena saham SIAP ini. Dari banyak berita yang bereda kita tidak dapat memahami sepenuhnya apa yang sebenarnya terjadi di saham ini.
OJK mensuspend 3 sekuritas namun sehari kemudian dibuka lagi tanpa ada kejelasan salah mereka apa dan tanggung jawab mereka apa ?
SOSOK MR R YANG MENGGORENG SAHAM SIAP
Dari banyak berita yang beredar kami menemukan satu berita yang menarik yang diposting di detik.com menulis mengenai komentar Dirut BEI Tito Sulistio.
Industri pasar modal Indonesia dihebohkan dengan kasus ‘goreng’ dan gadai saham PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP). Selain melibatkan broker tertua di Indonesia, kasus ini juga memunculkan inisial ‘R’ yang diduga dalang di balik kasus ini.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio, sudah mendengar soal inisial ‘R’ yang katanya sudah malang melintang di dunia pasar modal sejak lama.
“Saya tidak bisa menyebut namanya, tapi memang ada, inisial R ada,” kata Tito, di Gedung BEI, SCBD, Jakarta Selatan, Rabu (11/10/2015).
Dari hasil penelusuran detikFinance, salah satu pemegang saham pengendali Sekawan ada yang mencari aset yang bisa diambil alih untuk ditempelkan di perusahaan yang baru diambil alih supaya harga saham Sekawan bisa naik alias digoreng.
Pemegang saham tersebut bertemu dengan satu pihak yang punya sekitar lima sampai tujuh IUP batu bara. Dalam hasil surveinya, perusahaan batu bara itu punya kandungan sekitar 400 juta ton batu bara dengan nilai Rp 5 triliun.
Namun sayangnya, perusahaan tambang tersebut disinyalir baru berupa kertas alias baru survei dan belum melakukan produksi sama sekali. Muncullah rencana akuisisi perusahaan batu bara itu oleh Sekawan.
Sekawan yang butuh modal akhirnya menerbitkan saham baru, di mana dana yang diraup bakal dipakai untuk membeli perusahan batu bara. Namun demikian dari kabar yang beredar, pembeli siaga dari rights issue itu adalah salah satu perusahaan milik si pemegang saham juga.
Jadi akuisisi tersebut bisa dilakukan tanpa dana sama sekali, atau seolah-olah ada dana masuk dari penerbitan saham baru dan dipakai untuk membeli perusahaan milik mereka sendiri. Setelah ini, bisnis perusahaan pun beralih dari produksi plastik ke batu bara.
Setelah masuk ke bisnis batu bara, harga saham Sekawan mulai menanjak dari di bawah Rp 200 per lembar menjadi di atas Rp 460 per lembar. Kapitalisasi pasarnya pun menanjak hingga dua kali lipat meski hanya bermodal izin tambang.
Dari sini salah satu pelaku pasar menarik pinjaman dengan jaminan saham Sekawan alias repo (repurchase agreement). Misalnya si pemegang saham pegang 1 miliar lembar di harga Rp 400 per lembar jadinya Rp 400 miliar. Sekawan melakukan repo ini untuk membiayai modal kerja perusahaan.
Sayangnya, repo tersebut dikabarkan tidak dipakai untuk kepentingan perusahaan. Akibatnya, ketika jatuh tempo, saat pemegang repo seharusnya mengembalikan saham dan mendapat uangnya kembali, si pemilik saham sebelumnya tidak punya uang.
Pasar pun tidak siap menampung sehingga harganya anjlok. Idealnya, uang hasil repo digunakan untuk operasional pengembangan perusahaan, sehingga kinerja meningkat, sahamnya dibeli publik sehingga ketika repo jatuh tempo, pasar bisa menampungnya.
Pada kasus repo Sekawan ini, sahamnya terpaksa dijual ke pasar (forced sell) sehingga ada beberapa broker yang disinyalir gagal settlement. BEI sudah menginterogasi hingga delapan broker terkait hal ini.
Hasilnya, tiga broker dihentikan sementara operasionalnya yaitu PT Reliance Securites, PT Danareksa Sekuritas, dan PT Millenium Danatama Sekuritas.
Berita tersebut bisa dibilang berita yang cukup luar biasa, karena umumnya berita seperti itu sangat jarang dirilis ke publik, meskipun baru berupa ‘penelusuran detik finance‘ bisa dipastikan orang yang menulisnya adalah orang yang sudah lama malang melintang di bursa, atau mendapat informasi dari salah satu narasumber yang sudah lama di bursa. Komentar dirut BEI yang mengeluarkan nama MR R yang menjadi dalang dibalik semua ini juga sama anehnya.
Karena meskipun sudah banyak pelaku pasar yang mengetahui tentang sosok berinitial ‘R’ ini, selama ini tidak ada yang mau menyebutkannya ke publik. Mengapa Bapak Tito Sulistio mengatakan ini ke publik juga merupakan sebuah pertanyaan yang sulit untuk ditemukan jawabannya.
Namun karena Detik.com sudah membahasnya dan Dirut BEI sudah menyebutkan namannya, mari kita pelajari apa yang sebenarnya terjadi di saham ini dengan asumsi informasi yang disebutkan kedua nara sumber tersebut benar adanya. Untuk mempermudah mari mengkategorikan aksi yang dilakukan Mr R menjadi beberapa fase.
FASE AKUISISI SIAP
Tidak dijelaskan bagaimana nasib bisnis plastik SIAP saat ini, kemungkinan bisnis tersebut sudah dijual ke perusahaan lain milik pemilik perusaan sebelumnya. Jadi bisa dibilang Mr R mengakuisisi perusahaan yang tidak ada isinya, hanya memiliki nama dan ijin melantai di bursa, aset dan bisnis perusahaan tetap dimiliki oleh pemilik semula perusahaan ini, namun dengan nama lain dan di luar kepemilikan PT Sekawan Intipratama Tbk.
Setalah proses tersebut selesai barulah perusahaan mengumumkan rencananya untuk masuk ke bisnis pertambangan batubara.
FASE RIGHT ISSUE
Untuk membeli tambang batubara perusahaan mengumumkan rencana Right Issue, untuk mengumpulkan dana dari para pemegang saham, namun jika kita melihat volume transaksi sebelum terjadinya right issue bisa kita asumsikan saham perusahaan ini mayoritas dimiliki oleh pemiliknya, dan bukan oleh investor ritel seperti kita. Artinya kemungkinan dana Righ Issue tersebut harus disediakan oleh Mr R sendiri, namun dari berita yang dibaca di atas ada indikasi tambang batubara yang dibeli dimiliki oleh orang yang sama dengan yang memiliki SIAP, jadi kemungkinan pembelian tersebut tidak pada kenyataannya tidak membutuhkan dana sama sekali hanya “berpindah dari satu saku ke saku yang lain”.
Tujuan perpindahan kepemilikan ini kemungkinan untuk memoles fundamental perusahaan ini, membuatnya lebih atraktif di mata investor ritel, sehingga sahamnya lebih mudah digoreng. Karena tentu tidak banyak investor yang tertarik berspekulasi di perusahaan yang bisnisnya membuat kertas kado, berbeda dengan saham sector batubara yang memang sudah menjadi saham favorit publik, karena saham pergerakan dan volatilitasnya sangat menarik untuk trader.
FASE MENGGORENG SAHAM
Setelah proses Right Issuenya selesai harga saham SIAP mulai bergerak naik dan volatile kenaikan tersebut juga disertai dengan volume transaksi yang luar biasa besar. Kenaikan tersebut sangat dinikmati oleh investor ritel terutama mereka yang meemang yang suka saham-saham gorengan, karena bukan harga kenaikannya besar namun volume transaksinya juga cukup besar membuat para trader seperti kita bisa membeli saham ini dalam jumlah yang besar.
Dalam masa kenaikannya rumor demi rumor terus disebar, maskipun pada kenyataanya produksi batubara yang direncanakan masih sangat jauh dari terlaksana. Namun jika saham sudah naik lebih dari 100% dengan volume yang besar para investor ritel umumnya sudah tidak peduli lagi dengan benar tidaknya sebuah rumor, selama harganya terus naik kita umumnya bersedia tutup mata pada kinerja fundamental bahkan keberadaan dari perusahaan yang kita beli.
Namun sejauh ini, tindakan seperti ini adalah kasus yang normal terjadi di market, ketka harga sahamnya naik bisa dibilang semua pihak diuntungkan, dan ketika harganya turun semua pihak dirugikan.
Jadi dengan kata lain jika yang terjadi di saham ini hanyalah proses goreng menggoreng biasa seperti yang ditulis di atas, maka kemungkinan saat ini Mr R juga sedang mengalami kerugian, karena saham yang sudah dikerek menggunakan dana yang begitu besar sekarang harganya jatuh dan di suspend. Mr R menjadi korban karena dirinya tidak mempedulikan fundamental perusahaan ini ketika menggoreng saham ini dari 100an sampai ke 400.
Namun jika itu yang terjadi hanya itu harusnya Dirut BEI tidak perlu membuat statement tentang Mr R ini, seharusnya ketiga sekuritas besar tersebut tidak perlu di Suspend, dan seharusnya sekuritas tidak menderita kerugian akibat proses ini.
Jawaban dari pertanyaan tersebut ada dalam 1 point terakhir yang belum dibahas yaitu REPO. Itulah yang saya bahas dengan Pak Sem Susilo di Semarang dua minggu yang lalu.
Konon beliau sudah memprediksi turunnya saham ini bahkan ketika saham ini masih naik. Sebuah pola analisa sederhana yang beliau sebut Formasi Bukit Barisan yang diajarkan pada para followernya di LINE Group Saham Pemenang.
Sebagai lanjutan dari analisa ini kami akan membahas secara mendetail apa yang terjadi di balik layar dari pergerakan harga ini, dari sudut pandang analisa Bandarmologi, sesuatu yang dapat menjelaskan mengapa sahamnya sekarang turun, di suspend, banyak pihak yang mengalami kerugian dan mengapa sosok Mr R menjadi ‘tersangka’ di balik kondisi ini.
Ulansan mendalam mengenai strategi brillian yang dilakukan oleh Mr R dalam satu tahun terakhir di balik pergerakan harga SIAP akan kami bahas pada posting selanjutnya.
Jika anda berminat untuk masuk ke dalam LINE GROUP Saham Pemenang dan mendapatkan informasi-informasi bermanfaat melalu smartphone, anda bisa meng add ID : @aul7664g
Jika anda belum bergabung dan ingin berbagabung pada LINE GROUP kami dan mendapatkan analisa-analisa aktual dari sudut pandang bandarmologi dan foreign flow anda juga bisa add kami di : @creative-trader
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market