Kinerja IHSG di awal tahun 2016 ini memang sangat luar biasa, ditengah koreksi luar biasa di mayoritas bursa dunia, sejauh ini indeks kita hanya mengalami koreksi terbatas. Dalam hitungan minggu IHSG berubah dari salah satu indeks dengan kinerja terburuk sepanjang tahun 2015 menjadi indeks dengan kinerja terbaik di dunia awal tahun 2016. Bukan hanya itu dalam beberapa bulan terakhir IHSG tetap perkasa meskipun dana asing terus keluar, padahal dalam 8 tahun terakhir kinerja IHSG sangat terpengaruhi keluar masuknya dana asing,
Namun pertanyaan yang muncul dari kondisi ini adalah: Apakah yang menyebabkan IHSG begitu perkasa, pada umumnya ketika indeks suatu negara menjadi indeks dengan kinerja terbaik di dunia, maka di negara tersebut sedang terjadi sesuatu yang besar, sehingga seluruh rakyat dan pelaku pasar di negara tersebut berada dalam fase euforia. Kondisi yang kurang lebih terjadi di Indonesia di awal 2014 ketika euforia Jokowi Effect mulai lahir.
Namun jika alasannya adalah kondisi dalam negeri,euforia apa yang sedang terjadi di Indonesia ?! Apakah yang membuat seluruh pelaku pasar di dalam negeri begitu optimis yang membuat kinerja IHSG begitu luar biasa di tengah kekhawatiran global. Dan mengapa ketika investor lokal begitu optimis dengan kondisi dalam negeri, investor asing sepertinya justu terlihat memiliki pandangan yang bertolak belakang, terlihat dengan terus berlansungnya aksi jual asing di IHSG selama 3 bulan terakhir ?!
Keanehan tersebut menjadi pertanyaan besar bagi para pelaku pasar di Indonesia, baik trader skala kecil sampai besar. Banyak trader berpengalaman bahkan merasakan dengan jelas bahwa sedang ada kekuatan besar yang sedang menahan penurunan IHSG. Kekuatan besar tersebut dipercaya menjadi satu-satunya alasan mengapa IHSG tidak kunjung turun, meskipun seluruh indeks dunia turun, dan dana asing terus keluar dari bursa kita.
Siapakah yang berada di balik kekuatan besar tersebut, berikut ini beberapa kemungkinannya :
KEBANGKITAN INVESTOR DOMESTIC
Setiap kali IHSG bergerak berlawanan dengan arah Foreign Flownya, wacana akan ‘kebangkitan investor lokal akan selalu muncul’ namun paling tidak sampai pertengahan tahun lalu wacana tersebut terbukti selalu salah, jika IHSG naik dan dana asing turun, artinya kenaikan tersebut merupakan ‘jebakan’ investor asing, cepat atau lambat IHSG akan kembali terkoreksi melebihi kenaikan yang terjadi sebelumnya.
Namun terus keluarnya dana asing selama 3 bulan terakhir, dan tidak turunnya IHSG membuat wacana tersebut kembali muncul, namun mungkinkah meningkatnya kekuatan investor lokal seperti kita adalah alasan dari perkasanya IHSG ?!
Jika kita analisa lebih dalam, meningkatnya kekuatan investor lokal dapat disebabkan oleh 2 hal :
- Bertambahnya jumlah investor dalam negeri, jika melihat kondisi aktual kita dapat menyadari bahwa kondisi market saat ini justru jauh lebih sepi dibandingkan tahun lalu, hal ini sangat masuk akal karena investor baru umumnya akan muncul di masa bullish, dan ketika IHSG bearish seperti sekarang maka jumlah investor yang aktif trading secara otomatis akan berkurang.
- Semakin bertambahnya modal investor lama, hal ini juga sangat sulit terjadi dalam kondisi aktual, karena bertambahnya modal umumnya terjadi karena dua faktor, yang pertama karena meningkatnya keuntungan yang diperoleh dari market, dan kedua karena pertumbuhan pendapatan di sektor riil yang menyebabkan alokasi dana untuk investasi menjadi jauh lebih besar, namun lesunya ekonomi dalam negeri membuat faktor ini juga menjadi sangat sulit terlaksana.
Jadi bisa disimpulkan bahwa kebangkitan investor ritel bukanlah faktor penyebab perkasanya IHSG saat ini.
KEBANGKITAN EKONOMI DALAM NEGERI
Setelah mengalami kelesuan sepanjang tahun 2015 lalu, Ekonomi di tahun 2016 ini diharapkan untuk bangkit, Presiden Jokowi bahkan menargetkan Ekonomi sudah bangkit di kuartal terakhir tahun lalu. Dari data-data yang keluar hingga saat ini, kami belum melihat adanya tanda-tanda kebangkitan Ekonomi dalam negeri baik. Namun indikasi itu bisa berubah setelah laporan kuangan emiten 2015 dirilis.
Dari survey yang kami lakukan minggu lalu, yang menanyakan kepada para pelaku usaha dan professional mengenai pekerjaannya masing-masing :
Hanya 43% voters yang mengatakan bahwa kondisi bisnis atau pekerjaan mereka saat ini sudah membaik dibandingkan dengan tahun lalu, dan lebih dari setengah pemilih tersebut mengatakan bahwa kondisi saat ini hanya sedikit lebih baik. Yang lainnya 24% suara mengatakan kondisi Ekonomi masih sama dengan tahun lalu, dan 32% mengatakan bahwa kondisi tahun ini bahkan lebih buruk dibandingkan dengan tahun lalu.
Dari hasil survey tersebut kita bisa lihat bahwa meskipun memang sudah ada perbaikan dibandingkan dengan tahun lalu, namun progresnya masih lambat, hal ini mungkin dapat menjadi penopang IHSG jika kondisi indeks regional baik-baik, namun jika kondisi regional seperti saat ini harusnya IHSG tetap akan mengalami koreksi yang cukup dalam meskipun ada sedikit perbaikan pada ekonomi dalam negeri.
INTERVENSI PEMERINTAH
Dalam beberapa minggu terakhir, muncul berita bahwa bahwa beberapa emiten sudah melakukan aksi buyback di bulan November dan Desember kemarin, BBRI menjadi emiten yang paling besar melakukan buyback senilai 2.4 T, investor asing tampak menjadi penjual terbesar aksi buyback ini.
Jika dibandingkan 2 opsi di atas, opsi Intervensi Pemerintah melalui buyback BUMN ini memiliki peluang paling besar menjadi penyebab tidak turunnya IHSG dalam beberapa bulan terakhir. Namun seperti dalam pembahasan kami pada posting Analisa Buyback BBRI, aksi buyback dapat menjadi pisau bermata dua untuk IHSG. Jika memang dalam waktu dekat ekonomi dalam negeri akan membaik dan regional kembali pulih, maka investor asing kemungkinan akan dengan senang hati kembali mengerek naik IHSG, karena dengan adanya aksi buyback BUMN jumlah saham beredar semakin sedikit, maka otomatis modal dan resiko investor asing untuk mengerek harga menjadi berkurang. Hal ini dibutuhkan untuk memancing investor asing kembali ke market kita, terutama setelah mereka melakukan aksi jual terbesar mereka sepanjang sejarah IHSG dalam 10 bulan terakhir.
Namun di sisi lain, jika dalam waktu dekat tidak ada sentimen positif yang cukup kuat, aksi buyback justru berpotensi membuat krisis bertambah parah, karena dana yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan ketahanan emiten di masa krisis, sudah terlanjur digunakan untuk melakukan buyback. Apalagi jika mengingat aksi buyback dilakukan di harga yang relatif mahal, jika mempertimbangkan kondisi market regional dan kinerja emiten kuartal ketiga lalu.
Jadi jika Ekonomi dalam negeri gagal bangkit, dalam waktu dekat maka investor asing kemungkinan akan semakin gencar melakukan penjualan, jika hal ini terjadi cepat atau lambat IHSG akan jatuh juga atau bahkan terjun bebas, ketika INVISIBLE GUAR IHSG sudah kehabisan tenaganya.
Sebagai investor mari kita berharap yang terbaik untuk IHSG, namun kita juga tidak boleh tutup mata dengan kondisi aktual melihat semakin besarnya resiko saat ini.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market