Di awal bulan Maret lalu saham-saham batubara kompak berjatuhan dalam beberapa hari, kejatuhan harga tersebut bersamaan dengan keluarnya peraturan kementrian ESDM yang mematok harga jual batubara DMO ke PLN sebesar USD 70 per ton. Keluarnya berita tersebut langsung mendorong kejatuhan saham-saham batubara unggulan di IHSG yang umumnya jatuh lebih dari 10% dalam 2 hari.
Berikut ringkasan berita-berita yang dirilis team CTS HOT INFO yang merupakan rangkuman dari berbagai analisa yang dirilis oleh para analis sekuritas mengenai efek dari kebijakan tersebut.
Dalam rangkuman tersebut dikatakan PTBA akan terkena dampak paling besar karena kebijakan ini, disusul oleh ADRO yang katanya akan berdampak negatif di awal, namun kedepannya justru akan positif, dan ITMG dan HRUM yang dikatakan akan kebal terhadap sentimen ini karena fokus pada pasar expor.
Pasca keluarnya berita tersebut, harga batubara dunia terus mengalami kenaikan, secara logika jika kita beracuan pada rangkuman analisa di samping, seharusnya semakin jauhnya harga jual DMO dengan harga acuan batubara dunia saat ini akan membuat emiten-emiten yang fokus di export (ITMG, dan HRUM) diuntungkan, sementara PTBA menjadi saham yang paling dirugikan.
Well itu teorinya, jika di bursa saham ada kebenaran absolute, dan semua bergerak sesuai dengan berita dan analisa fundamental maka itulah yang harusnya terjadi, namun kita sama-sama tahu bahwa bursa saham tidak boleh ada kebenaran yang absolute, karena untuk harga saham dapat bergerak naik atau turun harus ada yang membeli dan menjual di waktu yang sama, artinya dengan mempertimbangkan berita dan kondisi yang sama harus ada yang mau menjual dan harus ada yang mau membeli, itulah prinsip paling dasar dari terbentuknya bursa saham.
Dan itulah juga dasar dari Ilmu Bandarmologi, karena menyadari akan selalu ada yang beli dan yang jual di waktu yang sama, maka Ilmu Bandarmologi fokus menganalisa siapa yang sedang membeli dan siapa yang sedang menjual saham yang bersangkutan, untuk mendeteksi siapa yang lebih kuat, karena merekalah yang akan menang.
Salah satu contoh nyatanya kita lihat pada pergerakan harga saham-saham batubara pada saat ini, 2 bulan setelah berita tersebut dirilis, PTBA saham yang mendapat sentimen paling buruk justru menjadi saham yang naik paling banyak dalam periode ini, dan kemarin shaam ini bahkan berhasil mencetak record tertingginya dalam beberapa tahun terakhir.
Sementara saham ADRO yang katanya dalam jangka panjang akan diuntungkan dengan peraturan tersebut, justru menjadi saham yang paling banyak turun dalam 2 bulan setelah dirilisnya berita tersebut. Sementara saham HRUM dan ITMG yang katanya kebal, dan harusnya diuntungkan dengan kenaikan harga batubara malah ikut bergerak turun.
Mungkin kenyataan itu membingungkan banyak investor terutama yang masih baru di bursa saham, karena pada awalnya hampir semua investor berpikir harga saham digerakan oleh berita, kenyataanya sebenarnya adalah harga saham digerakan oleh REAKSI PEMAIN BESAR (di bursa saham) terhadap sebuah berita.
Itulah yang menyebabkan ‘beda nasib’ antara saham PTBA dan ADRO, berikut analisa terhadap pergerakan investor asing di kedua saham tersebut, pasca keluarnya berita DMO.
PERGERAKAN INVESTOR ASING DI PTBA
Dalam grafik dit ata kita bisa melihat bagaimana meskipun ketika keluarnya berita harga DMO harga saham PTBA ‘dibiarkan’ turun, namun hal tersebut tidak menyebabkan adanya kepanikan dari investor asing, sehingga secara perlahan harga sahamnya terus naik karena memang sejak awal tahun investor asing sudah terus mengumpulkan saham ini, dan akumulasi asing lanjutan yang terjadi dalam 1 bulan terakhir membuat saham ini terus bergera naik, dan kemarin berhasil mencetak record tertingginya sepanjang tahun disebabkan terus masuknya investor asing di saham yang membuat kepemilikan investor asing juga berada di level tertingginya sepanjang tahun ini.
PERGERAKAN INVESTOR ASING DI ADRO
Seperti kita ketahui meskipun kondisi yang dialami kedua perusahaan sama, namun ADRO nasibnya justru bertolak belakang dengan PTBA, seperti kita lihat di atas dalam grafik pergerakan investor asing di ADRO, saham ini juga di akumulasi asing sejak awal tahun seperti layaknya yang terjadi di saham PTBA, harga sahamnya juga beranjak naik karena pembelian investor asing tersebut. Ketika berita DMO keluar saham ini pun mengalami penurunan yang cukup signifikan, namun ada perbedaan antara kejatuhan saham ADRO dengan PTBA. Dalam penurunan saham ini asing melakukan aksi jual besar-besaran bahkan mencetak record penjualan investor asing terbesar dalam 2 tahun terakhir di saham ADRO. Hal tersebut sudah merupakan indikasi adanya pergerakan ‘pemain besar’ yang berbeda dalam merespon berita yang sama.
Related : Anda bisa membaca pergerakan investor asing dalam merespon sebuah berita, seperti yang kami gunakan dalam analisa ini, dengan menggunakan Sistem Foreign Flow yang kami rancang khusus untuk membaca pergerakan investor asing di bursa kita. Info lebih lanjut untuk memiliki sistem tersebut bisa kita lihat disini.
Bukan cuma itu aksi jual investor asing juga terus berlangsung di saham ini, pasca keluarnya berita tersebut sampai saat ini, hal tersebut bisa terlihat jelas dengan terus turunnya indikator foreign flow (curva orange), pada grafik di atas. Dan alhasil karena investor asing terus menjual saham ini, harganya pun terus bergerak turun sampai saat ini, dan berbeda 180 derajat dengan PTBA, yang saat ini berada di level tertingginya sepanjang tahun, karena pada saat ini kepemilikan investor asing di ADRO berada di level terendahnya sepanjang tahun, maka harga ADRO pun berada di level terendahnya.
Dari kedua contoh di atas kita bisa melihat bahwa pergerakan pemain besar terhadap suatu beritalah yang menyebabkan pergerakan harga, berita boleh sama, efek boleh sama, namun nasib sebuah saham tetap dikendalikan oleh mereka yang lebih kuat.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God