Masih ingat masa-masa dimana kita semua berpikir bahwa kondisi Ekonomi, Sosial, dan Politik dapat mempengaruhi pergerakan harga saham?
Pada masa itu kita kita orang saham sibuk memperdebatkan, mendiskusikan dan memusingkan hal-hal yang kita kira berpengaruh terhadap pergerakan harga saham. Hal-hal seperti pelambatan ekonomi, perang dagang, ketegangan politik, dan banyak hal-hal ‘keren’ lainnya.
Kita juga heboh melihat kondisi perusahaan, profit perusahaan, dll.
Hal itu memang terlihat keren, namun ternyata kita semua sedang DIBEGO-BEGOIN sama BANDAR.
Ternyata itu semua hanyalah DOKTRINASI yang ditanamkan BANDAR pada para komentator saham, yang ujung-ujungnya kita (kita para investor ritel) percaya sebagai kebenaran.
Krisis yang terjadi saat ini akhirnya menyadarkan kita terhadap realita tersebut, kemarin Amerika Serikat melaporkan GDP kuartal 1 mereka -4.6%, suatu data yang sangat mengerikan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Bukan cuma itu sejak tanggal 23 Maret lalu sampai sekarang lebih dari 20 juta orang di US melaporkan telah kehilangan pekerjaan. Sekarang lebih dari 60% orang Amerika Serikat mendapat bantuan langsung tunai untuk bisa bertahan hidup, seperti layaknya di negara-negara miskin.
Perusahaan-perusahaan besar yang minta bantuan dari pemerintah, dan terancam bangkrut dalam beberapa bulan kedepan jika tidak segera ditolong.
Pada tanggal 23 Maret lalu jumlah orang yang terinvesi Covid-19 di AS sebanyak 44 ribu orang, sekarang jumlahnya 1 juta orang, yang meninggal pada saat itu 600 orang, sekarang 61 ribu orang.
Lalu bagaimana bursa sahamnya ? Sejak tanggal 23 Maret lalu sampai sekarang Indeks Amerika Serikat NAIK 30%.
Ternyata selama ini kita semua dibego-begoin menganggap itu semua penting terhadap pergerakan harga saham, ini adalah bursa saham, dan bursa saham diatur sepenuhnya oleh Bandar.
Kami pun baru sadar ternyata selama ini kita melihat bursa saham dan krisis ini dengan sudut pandang yang salah… Kita kira kondisi perusahaan, dan kondisi ekonomi adalah faktor penentu dari pergerakan harga saham. TERNYATA BUKAN.
Ada faktor yang jauh lebih besar dari itu semua, ada faktor yang lebih penting dari itu semua. Apakah itu ?
Penjelasannya akan kami bahas dalam gathering malam ini, dan akan kami tulis di website kami dalam waktu dekat.
Bagi yang ingin clue dari jawabannya:
“Ketika orang kelaparan, makanan busuk pun akan diperebutkan !!”
Selamat berpikir, selamat merubah mindset anda… Semoga kedepannya kita nggak dibego-begoin lagi…
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God
2 comments
Saya tetap beranggapan bahwa aksi bandar selalu didasarkan pada berita yang beredar. Contohnya hari ini muncul berita khabar baik dari obat corona “remdesivir”. Berita inilah yang membuat para bandar optimis krisis kesehatan akan segera berlalu.
Peluang seperti itu tetap terbuka pak, tapi itu hanya akan berlaku kalau beritanya bukan berita yang diketahui publik atau dibesar-besarkan ke publik seperti trial remdesivir, karena itu bukan obat baru sejak bulan lalu obat itu sudah di gunakan di beberapa negara, cuma di Amerika masih butuh izin jadi harus di trial dulu. Satu lagi berita ini juga sudah keluar 1 minggu yang lalu, dan pada saat itu IHSG diguyur jadi turun.
Jadi berita positif memang akan selalu muncul, namun Bandar bebas memutuskan apakah pada saat berita positif keluar mereka mau mengguyur market, maka harga akan turun, atau mau memborong saham, supaya harga naik. Intinya yang mutusin itu bandar, kita ritel cuma bisa nyocok2in berita. Kalau lagi dinaikin kita fokus ke berita positif, sebaliknya kalau lagi dibanding kita fokus ke berita negatif. Karena tiap hari akan selalu ada berita positif dan negatif, kita tinggal pas-pas-in aja.