Tidak semua trader memiliki kesempatan untuk bekerja di korporasi besar dan memiliki informasi berharga, informasi – informasi terbaik yang dimiliki oleh ring 1 sebuah perusahaan. Tidak semua trader juga punya kapasitas untuk berkomunikasi langsung dengan Bandar, yang dalam hal ini adalah pihak yang turut berperan langsung dalam menggerakkan harga. Jika benar demikian, maka yang kita lakukan disini sebagai retail trader sepertinya adalah usaha yang sia – sia, yang tidak lebih dari sekedar gambling dan berspekulasi atas apa yang akan terjadi di market.
Lantas adakah usaha yang bisa kita lakukan agar kita bisa menjadi trader yang sukses, yang menghasilkan profit secara konsisten meskipun dengan segala keterbatasan informasi yang kita miliki?
Someone Highlight vs Our Backstage
Alasan setiap trader datang ke workshop – workshop yang ada, kebanyakan untuk mencari strategi yang terbukti berhasil, strategi yang menjanjikan profit yang fantastis. Itulah mengapa iklan di setiap workshop, umumnya selalu meng-highlight seberapa besar profit yang dihasilkan dengan strategi tersebut.
Tidak ada yang salah dengan hal tersebut, itulah yang membuat market bekerja. Namun yang sering menjadi kekeliruan seorang trader umumnya diawali karena hal ini, mereka melakukan comparison antara Someone Highlight dengan Our Backstage. Mereka membandingkan apa yang orang lain tunjukkan lewat post mereka di social media mereka tentang apa yang terjadi di portfolio mereka, yang mana itu adalah highlight atau kejadian – kejadian terbaik yang terjadi di portfolio mereka, dan membandingkan dengan kenyataan setiap hari yang terjadi di portfolio kita.
Di momen ini seorang trader umumnya mulai membayangkan betapa indahnya hidup apabila portfolio mereka mampu memberikan hal yang sama. Berandai – andai seberapa banyak barang yang bisa kita beli lewat portfolio income, seberapa banyak bill yang bisa kita bayar, dan seberapa banyak waktu yang bisa kita nikmati bersama orang yang kita cintai tanpa harus bekerja.
Jika saya boleh berpendapat, izinkan saya, setiap orang punya Conflict of Interest mengapa mereka meng-highlight hal tersebut. Jika orang tersebut mengadakan workshop, maka kepentingan mereka adalah memancing orang untuk datang ke workshop mereka. Atau jika orang tersebut adalah seorang Manager Investasi, maka kepentingannya adalah untuk bapak ibu mempercayakan uang bapak ibu untuk dikelola oleh mereka. Atau mungkin jika seseorang tersebut memang sekedar mau membanggakan portfolionya, maka kepentingan dia adalah mendapatkan pengakuan yang mungkin tidak bisa didapat di tempat lain.
Terlepas dari setiap kepentingan yang ada, setiap orang (dalam hal ini trader) yang kita lihat highlight portfolionya, juga pernah mengalami kondisi seperti yang bapak ibu hadapi sekarang. Yang tidak bisa kita lihat adalah seberapa besar usaha yang mereka lakukan sampai mereka menemukan result yang mereka tunjukkan di highlight tersebut.
Backtest
Seorang penulis buku, Malcolm Gladwell, menuliskan sepenggal konsep yang menurut saya sangat practical untuk diterapkan dalam berbagai bidang. Dalam buku “Outliers”, Ia menuliskan tentang “10.000 Hours is the magic number of Greatness”, atau mungkin yang sering kita baca dalam buku terjemahan, prinsip 10.000 jam.
Dalam buku ini ia menjelaskan bagaimana orang terkaya di dunia, Bill Gates, sudah mulai coding sejak usianya masih 13 tahun. Malcolm juga memberi contoh bagaimana Band paling lagendaris di dunia, The Beatles, tampil 8 jam per hari di Club sebelum akhirnya mereka menjadi band paling terkenal.
Saya pikir prinsip ini berlaku untuk profesi apapun yang kita pilih, tak terkecuali seorang trader. Sebagai trader, kita juga tentu harus berlatih tentang strategi yang kita pakai untuk melihat market.
Saat kita mengikuti workshop, tentu mereka menawarkan sebuah konsep yang sudah dipelajari dan di riset selama bertahun – tahun. Mungkin ratio keberhasilan yang ditawarkan sangatlah tinggi, jika boleh dikatakan “sempurna” atau “holy grail”. Namun perlu disadari bahwa suatu strategi yang sempurna akan menjadi tidak sempurna saat seorang yang tidak sempurna menggunakannya.
Oleh karena itu, ratio keberhasilan yang diberikan oleh sebuah strategi, sebenarnya adalah nilai maksimal yang mampu diberikan, namun karena subjeknya berbeda, result yang dihasilkan setiap trader bisa sangat berbeda dengan seharusnya.
Oleh karena itu, saya percaya backtest merupakan salah satu cara terbaik untuk kita berlatih dan mencari tahu seberapa besar potensi yang mampu kita hasilkan menggunakan suatu strategy dan memberikan penyesuaian – penyesuaian tambahan yang lebih cocok dengan diri kita, sebab yang menggunakan strategi ini bukan lagi orang yang menciptakan strategi ini, melainkan kita sebagai pengguna.
Backtest Our Strategy
Untuk saya pribadi, backtest adalah latihan yang harus saya lakukan terus – menerus sampai saya menemukan zone yang terbaik. Kondisi – kondisi yang sudah teruji berhasil memberikan profit untuk portfolio. Dan yang setiap hari saya lakukan adalah look for that zone.
seperti contoh, kami sempat melakukan riset tentang saham bluechip. Suatu kelompok saham yang menurut sebagian actor pasar modal merupakan investasi terbaik yang ada di bursa. Jika melihat secara keseluruhan, memang saham saham bluechip ini mayoritas selalu naik. Lalu pertanyaan berikutnya adalah, saham bluechip yang mana? Apakah keseluruhannya?
Anggaplah kita tidak bisa terlalu sering memantau saham yang kita miliki, kita memiliki pekerjaan yang lain yang harus diprioritaskan, namun kita tetap ingin melakukan trading dan mencari strategy yang terbaik untuk dilakukan dalam jangka waktu menengah panjang. Dari kondisi ini, akhirnya kita memilih strategi beli saham bluechip. Namun agar kinerja trading kita lebih maksimal, kita melakukan backtest saham ini ke 10 tahun terakhir 2008-2017, untuk melihat bagaimana agar pembelian kita lebih maksimal di saham bluechip. Di level berapa kinerja saham bluechip ini bisa lebih maksimal.
Dan apa yang dapat dilakukan backtest pada tahap ini adalah mencari informasi sebanyak mungkin, secara historical, bagaimana kinerja saham – saham bluechip ini dalam krisis, dalam masa recovery ataupun dalam keadaan normal.
Dari hasil backtest strategi ini, kami menemukan bahwa saham – saham bluechip yang masuk dalam kategori kami, win ratio atau keberhasilan saham ini untuk naik diatas harga awal tahun adalah 61,9%. Seperti yang saya katakan tadi, bahwa fungsi kita melakukan backtest adalah mencari informasi sebanyak mungkin tentang saham – saham yang ingin kita trading kan.
Buy Under Open Yearly
Secara historis saham-saham di unggulan atau bluechip umumnya mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, kenaikan yang konsisten tersebutlah yang membuat saham tersebut dianggap bluechip. Selain itu saham-saham unggulan juga umumnya dibeli berbagai fund manager besar dalam portfolio dana kelolaannya sehingga ada banyak kepentingan untuk membuat saham ini naik secara konsisten dari tahun ke tahun. Karena investor atau calon investor dari reksadana tidak terlalu perduli dengan apa yang terjadi sepanjang tahun, mereka hanya fokus melihat kenaikan tahunan. Jadi asal ditutup dengan kenaikan harga, investor akan merasa tenang dan senang.
Oleh karena itu kami mempertimbangkan bagaimana jika kita melakukan strategi buy under open yearly? Karena kita tahu saham-saham unggulan saham-saham unggulan hampir selalu naik harganya setiap tahun, maka jika ada saham-saham tersebut yang mengalami penurunan dan harganya sudah di bawah harga pembukaan di awal tahun, maka hal tersebut adalah peluang yang cukup menarik untuk kita manfaatkan.
Riset ini adalah salah satu riset yang kami lakukan untuk untuk materi workshop money management dan psikologi trading yang akan diadakan di awal bulan Agustus ini, dalam workshop ini kami juga akan mengajarkan kepada anda bagaimana menghasilkan profit menggunakan startegi-strategi yang sederhana seperti yang kami contohkan di saham BSDE ini. Click link disini untuk info lebih lanjut.
Metode tersebutlah yang di-backtest oleh team Creative Trader, dan salah satu saham yang menurut kami menarik secara statistik adalah BSDE. Jika kita melihat kondisi sekarang, saham ini sudah turun sekitar 16,8% dari harga awal tahun, yang mana ini berarti saham ini sudah cukup murah.
Statistik menunjukkan bahwa, setiap kali kita membeli saham ini ketika terkoreksi 5%, 10% atau 15% di bawah harga pembukaan di awal tahun, kemungkinan kita memperoleh keuntungan jika membeli saham BSDE di level koreksi tersebut dan menyimpannya terus sampai akhir tahun sangatlah besar. Statistiknya bisa dilihat dalam tabel di bawah.
Jika melihat statistic ini dan kondisi sekarang (23 July 2018), probability saham BSDE untuk menghasilkan profit setelah turun 16,8% (kita pilih 15%) adalah 80%. Dimana dari 5 kondisi yang muncul dalam 10 tahun terakhir, saham ini berhasil memberikan profit 4 kali dan lose 1 kali.
Jadi bisa dikatakan jika kita backtest, saham BSDE cukup menarik untuk kita jadikan pilihan investasi sampai akhir tahun 2018 ini, karena harganya yang sudah terkoreksi cukup dalam sejak awal tahun ini.
Kesimpulan
Backtest memang saat – saat yang paling tidak menyenangkan dalam aktivitas trading kita, ini adalah momen – momen yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, momen yang tidak mendapatkan spotlight dari banyak orang. Namun saya percaya, inilah pondasi dari keyakinan kita atas setiap strategi yang kita miliki. Dan lebih baik kita gagal saat melakukan backtest, daripada gagal saat menghadapi market dengan uang yang terlibat.
Saya juga percaya, setiap trader yang berhasil tidak bergantung pada strategi yang sudah di backtest orang lain saja, atau analisa orang lain, atau bahkan hanya pada luck, tetapi mereka yang berhasil menemukan zone mereka dalam trading, yang mereka dapat melalui backtest suatu strategi yang disesuaikan dengan diri mereka. Karena lewat backtest kita menemukan strategi terbaik, dengan kondisi yang paling cocok dengan kita. Great traders are not born great, they grow great.
Joseph Gabetua S.S.T.
Analyst of Creative Trading System. Relentless Trader and Part Time Investor. Huge dreams, Small me.