“RX” melaporkan bahwa Standard & Poor akan mengunjungi Indonesia minggu ini dengan agenda potensi kenaikan peringkat hutang Indonesia dimana saat ini Indonesia hanya tinggal 1 tingkat (1 notch) di bawah Investment Grade. Perlu dicatat bahwa Fitch dan Moody’s (ketiganya merupakan pemeringkat terpenting surat hutang suatu negara) sudah memberikan rating Investment Grade untuk Indonesia sejak 2011.
S&P pernah mempertimbangkan Investment Grade di Jun’16 namun batal karena saat ini ada kekhawatiran terkait dengan anggaran belanja negara yang terlalu agresif serta adanya faktor eksternal berupa kenaikan Fed Rate (yang terjadi di Des’16). Kekhawatiran akan proyek infrastruktur yang tidak berjalan semestinya pun menambah alasan gagalnya S&P menaikkan peringkat Indonesia.
Saat ini, Indonesia berpeluang besar mendapatkan kenaikan rating dari S&P seiring dengan anggaran belanja negara di 2017 yang relatif rasional dan konservatif serta yang terpenting adalah kemungkinan besar tercapai. Selain itu, menguatnya harga komoditas berpotensi mendorong tercapainya penerimaan negara (selain selesainya Tax Amnesty dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat sehingga penerimaan pajak juga meningkat). Siklus penyaluran kredit kemungkinan akan kembali membaik yang ditandai dengan kredit macet (Non-Performing Loan atau NPL) mencapai puncak di 4Q16. Seiring dengan penurunan NPL, kredit diperkirakan akan tumbuh tinggi.
Hal terakhir adalah bahwa setelah Fed Rate naik, Rupiah ternyata mampu stabil dan bahkan menguat menjadi Rp13,300an. Saat ini, Bank Indonesia memiliki cadangan devisa di atas USD100 miliar dan siap menggunakannya untuk menjaga kestabilitas Rupiah. Cadangan devisa tersebut dianggap cukup kuat untuk menjaga Rupiah.
Beberapa hal yang mungkin menjadi alasan S&P tidak memberikan Upgrade antara lain adanya tekanan inflasi di 1Q17 (pencabutan subsidi listrik, gagal panen karena hujan dan banjir), pertumbuhan ekonomi yang mungkin rendah di 1Q17 serta program Tax Amnesty yang mungkin belum mampu mendongkrak penerimaan negara di 2017
“RX” merekomendasikan sektor yang memiliki siklus seperti Bank, Properti dan Semen. Ketiga sektor tersebut saling berhubungan erat yaitu berhubungan dengan kebutuhan akan properti. “RX” percaya akan ada perbaikan di sektor konsumsi terutama di 2H17 karena penguatan harga komoditas.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market