Pada hari Rabu yang lalu masuk pertanyaan yang cukup menarik untuk Team Analis Crative Trader mengenai saham SRIL , berikut pertanyaannya :
Kenapa Creative Trader jarang membahas mengenai saham SRIL, padahal fundamentalnya jelas bagus, dan BANDARnya terlihat aktif meng-akumualsi saham ini.
Pertanyaan tersebut mungkin menjadi pertanyaan bagi banyak investor, terutama bagi mereka para fundamentalis yang yakin kalau saham ini punya fundamental yang baik, prospek yang cerah, dan harganya masih sangat murah. Tapi kenapa harga sahamnya tidak naik-naik ?!
Jika kami diminta menjawab secara singkat pertanyaan tersebut maka kami akan menjawab :
SRIL memang Fundamentalnya bagus, tapi Bandarnya agak ‘Gila’ jadi harganya sulit naik !!
Namun kami tahu jika kami menjawab dengan cara seperti itu justru akan menyebabkan munculnya lebih banyak pertanyaan lainnya.
Yang pasti maksud kata ‘Gila’ di atas jelas bukanlah gangguan kejiwaan yang dialami oleh Bandar SRIL, namun strategi yang digunakan Bandar dalam 2 tahun terakhir yang sangat nyentrik, lain dari yang lain.
Pertama mari kita bahas dulu Fundamentalnya, seperti sudah banyak yang tahu, SRIL punya bisnis yang cukup kokoh, dari Hulu ke Hilir, dan barangnya mayoritas di Export, artinya justru diuntungkan dengan pelemahan nilai tukar rupiah saat ini. Bahkan jika anda punya banyak kenalan pengusaha-pengusaha besar yang bergerak di bidang Textil maka mereka umumnya setuju kalau SRIL adalah perusahaan yang baik.
Jika kita lihat laporan keuangannya pun saham ini mencerminkan kokohnya fundamental perusahaan, dan prospek kedepan cerah.
Sekilas dari data keungan yang bisa kita lihat di atas, dari sudut pandang penjualan, penjualan perusahaan ini terus tumbuh dari tahun-tahun ke tahun, bahkan tahun ini diproyeksikan penjualan perusahaan bisa naik 50% dari tahun 2017.
Profit perusahaan juga terus tumbuh dari tahun ke tahun, dan proyeksinya Net Profit tahun 2018 juga akan mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibanding tahun 2017 lalu. Equity perusahaan ini juga terus bertumbuh dari tahun ke tahun.
Jika dibandingkan harganya PER SRIL juga masih bisa dikatakan rendah, dan PBVnya bahkan masih 1x, menandakan saham ini masih sangat murah.
Namun pertanyaannya kalau Fundamentalnya begitu bagus kenapa harganya sahamnya tidak kemana-mana dalam 1 1/2 tahun terakhir ?
Jawabannya sebenarnya cukup sederhana, karena pergerakan harga saham itu tidak diatur oleh fundamentalnya tapi diatur oleh ‘BANDAR’nya. Sebaik apa pun fundamental satu perusahaan, hal itu tidak merubah serupiahpun dari harga saham yang ada di market.
Karena proses jual-beli lah yang menyebabkan pergerakan harga saham, dan karena di harga berapa pun akan selalu ada yang membeli dan selalu ada yang menjual, maka harga saham baru bisa naik ketika yang membeli BANDAR dan yang menjual RITEL Sebaliknya ketika BANDAR yang menjual dan RITEL yang membeli maka harga saham umumnya bergerak turun. Karena pasar modal juga harus tetap tunduk pada hukum alam, dimana yang KUAT hampir selalu menang, melawan yang lemah.
Jadi kalaupun fundamental perusahaan bagus, dan hal tersebut membuat para investor ritel mau membeli saham tersebut, dan kalau mayoritas investor ritel membeli saham tersebut berarti di waktu yang sama Bandar sedang jualan saham tersebut, dan kalau itu yang terjadi tetap saja harga sahamnya tidak akan naik-naik.
Itu sebabnya kita menemukan banyak harga saham yang fundamentalnya tidak jelas tapi harganya bisa naik puluhan bahkan ratusan persen dalam jangka pendek. Sementara ada saham seperti SRIL yang meskipun Fundamentalnya baik tapi harga sahamnya tidak naik-naik.
Saya tidak mengatakan analisa Fundamental tidak ada gunanya, karena bagaimanapun ‘barang bagus’ akan jauh lebih mudah dijual di harga mahal oleh bandar daripada ‘barang busuk’.
Itu sebabnya BANDAR sering mengakumulasi saham-saham yang dalam kondisi yang baik atau akan keluar berita baik di masa yang akan datang, baru setelah mereka selesai meng-akumulasi, berita baik tersebut di’goreng’ di kalangan investor ritel, supaya para investor ritel mau beli, dan ketika kita mau beli, tetap butuh ada yang jualan, dan disitulah waktu Bandar merealisasikan profitnya.
Itulah yang menyababkan saya pribadi terkadang tidak habis pikir dengan strategi yang dipilih oleh BANDAR SRIL dalam mengelola sahamnya , sehingga saya sebut bandarnya cukup ‘gila’.
Karena menurut saya SRIL adalah saham yang cukup populer di kalangan investor ritel, dan dikenal sebagai perusahaan dengan fundamental yang bagus, dan Fundamentalnya juga benar-benar bagus. Jadi sebenarnya ada opportunity yang besar yang dimiliki BANDAR SRIL untuk memanfaatkan kondisi ini untuk mencari keuntungan dengan menggerakan harga sahamnya.
Kita tahu saham seperti BUMI atau TAXI saja bisa dijadikan lahan keuntungan besar bagi BANDARnya, kenapa SRIL tidak ?!
Apakah mungkin BANDARNYA sebenarnya sedang meng-akumulasi saham ini, dan sengaja menjaga supaya harga sahamnya tidak naik. Sambil perlahan-lahan mengumpulkan barang yang masih ada di tangan investor ritel. Baru setelahnya harga sahamnya digoreng.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita bisa melihat dari beberapa data kepemilikan saham ini untuk dapat melakukan analisa Bandarmologi secara lebih mendalam.
DARI DATA KEPEMILIKAN YANG DIRILIS KSEI
Jika kita melihat data resmi yang dirilis KSEI, kepemilikan Investor Domestic Individual (Ritel) di saham ini cenderung tidak berubah. Sepenjang tahun 2018 kepemilikan ritel di SRIL turun dari 16.2% ke 15.3%, artinya melihat kondisi ini belum ada penurunan kepemilikan ritel yang signifikan sepanjang tahun 2018, artinya tanda-tanda BANDAR mengakumulasi pun tidak terlihat.
SAHAM INI TERLALU BERISIK KETIKA HARGANYA SEDANG NAIK
Jika anda memperhatikan saham ini dalam 1 tahun terakhir anda mungkin menyadari ada hal yang janggal dalam pergerakan saham ini, terutama ketika harga sahamnya sendang naik. Salah satu contohnya bisa anda lihat pada Running Trade di samping, yang kami record pada perdagangan kemarin.
Dimana pada perdagangan kemarin IHSG turun hampir 2% hampir semua saham turun cukup signifikan, namun saham SRIL justru ‘naik sendiri’ dan bukan hanya harganya yang naik, sepanjang hari saham ini seakan-akan terus ‘menunjukan dirinya’ kalau di naik. Di antara saham-saham yang merah, SRIL hijau sendiri. Dan transaksi SRIL pun berlangsung sepanjang hari, padahal seperti bisa kita lihat mayoritas transaksinya hanya 1 lot.
Mungkin kalau running trade bisa mengeluarkan suara BANDARnya sedang bilang :
Liat nih saham gua SRIL lagi naik, mau ikutan nggak ?!! Beli Gue Dong… Beli Gue… Fundamental gua bagus lho… Bentar lagi gua mau terbang… Cepetan Beli Gue, Beli Gue…
Kondisi tersebut sudah berlangsung selama beberapa bulan terakhir, setiap kali saham SRIL naik, bandarnya seakan-akan memanggil-manggil kita untuk membeli saham mereka, untuk memastikan seluruh investor di Indonesia tahu kalau hari ini harga SRIL sedang naik. Sementara ketika sahamnya turun, transaksinya menjadi langka.
Pertanyaannya sederhana, kalau anda menjadi BANDAR SRIL, dan anda mau mengakumulasi saham ini dari para investor ritel, apakah strategi seperti ini yang akan anda lakukan ?!
BANYAK TRANSAKSI MISTERIUS DI SAHAM INI
Pada perdagangan kemarin ( 4 Oktober 2018), SRIL menduduki peringkat pertama di saham dengan jumlah transaksi paling besar. Dimana jumlah transaksi SRIL kemarin lebih dari 1 Triliun. Pertanyaan apa yang terjadi di SRIL pada perdagangan kemarin, kenapa ada begitu banyak investor yang mau menjual dan membeli saham SRIL sehingga transaksinya senilai 1 T, padahal tidak ada berita apa-apa di saham ini.
Dan kalau kita melihat kebelakang transaksi massive di saham SRIL ini sudah terjadi dalam beberapa hari terakhir, tanpa ada info sama sekali mengenai adanya perubahan dalam fundamental perusahaannya sepanjang minggu ini.
Pertanyaan ini cukup terjawab jika kita melihat broker-broker apa saja yang bertransaksi di saham ini yang menyebabkan transaksinya mencapai 1 Triliun dalam 1 tahu.
Seperti bisa kita lihat pada tabel di samping, broker yang paling banyak membeli adalah CC (Mandiri Sekuritas) membeli sebesar 11.1 juta lot, yang paling menjual juga CC sebesar 11 juta lot. Peringkat kedua ZP beli 5.2 juta lot, tapi langsung dijual lagi 5.2 juta lotnya.
Hal yang sama juga berlaku di PC, YB, MK sampai peringkat 10 besar, semuanya ditempati oleh broker-broker yang sama. Artinya ada indikasi hanya terjadi tukar-tukaran barang saja di antara broker yang sama senilai 1 T. Jika anda melihat perdagangan hari ini pun, dan di hari-hari sebelumnya pun anda akan menemukan indikasi yang sama.
Reminder : Manfaatkan kesempatan DISKON SUPER EARLY BIRD yang berlaku sampai akhir pekan ini, dimana anda dapat menghemat 1 Juta untuk mengikuti Workshop Bandarmologi Jakarta (1 – 2 Des), Surabaya ( 24 – 25 Nov) & Online ( 2 – 5 Nov) bagi yang mendaftar paling lambat akhir pekan ini.
Info lengkap mengenai cara mengikuti workshop tersebut sehingga kita bisa memahami apa yang dilakukan BANDAR di balik pergerakan harga saham yang kita lihat di market, bisa dilihat disini.
Buat apa itu semua ?!
Di situlah contoh kenyentrikan lain BANDAR saham yang satu ini. Biasanya kejadian seperti ini sering terjadi di saham-saham yang sedang di REPO, namun apa strategi BANDAR di saham-saham yang sedang di-REPO, rasanya tidak mungkin dibeberkan ke publik seperti ini.
Yang pasti sejauh ini kami memilih untuk menjauh dulu dari saham ini. Beberapa bulan lalu saya pribadi bahkan CUT LOSS di saham ini, dan saya jual saham saya bukan karena takut turun lebih dalam, rugi terlalu besar, atau karena memprediksi harga sahamnya bakal turun lebih dalam lagi. Saya jual saham saya simply karena ‘muak’ dengan gaya BANDARnya…
Karena saya menyadari saya bukanlah Lok Keng Hong yang siap menunggu puluhan tahun sampe harga saham yang di beli akhirnya naik, dan saya juga yakin tidak peduli fundamental SRIL sebaik apa, selama gaya badarnya tidak berubah, harga sahamnya tidak akan bergerak signifikan seperti harapan kita.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God