Beberapa waktu kebelakang kita dihebohkan oleh salah satu developer property di Indonesia yang meluncurkan kota hunian smart city atau yang sekarang kita kenal dengan proyek Meikarta. Meikarta sendiri menjadi viral di Indonesia karena pemasarannya yang cukup massive. Jika kita berlangganan koran fisik maupun elektronik pasti setiap hari kita akan melihat iklan hunian Meikarta ini dengan halaman penuh, selain promosi koran agen marketingnya pun ada dimana-mana di mall, pusat perbelanjaan, bahkan di Bandung sendiri kami pernah melihat booth Meikarta ada disalah satu tempat ngopi. Terlihat budget untuk agen pemasaran pun kelihatannya bernilai jumbo, dari info yang kami dapatkan pada masa awal perekrutan agen pemasaran Meikarta di berikan gaji pokok 5 Juta Rupiah belum termasuk komisi setiap bulannya, fresh graduate di Jakarta saja cukup sulit mendapatkan gaji pokok sebesar itu. Tak heran Meikarta adalah perusahaan dengan pengeluaran marketing terbesar di Indonesia pada tahun lalu, dengan total pengeluaran sebesar 1.2 Triliun.
Anggaran jumbo untuk marketing ini bukan tanpa alasan, mengingat Meikarta sendiri dikatakan sebagai proyek terbesar dalam sejarah lippo grup dengan nilai investasi mencapai Rp278 Triliun. Nilai investasi yang fantastis ini menarik perhatian banyak dan memunculkan pertanyaan yang serupa yaitu “darimana pendanaan sebesar Rp278 Triliun tersebut?”.
Salah satu pihak yang cukup mengamati perkembangan Meikarta ini salah satunya adalah pelaku pasar modal. Seperti kita ketahui beberapa emiten lippo grup tercatat di Bursa Efek Indonesia. Peluncuran Meikarta ini membangkitkan harapan investor akan bangkitnya harga saham grup lippo setelah dalam 3 tahun kebelakang saham-saham grup ini berada dalam trend penurunan dan muncul pertanyaan “Apakah Meikarta ini akan menjadi momentum kebangkitan harga saham Lippo Grup ?”. Pada artikel ini kami akan coba sharing pandangan kami terhadap prospek harga saham Lippo Grup dengan adanya megaproyek Meikarta.
Pembahasan pertama kami didasari pada banyaknya pertanyaan mengenai sumber pendanaan sebesar Rp278 Triliun. Perlu kita ketahui sebelumnya bahwa proyek Meikarta ini dimiliki penuh Lippo Cikarang, Tbk (LPCK). Ok, langusung pada inti dari pertanyaan mengenai sumber dana, dari beberapa informasi yang kami dapatkan dari total Rp278 Triliun sebesar 30-35% akan di sokong oleh seluruh elemen Lippo Grup, sementara sisanya Lippo berencana bermitra dengan pihak-pihak luar dan dalam negeri.
Dari pernyataan tersebut kita mendapatkan satu informasi bahwa dari pihak Lippo sendiri setidaknya harus menyediakan dana kurang lebih 83 Triliun. Namun kami percaya nilai 83 Triliun ini akan dikumpulkan dalam beberapa tahap.
Pertanyaan selanjutnya kami menanyakan perihal bagaimana cara lippo grup dalam menyediakan total dana 83 Triliun tersebut. Sayangnya tidak banyak informasi yang kami dapatkan mengenai skema pendanaan yang akan dilakukan lippo grup. Namun yang menarik, beberapa waktu kebelakang saya mendengar beberapa emiten grup lippo yaitu MPPA, LPCK, MLPL, dan LPKR berencana melakukan Right Issue. Berikut detail right issuenya :
- LPCK , harga pelaksanaan Rp3.800/saham, dilusi 27,04% target dana hasil right issue Rp800 Miliar, jumlah saham baru kurang lebih 300 Juta lembar saham.
- MPPA, harga pelaksanaan belum diumumkan, dilusi 35,81%, jumlah saham baru sekitar 3 Miliar lembar Saham.
- MLPL, harga pelaksanaan belum diumumkan, dilusi 35,34, jumlah saham baru 5,5 Miliar lembar saham.
- LPKR, harga pelaksanaan belum diumumkan, dilusi 5.9, jumlah saham baru 1.45 Miliar lembar saham.
Detail right issue diatas belum final dan masih harus mendapatkan persetujuan pada rapat umum pemegang saham.
Lippo Group BUYBACK Saham-Saham Lippo
Dalam data kepemilikan efek yang dirilis oleh KSEI terdapat beberapa kategori investor, salah satunya adalah investor Corporate. Investor corporate adalah investor yang mengatasnamakan suatu perusahaan. Berangkat dari data KSEI yang kami miliki kami mencoba melihat bagaimana perubahan kepemilikan investor corporate yang notabene masih ada afiliasi dengan Lippo Grup juga. Berikut data yang kami dapatkan tentang kepemilikan corporate dalam beberapa saham grup lippo
Dari data kepemilikan corporate diatas kita melihat bahwa dalam beberapa bulan terakhir terdapat peningkatan yang cukup signifikan dari porsi kepemilikan corporate dalam saham MLPL, LPCK, LPKR, dan SILO. Sebagai informasi tambahan, MLPL merupakan induk dari MPPA dan LPPF. Jika kita melihat lebih detail memang terjadi transaksi yang cukup besar di pasar negosiasi maupun pasar regular yang dilakukan oleh perusahaan afiliasi lippo grup. Jika kita melihat detail transaksi broker summary dipasar negosiasi maupun pasar regular kita melihat salah satu broker yang merupakan salah satu bagian dari lippo grup yaitu Ciptadana Sekuritas (KI) melakukan pembelian yang cukup konsisten dalam jumlah yang sangat besar, selain itu dalam keterbukaan informasi yang dirilis perusahaan terdapat perubahan pemegang saham dari sebelumnya investor asing menjadi beberapa corporate yang setelah kami selidiki merupakan afiliasi dari lippo grup.
Berdasarkan data yang tersedia mengenai informasi right issue dan kepemilikan lippo grup kami memprediksikan bahwa nanti pada saat proses right issue nanti harga akan dibuat tidak menarik, sehingga investor retail tidak menebus seluruh haknya dan sebagian besar saham yang tidak ditebus akan diserap semua oleh grup lippo sendiri nantinya dengan tujuan mendapatkan barang murah.
Dana untuk membeli saham hasil Right Issue tersebut bisa didapatkan dari investor yang ‘dipilih sendiri’ oleh Group Lippo, rumor yang kami dapat pendanaan akan datang dari Tiongkok, dengak kata lain dengan Lippo Group mungkin sengaja menekan harga sahamnya, lalu mengeluarkan Right Issue, dengan tujuan mengundang investor asing untuk membeli saham Right Issue dari hak yang dimiliki oleh Group Lippo. Jika skenario tersebut benar investor asing bisa membeli saham Lippo dalam jumlah besar di harga murah, kepemilikan investor lainnya terdilusi, dan emiten mendapatkan pendanaan untuk membangun Mega Project Meikarta.
Strategi INVESTASI Lippo Group
Jika melihat dari sudut pandang fundamental terutama dari sisi valuasi tentu banyak pihak setuju bahwa valuasi beberapa saham Lippo grup seperti LPKR dan LPCK sudah cukup murah. Penurunan harga saham grup lippo kami melihat sebagai efek daripada sektor propertynya yang memang melemah. Ketika melihat penurunan ini kami mengingat satu metode investasi yang sering digunakan oleh salah satu pelaku pasar modal, yaitu contrarian investing.
Jika anda belajar mengenai macam strategi investasi pasti anda tau dengan strategi conrarian investing, strategi ini dilakukan dengan membeli secara konsisten dengan kriteria tertentu suatu saham yang sedang berada dalam fase penurunan dan menjual pada saham berada dalam trend kenaikan. Orang umum biasa mengenal metode ini dengan istilah “buy in bad time, and sell in good time”, menurut sebuah buku yang kami baca salah satu indikator beli contrarian investing adalah ketika harganya sudah turun 50% dalam 1 tahun terakhir.
Jika kita melihat kembali pergerakan saham grup lippo dibawah ini tentu kita sepakat bahwa beberapa saham ini sudah masuk kriteria screening seorang contrarian. Adapun kami mencoba merekap beberapa pergerakan harga saham Lippo sepanjang 2017.
Sepanjang 2017 ini hanya MLPL dan MPPA yang memenuhi kriteria, lantas apakah hanya 2 saham ini yang layak di investasikan ? Menurut kami tidak. Menurut kami perlu ada indikator tambahan untuk menentukan apakah perusahaannya yang harga sahamnya turun lebih dari 50% layak beli atau tidak.
Indikator tambahan tersebut yang pastinya berupa indikator fundamental perusahaan itu sendiri bukan indikator teknikal seperti stochastic, moving average, ataupun indikator tekinkal lainnya. Adapun indikator fundamental sendiri meliputi reputasi manajemen, kinerja perusahaan dan prospek sektor.
Kapan Waktu Terbaik Untuk Membeli Saham Grup Lippo ???
Andai saja, saham-saham di grup Lippo sudah memenuhi seluruh indikator seorang contarian yaitu harga sudah turun lebih dari 50% setahun terakhir dan semua indikator fundamental sudah mendukung. Pertanyaan selanjutnya yang akan muncul adalah “Apakah sekarang waktu yang tepat untuk membeli saham ini ?” atau jika ingin diperjelas lagi akan menjadi pertanyaan “Apakah ini harga yang terbaik untuk membeli saham lippo grup ?” Kurang lebih pertanyaan ini dapat di ilustrasikan pada gambar dibawah ini:
Siapa yang tidak mau berada dalam posisi seperti gambar diatas ? Dalam berinvestasi pasti yang diharapkan investor tentu mendapat harga terbaik atau best price, kalau bisa dapat di bottom seperti gambar diatas agar pada saat naik keuntungan akan besar karena mempunyai modal yang benar-benar di harga bawah. Namun kenyataannya yang terjadi seringkali harga akan kembali turun seperti gambar diatas. Lalu apa yang harus dilakukan jika ternyata harga terus turun setalah beli, apakah saya harus cut loss ??? Averaging ???
Sebelum mengambil tindakan yang mungkin akan memberburuk keadaan psikologis kita ada baiknya kita memperbaiki mindset kita untuk memiliki IDEAL PRICE daripada mengutamakan BEST PRICE. Ideal price dapat didapatkan dengan cara yang sedang bursa sosialisasikan yaitu nabung saham. Dengan metode nabung saham akan terbentuk harga beli yang ideal dibalik pergerakan harga sahamnya yang volatile. Menurut kami saham-saham Lippo grup dalam kondisi saat ini sangat cocok diterapkan metode nabung saham untuk mendapatkan harga yang ideal.
Sebagai tambahan, LIPPO Grup menjadi ssalah satu grup konglomerasi yang kami favoritkan ditahun 2018.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market