Beberapa minggu yang lalu kami membuat pertanyaan di website kami : Apa yang membedakan Saham dengan Cabe Rawit ?
Pertanyaan ini mungkin terdengar konyol bagi orang yang belum memahami prinsip-prinsip dasar dalam investasi saham, namun bagi mereka yang sudah paham, mereka tentunya tahu bahwa kalau kita gagal paham akan perbedaan dan persamaan antara Cabe Rawit dan Saham, maka kecil kemungkinan orang tersebut bisa sukses di bursa saham.
Lalu bagaiamana ciri-ciri orang yang gagal paham tersebut :
Menganggap harga saham sama seperti harga cabe rawit, sehingga kalau banyak yang beli maka harganya otomatis akan naik.
Pemahaman ini adalah pemahaman yang salah, memang benar dalam moment-moment ketika ada banyak permintaan (contoh beberapa hari menjelang lebaran) harga cabe rawit akan melonjak tinggi, karena banyak orang yang membutuhkan cabe rawit, dan karena lebaran hanya moment sekali setahun dan mayoritas penduduk Indonesia tentunya akan masak besar-besaran di rumahnya untuk menyambut hari raya Idul Fitri, menyadari kondisi tersebut maka penjual / (bandar cabe rawit) bisa menaikan harga sesuka hati mereka, karena mereka yakin berapa pun harganya akan tetap dibeli juga.
Dan jangan pernah mau percaya kalau dibilang kenaikan harga disebabkan karena kelangkaan barang di pasaran, karena itu hanya alasan yang diberikan Bandar Cabe Rawit, ketika ditanya awak media : “Mengapa harga cabe rawit naik ?”
Karena sudah jelas beberapa hari menjelang lebaran kebutuhan dan konsumsi cabe rawit meningkat signifikan, artinya untuk memehuni kebutuhan tersebut jumlah cabe rawit juga harus meningkat signifikan, jadi bukan semakin langka, malah semakin banyak barangnya di pasar, hanya harganya saja yang dinaikan. Karena Bandar Cabe Rawit tentu bukan orang bodoh, ketika permintaan sedang naik, dan harga bisa dinaikan sesuka mereka, tentunya mereka pun akan memanfaatkan momentum tersebut untuk jualan sebanyak mungkin di harga setinggi mungkin.
Namun kondisi yang sama tidak terjadi di saham, memang benar sama seperti cabe rawit, harga saham juga dikendalikan oleh Bandar Saham, namun kegunaan saham sangat berbeda dengan cabe rawit. Saham tidak dikonsumsi seperti cabe rawit, saham tidak pernah habis, barangnya itu-itu aja, cuma pindah-pindah kepemilikan saja, terkadang barangnya di tangan Bandar, terkadang di Ritel, begitu terus bolak balik.
Artinya tidak ada moment-moment seperti menjelang lebaran di bursa saham, tidak ada moment-moment dimana semua orang perlu ‘mengkonsumsi’ saham.
Itu sebabnya jika mau memperoleh keuntungan, moment-moment ‘mirip lebaran’ harus diciptakan sendiri oleh Bandar, itu sebabnya dalam dunia persahaman kita sering mendengar para analis-analis mempromosikan saham-saham batubara, ketika harga batubara sedang naik. Mempromosikan saham CPO ketika harga CPO naik. Atau mempromosikan saham Perbankan pada saaat suku bunga naik, atau mempromosikan saham – saham Property ketika suku bunga turun, dan banyak lagi aksi aksi promosi lainnya.
Karena pada akhirnya saham yang beredar khan itu-itu aja, dan tidak akan pernah habis, dan seorang investor ritel tidak akan tiba-tiba ‘membutuhkan’ saham ADRO (atau saham apapun) seperti mereka membutuhkan cabe rawit. Jadi itu sebabnya supaya BANDAR bisa menjual sahamnya ke investor ritel, seorang Bandar harus bisa menciptakan ‘kebutuhan’ tersebut.
Caranya BANDAR menciptakan kebutuhan tentunya sudah bisa kita tebak, yaitu melalui berita-berita di media massa, rekomendasi-rekomendasi analis untuk membeli saham-saham tertentu, sampai promosi-promosi yang dilakukan di forum-forum saham tempat para investor ritel berkumpul.
Itu sebabnya sering kali kita menemukan ada saham-saham yang tiba-tiba populer, dan banyak dibeli oleh investor ritel, padahal sebelum-sebelumnya pun saham ini sudah ada, namun tidak ada yang berminat, dan tidak lama kemudian setelah Bandarnya sukses jualan, saham ini berhenti dipromosikan oleh bandar, dan secara tiba-tiba pula kebutuhan investor ritel terhadap saham tersebut hilang lagi.
Namun yang berbeda antara saham dengan cabe rawit adalah : Jika permintaan cabe rawit meningkat, harga cabe rawit akan naik, sementara jika permintaan saham meningkat harga saham umumnya turun. Karena kembali lagi orang membeli cabe rawit itu untuk di konsumsi, sementara orang membeli saham untuk dijual lagi.
Jadi bagi Bandar Cabe Rawit kalaupun dia menaikan harga jual cabe rawit setinggi mungkin, dia akan untung-untung aja, karena para pembeli akan mengkonsumsi cabe tersebut, dan Bandarnya tetap akan menguasai supply cabe rawit. Berbeda dengan saham, ketika saham dijual Bandar ke Ritel, maka supply hanya akan berpindah tangan dan tidak habis, dan kedepannya ritel juga ingin menjual saham tersebut, jadi setelah berhasil jualan Bandar di harga tinggi, mereka umumnya akan membanting harga saham tersebut.
Jadi kalaupun Ritel mau jualan, mereka harus jualan di harga murah, dan kondisi ini akan memudahkan Bandar untuk mem-buyback saham yang sudah mereka jual ke ritel di harga yang lebih murah dari harga jual mereka sebelumnya. Karena sebelum kembali ‘menciptakan kebutuhan’ akan saham tersebut atau biasa lebih dikenal dengan istilah menggoreng saham tersebut, Bandar tentunya ingin mem-buyback dulu saham mereka dari ritel-ritel yang sudah frustasi dan cut loss, supaya ketika saham tersebut digoreng lagi, mayoritas ritel sudah tidak punya barang.
Ironisnya sampai saat ini banyak investor ritel bahkan di bursa kita di doktrinansi untuk rajin membaca berita, membaca riset-riset sekuritas, dan bergabung di forum-forum saham untuk mencari dan membeli saham-saham yang jadi tranding topic, sibuk mencari ‘master-master saham’ yang mau membagikan rekomendasi sahamnya secara gratis. Karena mereka meresa kalau satu saham banyak dibahas, banyak direkomendasikan untuk dibeli oleh para master saham, maka akan banyak yang beli, dan kalau banyak yang beli, otomatis harga sahamnya akan naik.
Itu sebabnya forum-forum trader saham menjamur dimana-mana, namun kalau anda tanya satu per satu para trader yang aktif di forum tersebut anda akan menyadari ada banyak dari mereka sering menjadi korban bandar dan nyangkut karena membeli saham-saham yang sering dibahas dan dipromosikan di berbagai forum saham.
Karena pada akhirnya tidak peduli seberapa banyak lot yang dibeli Investor Ritel atau seberapa banyak investor ritel yang membeli, di waktu yang sama Bandar akan menjual sama banyaknya.
Dan karena Bandarlah yang mengatur pergerakan harga saham maka semakin banyak saham yang dibeli oleh investor ritel, maka semakin kecil pula kepentingan bandar untuk menaikan harga saham tersebut, dan karena hanya bandarlah yang bisa menaikan harga, selama Bandar tidak menaikan harga, harga saham tidak akan naik.
Itu sebabnya dari waktu ke waktu kita menemukan saham-saham yang banyak dibeli investor ritel dan menjadi trending topic di forum-forum saham, harganya semakin lama akan semakin terpuruk, dan bukannya naik karena banyak yang membeli karena Saham Berbada dengan Cabe Rawit.
Salah satu contohnya tentunya bisa kita lihat di saham POSA dan POSA-W yang saham menjadi pilihan utama investor ritel beberapa bulan yang lalu, dan menjadi trending topic di hampir semua gorum saham. Kita tahu dalam waktu 1 bulan, harga saham ini turun dari 1000 ke 100, sebelum akhirnya di suspend. Dan kita semua tahu ada banyak sekali investor ritel yang nyangkut di saham yang diatur pergerakannya oleh Thanos salah satu bandar saham yang paling terkenal di bursa kita.
Inilah salah satu alasan mengapa banyak data mengindikasikan bahwa 80-90% investor ritel di bursa kita umumnya hanya bertahan 1-2 tahun di market sebelum kapok trading saham karena rugi, nyangkut atau bahkan bangkrut. Karena memang mayoritas investor ritel yang tidak mengerti akan Teori Cabe Rawit ini sehingga mereka hanya akan jadi sasaran empuk bagi para bandar, dimana mereka membeli saham-saham yang sedang dipromosikan, dan setelah mereka beli harga sahamnya turun, dan ketika mereka cut loss harga baru saham tersebut terbang lagi.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God
15 comments
Menohok banget artikelnya Pak Argha…
Selama ini saya nggak pede analisa sendiri jadi selalu sibuk cari rekomendasi terbaik di forum-forum saham, gak heran nyangkut mulu.
Akhirnya keluar juga jawaban dari pertanyaan Beda Saham dengan Cabe Rawit !!
Sekarang saya sudah mengerti, dan siap mempraktekannya. Mudah-mudahan saya nggak jadi 9 dari 10 trader yang akan bangkrut dalam 2 tahun kedepan.
Setelah Teori Sendal Jepit, sekarang Teori Cabe Rawit !!
Pak Argha memang paling ahli dalam menyederhanakan hal yang rumit dan tidak disadari orang dengan memberikan analogi yang begitu mudah dimengerti.
Terima kasih udah sharing pak.
Pak Argha, bandar itu apakah kepemilikan sahamnya mencapai 5% lebih sehingga bisa mengontrol harga ? Khan BEI ada rilis kepemilikan >=5% di saham ya ?
Pak Argha, tempo lalu ada kuis ttg persamaan dan perbedaan cabe rawit ya Pak..apakah sudah ada penenangnya Pak?thanks
FRAMING
Visi :investor ugal2an akan digerus pelan2,dikunci di dalam…hingga tunggu bbrpa emiten di TUTUP atau non aktifkan..
Misi :menunda investor ugal2an yang sadar bahwa masih ada trap2 koreksi lebih dalam dengan melakukan stoploss, di framing dengan madu2 berduri..bahwa akan ada harapan naik…
Terimakasih pak Argha atas edukasinya
Cabe rawit memiliki “life time” yang singkat, tidak laku ketika sudah mulai membusuk bisa diobral murah. Kalau saham, mau disimpan 10 tahun oleh bandar juga tetap akan seperti itu (kecuali delisting/ go private), tinggal trader ritel apa mau jadi investor dadakan atau terpaksa cutloss. Terima kasih atas perspektifnya pak Argha
Pemahaman yang mantap dan profesional…..sukses selalu Pak Argha….semoga tuhan memberkati anda ..
Thx atas edukasinya pak Argha.. 👍👏👏👏
Wah contohnya ADRO, sepertinya Pak Argha terinspirasi dari salah satu orang yang ada di grup saham FB, lol 😀
Group group saham itu gapapa join banyak banyak. Tapi fungsinya kebalikannya, bukan menuruti saran saran analis gak jelas yang cuma ngebaca dari teknikal doank TANPA ngeliat big money lagi distribusi atau akumulasi. Ketika saham yang kita pegang jadi rame, direkomendasikan itu saatnya pasang trailing stop ketat, early warning buat kita untuk siap siap jual saham tersebut.
Jadi fungsinya adalah untuk memantau apakah akan ada gerakan besar retail ke saham itu dan apakah bandar sudah siap profit taking.
Bandar ada bukan buat dilawan, bukan buat dimusuhi tapi buat jadi kendaraan kita buat raih profit maksimal, mereka yang usaha tuker tukeran barang diam diam naikin harga kita tinggal dibawa saja. Group group analisis saham ada bukan sebagai rekomendasi kita, tapi sebagai mata mata retail lain lagi aktif di saham mana, ketika retail aktif di saham yang kita punya yang kita udah simpan diam diam, itu saatnya kita siap siap jual saham tersebut karena bentar lagi retail berebutan dan bandarnya jualan
Yess menohok sekali artikel tsb
Suatu pemahaman sederhana yg membuka wawasan kita dalam bermain saham.
Mesti tau tujuan awal kita mau trading atau mau nabung. Sehingga kita tidak dipermainkan oleh bandar dan pasar.
Sangat membuka wawasan Pak Argha terima kasih
Sangat membuka wawasan saya pribadi…dimana logikanya ternyata selama ini saya hanya dibodohin berita media dan teori akademis. Pak Argha terima kasih