Satu hal yang menjadi indikator kuatnya sebuah perusahaan adalah kemampuan bertahan melewati badai krisis, dan seperti kita ketahui cepatnya perubahan di era digital saat ini sudah memakan banyak korban, dimana banyak perusahaan-perusahaan besar di dunia yang sudah berdiri puluhan tahun terpaksa gulung tikar, hal ini juga menjadi momok menakutkan bagi banyak emiten di bursa terutama emiten ritel, karena mengakarnya bisnis berbasis online di Indonesia. Tawaran harga yang lebih murah, kemudahaan dalam melihat semua barang dan membandingkan harganya, juga memberikan opsi belanja tanpa harus keluar rumah. Beberapa hal tersebut memang tidak bisa kita dapatkan apabila kita berbelanja di toko fisik dan hal inilah yang secara alami membuat target market yang semula berbelanja di toko fisik kemudian beralih ke toko online.
Target market memegang peranan penting bagi keberlangsungan jangka panjang emiten ritel. Jika kita mengamati piramida pasar yang terbagi menjadi golongan bawah, golongan menengah, dan golongan atas. Kita dapat lihat bahwa golongan bawah lah yang jumlahnya paling besar, sedangkan, golongan atas hanya sebagian kecil dari piramida pasar.
Salah satu emiten ritel yang bersinggungan dengan perubahan ke era digital dan pasarnya golongan menengah atas adalah emiten ritel MAPI. Siapa yang tak kenal Starbucks, Burger King, Zara, mayoritas brand – brand yang ada di mall besar Indonesia berasal dari MAP. Dapat kita lihat juga dari penyebaran store yang ada, MAPI ternyata memang hanya tersebar di kota – kota besar dan hanya padat di 3 titik saja yaitu Jakarta, Surabaya, dan Bali. Berbeda dengan emiten ritel lainnya yang menjangkau ke kota – kota kecil. Dengan kata lain MAPI memang berusaha mentargetkan pasar golongan atas yang ada di Indonesia.
Pergeseran Pasar
Tren pasar digital (e-commerce) sudah banyak berpengaruh terhadap emiten ritel yang mempunyai toko fisik. Sebagian dari kita tentu pernah mendengar tentang keluhan beberapa pemilik usaha yang ada disekitar, beberapa mengatakan bahwa “market lesu”. Namun jika kita berkaca pada IHSG yang menjadi salah satu tolak ukur perekonomian Indonesia atau kata market itu sendiri, nyatanya IHSG terus menguat dan terus menciptakan rekor baru akhir akhir ini. Ini mengindikasikan adanya perpindahan market yang tadinya menumpuk di satu titik saja, sekarang menyebar ke beberapa titik. Tidak hanya menjadi tren semata, pergeseran pasar sendiri membuat beberapa impact yang ternyata banyak memberikan perubahan baik bagi emiten ritel, maupun pedagang biasa.
Perubahan secara signifikan dirasakan seseorang pedagang kecil yang tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk menyewa toko, mereka bisa menjual apapun tanpa ada birokrasi yang menyulitkan, mereka bisa menaruh harga berapapun tanpa ada kendali dari pihak manapun.
Pergeseran pasar ini juga ternyata membawa perubahan bagi emiten ritel besar, mereka bukan hanya bersaing melawan emiten ritel besar lainnya, kebanyakan malah bersaing juga dengan online shop yang dimiliki oleh pedagang – pedagang kecil. Tidak bisa dipungkiri, buktinya ada beberapa emiten ritel yang malah menutup toko fisik mereka lantaran menurunnya jumlah penjualan secara drastis, dan mereka juga akhirnya malah membuat toko berbasis online.
Efek perpindahan pasar ini sedikit memberi kebingungan dan beberapa perusahaan harus merubah strateginya. MAPI sendiri mensiasati dengan meluncurkan MAP EMALL pada 18 February 2016 lalu yang cara kerjanya hampir sama dengan beberapa e-commerce lain, namun dengan target pasar yang berbeda, karena tujuan orang tetap memilih MAP EMALL tentunya adalah kualitas barang yang terjamin dengan catatan harga tidak menjadi masalah.
Jika kita melihat sebagian produk yang dijual oleh MAPI, barang yang ditawarkan bisa dibilang bukan untuk menengah kebawah. Beberapa store seperti Massimo Dutti, Dr Martens, dan Swarovski misalnya, hampir tidak memungkinkan untuk transaksi via online. Salah satu faktor karena barang tersebut berharga cukup tinggi dan cukup riskan bila dikirim melalui jasa pengiriman umum. Dari sisi lain, barang – barang tersebut umumnya digunakan dalam jangka waktu yang tidak sebentar sehingga dalam proses memilih barangnya, seseorang umumnya memilih untuk tetap melihat barang ini secara langsung dan mencobanya. Untuk beberapa gerai lainnya yang tidak perlu proses memilih yang panjang yang mungkin dipenuhi oleh impulsive buyer, MAP juga mengcover dengan MAP EMALL.
Salah satu gerai lain yang banyak tersebar di kota – kota besar adalah starbucks, gerai yang satu ini juga menjadi salah satu pusat perhatian karena tawaran kopi yang terlihat overprice namun ternyata banyak diminati oleh orang Indonesia, bukan hanya untuk menikmati minuman dan makanan ringan, tapi juga sebagai meeting point yang nyaman bagi orang untuk berbisnis.
Pada Annual Report 2016 yang ada di website MAP, mereka juga mencantumkan bahwa yang menyumbangkan keuntungan bersih terbesar adalah segmen penjualan ritel yaitu sebesar 68,7% yang mana ini naik 14,4% dari tahun 2015.
Beberapa hal tersebut nampaknya menjelaskan mengapa MAPI belum atau tidak perlu beralih sepenuhnya ke bisnis berbasis online karena memang target pasar mereka cukup berbeda dengan pasar e-commerce yang ada di Indonesia, sehingga membuat perusahaan ini menjadi salah satu perusahaan ritel yang tidak terlalu banyak terpengaruh oleh perpindahan pasar ke era digital. Dengan kata lain MAPI berhasil melewati ancaman pergeseran pasar.
Analisa Teknikal
Kinerja perusahaan bisa kita Analisa melalui banyak hal, salah satu Analisa yang paling mudah untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut baik atau tidak untuk investasi adalah menggunakan Analisa teknikal. Analisa tersebut langsung to the point kepada harga saham emiten yang bersangkutan, Analisa ini cukup digemari oleh beberapa trader maupun investor karena analisa ini mudah dan cepat untuk digunakan.
Bila kita melihat harga saham MAPI, kita dapat menilai dimasa e-commerce mulai menjadi salah satu alternatif kuat untuk bersaing dengan emiten ritel (periode 2013 – 2015), MAPI sempat mengalami kesulitan jika dilihat dari harga sahamnya yang bergerak sideways cenderung turun.
Salah satu upaya yang dilakukan MAPI dalam bersaing di pasar online adalah membuat MAP EMALL. Beberapa minggu sebelum MAPI membuat e-commerce mereka sendiri tersebut, harga saham MAPI tidak berhenti naik (tren naik) hingga sekarang. Sedikit banyak MAPI memang meningkatkan kualitas pemasaran dan berusaha menjadi relevan dengan pergeseran pasar yang terjadi sekarang.
Analisa Foreign Flow
Melihat bisnis yang baik dan tetap sehat pasca adanya beberapa hal yang mungkin bisa menjadi ancaman, memberikan ketertarikan tersendiri bagi para investor untuk berinvestasi di emiten tersebut. Selain dengan menganalisa kondisi yang mungkin mengancam dan melihat chart harga sahamnya, salah satu analisa yang kami pakai adalah analisa foreign flow, karena bukan rahasia lagi bahwa harga saham perusahaan – perusahaan di Indonesia banyak digerakkan oleh investor asing.
Dalam sistem foreign flow yang kami buat, kami melakukan riset untuk mengetahui perusahaan mana saja yang asing masuk dalam jumlah besar dalam 30 hari terakhir, dan dari hasil yang kami dapatkan ternyata memang MAPI menjadi salah satu perusahaan yang masuk dalam list kami.
Dalam daftar lain, kami juga menemukan bahwa saham MAPI juga masuk dalam list saham yang paling sering di akumulasi asing dalam 30 hari terakhir.
Kami melakukan riset foreign flow analysis pada saham ini karena memang MAPI memiliki partisipasi asing yang cukup tinggi yaitu sekitar 46%. Dari sistem ini, kami juga menemukan bahwa MAPI sendiri berada di level medium foreign power yang artinya investor asing memiliki kekuatan yang ‘medium’ dalam menggerakan saham ini.
Dari hasil analisa kami menggunakan foreign flow analysis, kami menemukan bahwa pergerakan harga saham MAPI memang cukup dipengaruhi dengan keluar masuknya dana asing. Dalam 30 hari terakhir, asing melakukan akumulasi sebesar 96 Miliar Rupiah dengan average di harga Rp 6,667,18 per lembarnya, namun belum terlihat tanda – tanda asing akan menggerakkan MAPI secara signifikan dalam waktu dekat.
Window Dressing
Momentum yang bisa kita manfaatkan dalam waktu dekat adalah window dressing yang akan kita lewati pada akhir tahun ini. Jika melihat riwayat 3 tahun kebelakang, pada periode 22 Desember sampai 30 Desember 2014 naik sebesar 1,5%, periode 21 Desember sampai 30 Desember 2015 naik sebesar 2,9% dan, pada periode 23 Desember sampai dengan 30 Desember 2016, MAPI mencatatkan kenaikan sebesar 12,5%.
Ini mengindikasikan bahwa MAPI memang bergerak cukup signifikan dalam periode window dressing. Untuk mendapatkan informasi seputar materi window dressing MAPI dan juga saham – saham lainnya yang bisa dipakai untuk akhir tahun ini, rekan – rekan sekalian bisa melakukan registrasi pada link dibawah ini:
http://www.creative-trader.com/riset-window-dressing-2017/
Kesimpulan
Jika kita melihat dari beberapa pertimbangan diatas, secara analisa teknikal terlihat bahwa MAPI masih dalam tren naik sejak 2015 lalu, dan, MAPI merupakan salah satu emiten ritel yang masih diminati asing. Dapat disimpulkan bahwa dimasa perpindahan market dari pasar fisik ke pasar online, MAPI merupakan salah satu emiten ritel yang mampu bertahan dan tetap merangkak naik karena memang target market yang mereka miliki berbeda dengan kebanyakan e-commerce yang ada di Indonesia.
Joseph Gabetua S.S.T.
Analyst of Creative Trading System. Relentless Trader and Part Time Investor. Huge dreams, Small me.
2 comments
Analisa kuantitatifnya jelas… untuk investor boleh nih…
Analisa kuantitatifnya menarik… para investor boleh coba nih…