Menjadi seorang trader di bursa saham, tugas kita tidak bisa semata – mata melakukan analisa dari berita yang dibagikan melalui suatu media, lalu trading dengan berlandaskan berita yang ada di media tersebut saja. Salah seorang trader yang dikenal karena TV Series yang berjudul: Million Dollar Traders, yaitu Anton Kriel, pernah berkata bahwa setiap orang memiliki conflict of interst (selanjutnya akan disebut dengan COI) atau faktor kepentingan yang mana tujuannya adalah membawa keuntungan kepada mereka sendiri. Oleh karena itu kita perlu memilah berita mana yang mendukung atau sesuai dengan COI yang kita miliki.
COI dimiliki oleh setiap orang atau pihak dalam setiap keputusan, terutama apabila itu membawa keuntungan yang berarti bagi pihak tersebut. Hal ini selalu terjadi setiap hari, misalnya seorang marketing dari satu perusahaan perbankan yang tidak pernah kita kenal sebelumnya, namun dengan keramahan mengajak kita bertemu untuk makan siang di suatu tempat. Di situasi ini kita hampir bisa memastikan bahwa dia memiliki “agenda” tersendiri untuk pertemuan itu.
Bukan berarti disaat kita memiliki “agenda” itu berarti kita akan mengambil seluruh keuntungan yang ada, dan pihak lain yang terlibat akan dirugikan. Tidak demikian, seorang yang bijak pasti TIDAK menghabiskan seluruh kepercayaan yang diberikan, hanya untuk ditukarkan dengan kebutuhannya di satu waktu saja. COI akan berjalan dengan baik apabila yang kita tawarkan mampu mengisi needs yang orang lain perlukan, baik pihak tersebut menumpang mengambil keuntungan dengan membantu kita memenuhi kepentingan kita, atau kita yang menumpang pada kepentingan pihak tersebut dan mengambil keuntungan. Atau dapat disimpulkan dengan lebih sederhana, Mutualisme.
Salah satu pihak yang kepentingannya bisa kita tumpangi adalah pemerintah, karena pemerintah akan berjalan dengan baik dan tetap terpilih di periode selanjutnya apabila rakyatnya sejahtera dan mendukung pemerintahannya, itu adalah hubungan yang mutualisme.
Salah satu produk terpopuler yang pemerintah tawarkan bagi rakyat Indonesia saat ini adalah BPJS Kesehatan. Produk yang cukup murah dan menjawab kebutuhan berbagai lapisan masyarakat yang ada di Indonesia baik sebagai pengguna maupun sebagai perusahaan yang terlibat dalam produk ini.
BPJS Kesehatan
Salah satu yang menjadi target pemerintah sekarang di pra pemilu 2019 adalah 100% keikutsertaan warga Indonesia dalam BPJS Kesehatan. Sejauh ini total yang sudah ikut terlibat dalam BPJS Kesehatan ada 187juta jiwa dari total rakyat Indonesia yaitu 262juta jiwa yang mana ini berarti sudah 71% rakyat Indonesia menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan yang diberikan pemerintah.
Hal ini dapat menjadi sentimen positif bagi beberapa perusahaan yang mampu menumpang pada COI pemerintah melalui produk BPJS. Pemerintah tentu ingin semua orang menggunakan BPJS Kesehatan agar rakyat Indonesia sejahtera dan tetap mempercayakan tahta pemerintahan periode selanjutnya ke pemerintah yang menjabat sekerang. Salah satu sektor yang mampu menumpang pada COI pemerintah ini adalah sektor healthcare dan salah satunya adalah KLBF. Terbukti sejak BPJS Kesehatan pertama kali diresmikan pada tahun 2014 silam, KLBF terus menanjak naik.
Pada tahun 2018, KLBF juga meresponi target pemerintah 100% keikutsertaan BPJS Kesehatan ini dengan ekspansi yang mereka lakukan melalui sektor bisnis laboratorium. Melalui anak perusahaannya, PT Innolab Sains Internasional, KLBF meluncurkan Laboratorium Klinik Kalgen Innolab yang ditargetkan bisa berkontribusi menaikan pendapatan KLBF sebesar 10% setelah 5 tahun mendatang. Disini KLBF juga membuktikan kualitas sebagai salah satu emiten healthcare tertua yang ada di bursa kita, secara konsisten KLBF mampu mempertahankan ROE yang mereka peroleh setiap tahun di range 13-18% dengan rata – rata 16,16% per tahun.
Tidak hanya Laboratorium, KLBF juga melakukan ekspansi dengan membangun pabrik Biosimilar untuk memproduksi obat kanker dan gagal ginjal yang sekarang ini masih sangat sulit untuk diproduksi. Melalui pabrik ini juga rencananya KLBF akan memasukkan 5-10 jenis prodak baru yang ditargetkan mendorong penjualan obat di 2018 dengan harga yang cukup menarik karena memang seperti yang dikatakan diatas, obat – obat ini sulit diproduksi namun dapat masuk dalam skema BPJS Kesehatan. Melalui hal inilah KLBF menangkap momentum COI yang pemerintah punya dari BPJS Kesehatan.
Bila kita berkaca pada harga saham KLBF sendiri, terlihat sejak Desember 2015 lalu, KLBF bergerak Bullish walaupun cukup landai dari Rp 1.245 sampai ke Rp 1.700 an sekarang ini (22 Januari 2018). Tidak hanya itu, dalam periode November sampai Desember 2017 lalu, saham KLBF terlihat cukup banyak diminati dan banyak diakumlasi oleh Bandar.
Tim riset kami di Creative Trading System, menemukan berita yang menunjukan ketertarikan dari satu broker besar ke saham KLBF. Broker yang terus terang tertarik dengan saham ini adalah CC atau Mandiri Sekuritas, yang mengatakan menyukai pabrik Biosimilar yang sedang dibangun untuk memproduksi obat kanker dan gagal ginjal. CC juga mengakumulasi banyak saham KLBF sepanjang 2017 lalu, walaupun jika kita melihat tidak hanya CC yang melakukan akumulasi besar – besaran, salah satu broker asing AK atau UBS Sekuritas Indonesia juga mengakumulasi saham ini walaupun tidak ada berita yang menyebutkan siapa pihak dibalik AK yang pasti pembelian tersebut dilakukan oleh investor asing.
Inflow Asing di KLBF
Saham KLBF sendir memiliki partisipasi asing yang cukup tinggi yaitu sebesar 55% yang mana ini berarti sebagian besar yang trading di saham ini adalah Investor Asing, oleh karena itu kami pikir cukup layak untuk kita melakukan trading dengan mengikuti pergerakkan asing. Melalui salah satu fitur yang kami miliki di Foreign Flow, kami menemukan bahwa KLBF merupakan salah satu saham yang paling sering diakumulasi oleh asing dan dalam 30 hari terakhir, asing masuk ke saham ini dengan total inflow sebesar Rp 163 Miliar yang mana ini merupakan indikasi yang baik bagi perusahaan ini mengingat KLBF sendiri sedang berusaha mengejar target Pemerintah melalui BPJS Kesehatan.
Bila kita melihat grafik aliran dana asing yang masuk ke KLBF, kita dapat menemukan bahwa harga saham ini memiliki korelasi yang cukup tinggi dengan aliran dana asing yang masuk, bila asing masuk, harga naik, bila asing keluar maka harga ikut turun. Hal ini memungkinkan untuk kita memprediksi pergerakan saham KLBF melalui inflow dan outflow asing.
Saat ini kami melihat saham KLBF memang sedang dibawa koreksi menuju satu level support tertentu. kondisi ini masih tergolong sehat karena sejak awal tahun 2018, asing melakukan akumulasi di saham ini dengan average pembelian di level Rp 1.749,04 yang mana di harga sekarang ini, asing masih dalam kondisi rugi dan tentu bukan itu tujuan mereka masuk ke bursa kita.
Bila melihat beberapa pengaruh dari COI yang dimiliki pemerintah melalui BPJS Kesehatan, nampaknya KLBF berhasil menumpang dengan baik dan malah memberikan kontribusi yang cukup menarik untuk pemerintah yang ada sekarang. KLBF, lewat Joint Venture dengan Jepang yang menjadi kerja sama pertama yang dimiliki Indonesia dan Jepang di bidang Laboratorium Klinik dan pula akan menjadi sumber pendapatan devisa dan pajak baru bagi pemerintah.
Kami yakin dengan adanya faktor kepentingan beberapa pihak yang sedang kejar target, sebagai Investor Ritel kita juga bisa memanfaatkan momentum untuk masuk mengikuti pergerakan ini yang dapat dibilang cukup menarik, mengingat dari statistik 5 tahun terakhir pergerakan KLBF selalu naik di kuartal pertama dengan rata – rata kenaikan 5 tahun terakhir sampai 10%.
Bila dilihat dari sudut pandang investor ritel, tidak ada salahnya bila kita ikut masuk di saham ini. Karena bila kita mengikuti pergerakan asing yang mayoritas di saham ini, terlihat mereka masih terus masuk dan secara bandarmologi juga saham ini masih banyak di akumulasi bandar per akhir 2017. Dengan kondisi KLBF yang sedang koreksi sehat seperti sekarang ini, nampaknya akan menjadi keputusan bijak bila kita masuk dengan strategi buy on weekness.
Apakah KLBF akan melanjutkan tren selalu naik di Q1 ini 6 tahun berturut – turut? we’ll see. Yang terpenting adalah kita sudah melakukan bagian kita untuk melakukan analisa yang terbaik dan memiliki management portfolio yang kuat apabila analisa kita salah. Sebagai trader, kita juga perlu membuktikan informasi ini, bukan sekedar baca lalu trading berdasarkan artikel ini atau sumber – sumber manapun. Karena bagaimana jika ternyata kami lah yang punya conflict of interst untuk menulis artikel ini?
Joseph Gabetua S.S.T.
Analyst of Creative Trading System. Relentless Trader and Part Time Investor. Huge dreams, Small me.