Menurut keterbukaan informasi yang diberikan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) kepada pihak BEI kemari, BRI menyatakan telah merealisasikan aksi pembelian kembali saham BBRI sebanyak 221,71 juta lembar saham senilai Rp 2,41 triliun. Ini adalah kejadian kedua Bank BUMN melakukan buyback setelah sebelumnya dilakukan oleh BNI.
Berdasarkan laporkan diatas dikatakan bahwa rata-rata harga pembelian yang dilakukan BBRI senilai Rp 10.910 per saham dengan jumlah pembelian sebanyak 221.718.000 lembar, dalam laporan di atas tidak dijelaskan kapan aksi buyback dilakukan, namun dikatakan bahwa aksi buyback berhasil dilakukan di bawah harga rata-rata penutupan pada periode buyback tersebut yang berada di kisaran 10.991, jika dilihat dari grafik harga BBRI kemungkinan besar aksi buyback dilakukan pada bulan November – Desember tahun lalu dimana harga saham BBRI bergerak di kisaran 10.200 – 11.600.
Berita ini akhirnya mengkonfirmasi keanehan secara Foreign Flow yang terjadi di saham BBRI selama 2 bulan terakhir dimana dana asing terus keluar dari market namun harga BBRI tidak terkoreksi seperti yang biasanya terjadi. Kita lihat dalam grafik di atas dana asing terlihat keluar dalam jumlah yang besar pada bulan November – Desember 2015 namun pergerakan harganya terus stabil di kisaran 10.500 – 11.500 yang tidak lain adalah average harga yang dilaporkan di atas. System kami mencatat bahwa outflow yang terjadi dalam 2 bulan terakhir tahun lalu sebesar 1,68 Triliyun, jadi bisa dibilang seluruh aksi jual asing ditampung oleh BBRI sendiri dalam periode tersebut.
System Foreign Flow kami sebenarnya sudah dapat mendeteksi adanya aksi buyback sejak akhir bulan November lalu dimana dari peta kepmilikan BBRI yang dirilis KSEI yang dirilis di akhir bulan November lalu, terlihat bahwa ada penambahan kepemilikan yang sangat signifikan pada kategori Financial Institution atau Perbankan di saham BBRI.
Seperti terlihat dalam grafik FOREIGN MAP di atas, ada penambahan kepemilikan di pada kategori Perbankan Lokal pada bulan November sampai penutupan Desember lalu, secara total jumlah kepemilikannya menjadi 1.9%, perubahan kepemilikan ini diindikasi kuat dilakukan oleh pihak BBRI sendiri. Secara total persentasi kepemilikan investor domestic di saham BBRI saat ini mencapai 21.8%, sementara investor individual lokal yang merupakan indikator kepemilikan investor ritel hanya memiliki 1.5% di saham BBRI.
Jadi bisa dikatakan bahwa aksi jual asing yang dilakukan di saham ini dalam 2 bulan terakhir memang ditampung oleh pihak emiten sendiri.
Seperti kita ketahui bahwa Investor Asing adalah penggerak saham BBRI paling tidak dalam 5 tahun kebelakang jadi bisa dibilang bahwa BBRI adalah saham yang dibandari oleh asing, hal ini bukan hanya terlihat dalam pergerakan harian saham ini secara Foreign Flow tetapi juga dikonfirmasi dengan besarnya kepemilikan asing di saham ini yang saat ini mencapai 79%. Namun dalam 2 bulan terakhir kekuatan asing terlihat bisa di-netralisir oleh aksi buyback yang dilakukan oleh BRI.
Pertanyaanya adalah apa yang akan terjadi dalam kondisi seperti ini ? Jika Bandar bertarung dengan Emiten siapakah yang umumnya akan menang ?!
Menurut teori Bandarmologi emiten dan bandar adalah dua pihak memiliki kekuatan sama besar, namun kedua pihak ini umumnya memiliki kepentingan yang berbeda.
Bandar adalah pihak yang menggerakan harga saham dan mengambil keuntungan dari pergerakan yang mereka buat, sementara emiten adalah pihak yang paling memahami prospek dan fundametal perusahaan, namun perusahaan yang baik seharusnya tidak berusaha mengendalikan atau memicu pergerakan harga sahamnya sendiri.
Jadi aksi buyback yang baik adalah aksi yang dilakukan oleh emiten dalam memanfaatkan peluang yang muncul akibat penurunan harga sahamnya ke level yang tidak wajar akibat kepanikan atau kondisi yang terjadi di luar perusahaan, dimana pihak emiten sendiri percaya bahwa kondisi yang ditakutkan market atau bandar tidak akan terlalu berpengaruh pada kinerja fundamental perusahaan.
Namun berbeda dengan akumulasi yang dilakukan oleh bandar, aksi beli yang dilakukan oleh emiten sifatnya lebih berupa investasi jangka panjang, dan umumnya emiten tidak akan melakukan tindakan lanjutan untuk memicu supaya harga sahamnya naik dalam jangka pendek, sehingga mereka dapat menjualnya kembali dan memperoleh keuntungan dalam jangka pendek.
Hal itulah yang membuat bandar sendiri umumnya tidak keberatan jika sahamnya di buyback oleh emiten, karena meskipun mereka menjual saham yang mereka miliki dalam jumlah yang besar ke satu pihak, namun mereka percaya pihak tersebut tidak akan melakukan manuver – manuver yang merugikan bandar di masa yang akan datang. Jadi bisa dikatakan bahwa jika kondisi-kondisi yang dibawah di atas memang sudah terpenuhi, maka aksi buyback di saham BBRI akan memberikan dampak positif bagi pergerakan harga saham ini kedepan.
Karena pada cepat atau lambat investor asing (bandar) akan berhenti melakukan aksi jualnya, dan kembali melakukan akumulasi saham ini dan kembali mengerek naik harga BBRI, tanpa khawatir aksi tersebut akan diganggu oleh aksi profit taking yang dilakukan oleh emiten.
Namun satu hal yang perlu kita waspadai adalah, jika alasan dilakukannya buyback bukan seperti yang dibahas di atas, jadi emiten tidak membeli karena mereka melihat adanya peluang yang menarik di level harga saat ini, namun dilakukan karena BRI diperintahkan untuk melakukan buyback demi menjaga kestabilan IHSG dan harga saham BBRI, seperti wacana yang sempat ramai dibicarakan beberapa bulan yang lalu, dimana Menteri BUMN menginstuksikan untuk BUMN melakukan aksi buyback.
Jika alasan tersebut yang menjadi alasan dilakukannya buyback maka tidak ada jaminan bahwa kinerja perusahaan akan baik-baik saja dalam beberapa bulan kedepan, ada kemungkinan investor asing justru memanfaatkan aksi buyback ini untuk sebanyak mungkin menjual saham yang dimilikinya di harga yang baik selagi ada yang mau beli, dan sekarang setelah aksi buyback itu selesai dilakukan, BBRI justru akan semakin mengalami koreksi, yang disebabkan oleh aksi jual lanjutan asing, apalagi jika laporan keuangan 2015 yang akan dirilis nanti menunjukan bahwa BRI terkena dampak yang cukup besar akibat kelesuan ekonomi yang terjadi saat ini.
Jadi sebagai investor ritel sebaiknya kita menonton dari pinggir saja sambil menunggu aksi investor asing selanjutnya dan laporan kinerja perusahaan di tahun 2015.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market