Sebagai investor ritel sering kali kita berharap memiliki modal yang lebih besar dari yang kita miliki saat ini, sambil berpikir andai saja saya memiliki modal lebih besar, tentunya trading akan lebih mudah. Kita menganggap kalau saja kita memiliki modal puluhan milyar seperti bandar-bandar lokal, atau puluhan Triliun seperti investor asing maka kita akan memiliki kekuatan untuk mengatur pergerakan harga semau kita, dan tentunya tidak sulit lagi untuk kita memperoleh keuntungan.
Namun sebenarnya pemahaman itu sangatlah salah, sama seperti dalam berbisnis jauh lebih mudah mendapat untung 100 ribu, dengan modal 100 ribu daripada mendapat untung 100 juta dengan modal 100 juta. Dalam trading saham pun semakin besar modal kita semakin sulit untuk kita bisa memperoleh keuntungan.
Memang tidak sulit menaikan harga jika kita punya uang 1.5 Triliun seperti yang dilakukan investor asing di saham TLKM dalam 2 minggu terakhir, namun jangan lupa meskipun harga saham yang kita beli bergerak naik karena kita melakukan pembelian dalam jumlah besar, itu tidak berarti kita sudah berhasil mendapat profit. Karena untuk mendapat profit kita harus menjual saham yang kita sudah beli, dan bagi investor asing menjual saham sebesar 1.5 Triliun ke investor lokal dengan tanpa membuat harga turun ke bawah modal pembelian mereka jelas bukan merupakan tugas yang mudah.
Bukan hanya dalam melakukan penjualan kita akan mendapatkan kesulitan, proses pembelian saham pun tidak kalah susahnya. Kita semua ingin membeli di harga bawah, di harga semurah mungkin, itu sebabnya investor pada umumnya lebih senang mengantri di BID daripada ‘hajar kanan’ di offer. Namun kalau kita mau membeli saham sebesar 1.5 Triliun tidak mungkin kita selalu pasang antrian di BID, dan menunggu ada yang mengguyur ke harga pembelian kita.
Mau tidak mau kita harus hajar kanan, dan karena kita membeli di offer maka secara otomatis harga saham akan bergerak naik, itulah sebabnya di saham-saham yang dikendalikan investor asing, umumnya harga hanya akan bergerak naik ketika investor asing melakukan pembelian.
Namun masalahnya setelah asing melakukan akumulasi dalam jumlah besar, dan harga terus bergerak naik, investor lokal umumnya menyadari kalau mereka sudah membuat kesalahan dengan menjual sahamnya, dan karena harga saham terus naik mereka ingin kembali membeli saham yang sedang naik tersebut.
Kita tahu sampai saat ini mayoritas investor lokal masih menggunakan analisa technical keputusan tradingnya, dan konsep analisa technical sangatlah sederhana, kalau harga naik kita beli, kalau harga turun kita jual. Ada analisa technical yang mengatakan kalau harga sudah naik ke atas rata-rata harga 20 harinya beli (MA 20), ada yang mengatakan sebaiknya menunggu sampai harga naik ke atas rata-rata harga 50 hari (MA 50), ada yang bilang tunggu sampai 100 hari (MA 100), ada juga yang menunggu samapi 200 hari (MA 200). Intinya kalau harga terus menerus naik cepat atau lambat investor ritel / lokal akan ingin ikut melakukan pembelian, dan tidak mau lagi menjual saham mereka ke investor asing.
Jika anda investor asing dan anda menyadari setelah anda melakukan pembelian sebesar 1.5 Triliun dari investor lokal dan setelah harga bergerak naik, anda merasakan bahwa niat jual investor lokal sudah turun drastis, dan banyak investor lokal yang terlihat malah ingin belanja, kira2 apa yang akan anda lakukan ?
Tergantung tentunya, kalau tujuan anda mau melakukan profit taking, momentum tersebut bisa anda jadikan kesempatan untuk melakukan profit taking, memanfaatkan minat beli investor lokal, kedepannya anda tinggal bertugas me-maintain minat beli investor lokal tersebut supaya anda bisa menjual saham anda di atas harga modal anda. Biasanya dengan cara meminta para analis sekuritas untuk merekomendasikan saham-saham tersebut, atau mengeluarkan berita-berita positif, supaya orang yang baca ingin ikut membeli TLKM.
Namun bagaimana kalau tujuan anda bukan profit taking, tapi justru mau membeli lebih banyak lagi, anggaplah anda masih punya uang senilai 1.5 Triliun untuk dibelikan saham TLKM ?! Jadi rumit bukan ?! Kalau anda memaksakan untuk membeli dalam kondisi ini, maka anda akan berebutan barang dengan para investor lokal yang ingin juga ingin membeli, dan hanya berharap ada cukup banyak investor lokal yang masih belum sadar juga kalau harga akan dikerek asing. Jika strategi itu yang digunakan harga akan bergerak naik dengan sangat cepat, yang juga berarti modal pembelian anda akan tinggi, yang tentunya akan merugikan anda sendiri yang harus membeli senilai 1.5 T.
Hal yang sama baru saja terjadi di saham TLKM minggu lalu, setelah terjadi inflow besar-besaran 1.5 Triliun dalam periode 11 hari, banyak investor lokal yang langsung mencoba memanfaatkan momentum ini untuk menunggangi pergerakan investor asing.
Jadi dalam kondisi ini, Investor Asing biasanya sengaja menurunkan harganya dulu, supaya semangat beli investor lokal menjadi menurun lagi, karena kembali lagi analisa technical mengajarkan para investor ritel untuk membeli ketika harga saham naik, tapi juga menjual ketika harganya turun, jadi setelah investor lokal terlihat mulai banyak melakukan pembelian, asing umumnya akan menurunkan harga terlebih dahulu, supaya para investor ritel yang baru beli, kembali jualan, bahkan cut loss. Namun tentunya karena tujuan asing menurunkan harga hanyalah untuk mengusir penumpang gelap, dan bukan untuk profit taking, maka di masa penurunan harga tersebut investor asing tidak mau menjual dalam jumlah besar, karena tujuan mereka justru membeli lebih banyak lagi di harga bawah. Itu sebabnya bagi para investor ritel yang hanya mengandalkan analisa technical, sering kali mengalami nasib ‘setelah jualan, justru harga bergerak naik’.
Dalam ilmu foreign flow aksi menurunkan harga yang dijelaskan di atas disebut sebagai aksi Mark Down, dan aksi tersebut adalah salah satu aksi yang paling disukai oleh para investor ritel yang sudah mempelajari Analisa Foreign Flow, karena terkadang harga saham bahkan bisa diturunkan di bawah average akumulasi asing sebelumnya.
Hal tersebut sedang terjadi di saham TLKM saat ini, seperti terlihat dalam grafik Foreign Flow di atas sejak awal akumulasinya di awal bulan sampai penutupan perdagangan kemarin investor asing sudah membeli saham TLKM sebesar 1.519 M dan jika kita hitung harga rata-rata pembelian investor asing sejak dalam periode tersebut kita mendapati harga rata-ratanya ada di kisaran 3.907.
Menariknya aksi mark down yang dilakukan Investor Asing sepanjang minggu ini membuat harga saham TLKM turun sampai ke level 3.860. Artinya saat ini investor asing sudah dalam posisi ‘nyangkut’ atau lebih tepatnya ‘menyangkutkan diri’ karena harga TLKM sudah turun ke bawah modal rata-rata asing. Kondisi ini tentunya sangat menarik untuk para pengguna sistem Foreign Flow, karena kita memiliki kesempatan untuk membeli TLKM di bawah modal rata-rata pembelian asing di awal tahun ini.
Dan sebagai investor ritel kita tidak perlu repot-repot memikirkan jualnya gimana, atau bagaimana kita menaikan harga TLKM setelah kita membeli saham ini. Biarlah itu menjadi ‘pikiran’ investor asing, yang pasti mereka sudah membeli saham ini sebesar 1.5 T, dan tentunya mereka tidak mau jual rugi.
Dari penjelasan ini kita bisa sama-sama belajar bahwa menjadi bandar yang menggerakan harga itu tidak mudah, ada begitu banyak faktor yang harus dipertimbangkan, ada begitu banyak investor ritel yang harus ‘dijebak’. Itu sebabnya kami lebih memilih untuk menjadi ritel, lebih memilih untuk meninggangi pergerakan BANDAR daripada menjadi bandar. Memang benar kami tidak tahu besok BANDAR TLKM (Investor Asing) mau menaikan atau menurunkan harga saham ini, namun yang kami yakin mereka trading untuk cari untung, dan untuk memperoleh keuntungan mereka harus jual di atas harga beli mereka.
Bagaimana dengan anda ? Jika anda bisa memilih mau menjadi bandar atau menjadi ritel yang menunggangi pergerakan bandar, kira-kira anda pilih yang mana ?!
Dalam kondisi seperti saat ini dimana investor asing secara gencar melakikanm akumulasi akan muncul banyak peluang menarik bagi kita yang menggunakan analisa foreign flow seperti yang kita dapatkan di saham TLKM saat ini. Ksemepatan-kesempatan inilah yang ditunggu-tunggu oleh para pengguna sistem Foreign Flow, Bagi anda belum memiliki sistem tersebut, dan ingin segera memiliki sistem tersebut anda bisa melakukan pemesanan di sini, dimana anda bisa mendapatkan Sistem FF PRO 2018 yang dirancang khusus untuk mengikuti pergerakan investor asing secara real time di bursa kita, dan sudah kami kembangkan dalam 8 tahun terakhir. Atau anda juga bisa mengikuti Workshop Foreign Flow Online yang akan diadakan tanggal 8 – 10 Maret 2019.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God