Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menyatakan kalangan pengusaha amat menginginkan penurunan suku bunga pinjaman atau kredit.
Pasalnya, negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara menerapkan tingkat suku bunga yang jauh lebih rendah.
Negara-negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand telah menerapkan suku bunga kredit satu digit (single digit).
Sementara di Indonesia dari dulu hingga sekarang, suku bunga kredit masih dua digit (double digit).
Mengutip data Bank Dunia, Hariyadi menuturkan perbandingan suku bunga deposito dan kredit sejumlah negara ASEAN. (Lihat grafik)
Bank Dunia/M Fajar Marta
Perbandingan Bunga Deposito dan Kredit Negara-negara ASEAN
“Tingkat suku bunga yang berlaku di Indonesia merupakan sebuah anomali,” jelas Hariyadi di Hotel Borobudur Jakarta, Senin (29/2/2016).
Hariyadi menyebut, selama ini ada pandangan bahwa kredit murah sulit diterapkan di Indonesia.
“Kenapa suku bunga tidak turun-turun? Nyatanya negara-negara sebelah bisa menyalurkan pembiayaan murah. Kalau memang diciptakan seperti itu maka suku bunga di Indonesia akan selalu tinggi,” ujar Hariyadi.
Menyoroti suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate yang dipandang masih tinggi, Hariyadi mempertanyakan patokan penetapan BI Rate.
Menurut dia, suku bunga acuan di Filipina bisa mencapai 1,2 persen dengan inflasi 2 persen.
“Argumentasi apa yang mengatakan BI Rate harus selalu di atas inflasi? Suku bunga acuan negara lain bisa lebih rendah dari inflasinya. Harus ada keberanian melangkah, kalau tidak, maka tidak akan ke mana-mana,” terang Hariyadi.
Sebelumnya, Menteri Perkonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah, BI, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah berupaya mendorong penurunan suku bunga kredit dengan berbagai aturan.
Sumber: Kompas
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God